Menerima

541 51 3
                                    

Ada apa?" Tanya Leon langsung ke intinya karena dia bukan termasuk orang yang bertele-tele.

"Duduk dulu nak" Ucap Dilah sambil tersenyum kearah Leon.

"Kenapa?" Tanya Leon yang sudah duduk disofa

"Jadi gini, opa sama oma mau jodohin kamu" Ucap Ramdhan to the poin.

Leon tetap diam mencerna ucapan opanya barusan. Apa maksudnya?
Dijodohin? GILA! Kata yang dia hindari selama ini baru saja menjumpai pendengarannya dan lebih parahnya opanya sendiri yang mengatakan itu.

"Dijodohin?" Beonya
"GILA! Leon nggak mau" Ucap Leon menentang ucapan opanya

Seluruh keluarga menatap Leon dengan raut wajah yang berbeda-beda.

"Kamu nggak bisa membantah kali ini Leon" Ucap Ramdhan tegas

"Leon juga punya masa depan opa, Leon mau milih sendiri buat pendamping Leon nanti" Ucap Leon kecewa

"Leon? Nak dengerin oma ya, kami milih pendamping buat kamu yang terbaik nak. Ini juga udah menjadi perjanjian dengan sahabat oma sama opa sejak dulu." Kini giliran oma Dilah yang berbicara meyakinkan Leon agar menerima perjodohan ini.

Leon semakin bimbang sekarang antara menerima atau tidak. Dia jadi tidak tega melihat omanya sedih.

Ketenangan.
Hanya ketenangan yang dia inginkan sekarang. Memenangkan pikirannya terlebih dahulu sebelum memutuskan semuanya.

Kedua orang tua Leon menatap anaknya sedih. Mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah berurusan dengan mama papanya. Sedangkan Lea adik Leon merasa kasihan pada kakaknya. Dia juga bisa merasakan bagaimana perasaan kakaknya.

"Leon pikirin dulu" Ucap Leon dingin sebelum beranjak pergi keluar dari rumah tersebut. Dan menjalankan motornya entah kemana.

••••

"Sebelum itu kakek sama nenek minta maaf sama kamu dan kami berharap kamu mau menerimanya dengan ikhlas" Ujar Nenek Rita

Jantung Arin semakin berdetak tak karuan dibuatnya. Entah kenapa perasaanya menjadi tidak enak. Dia tidak tau perasaan apa yang dialaminya sekarang. Arin penasaran tetapi dia juga belum siap kalau dia menerima kenyataan pahit.

"Kami akan menjodohkan kamu dengan cucu sahabat kami" Terang kakek Hasan

Deg.

Seketika badan Arin beku seperti mati rasa. Orang-orang yang berada disana tercekat kaget. Kecuali dia orang yang menghela nafas pasrah. Mereka adalah Farhan dan Arifah, mereka memang sudah tahu dan mereka berdua berharap semoga putrinya menerima dengan ikhlas.

"Maksud kakek gimana?" Arin mengerjapkan matanya tidak percaya.
"Maaf nak kami harap kamu kamu bisa menerima dengan ikhlas. Semua ini sudah menjadi perjanjian kami sejak dulu." "Kami akan menjodohkan cucu kami ketika umur mereka menginjak 18 tahun.

Sebenarnya mereka juga berat melepaskan cucu mereka tetapi bagaimana lagi, perjanjian akan tetap menjadi perjanjian jika tidak ditepati akan menjadi hutang.

Arin masih tidak percaya dengan ini. Apakah ini mimpi? Jika ini mimpi tolong bangunkan dia.

Siapa yang mau jika harus menikah diusia yang muda ini apalagi dengan orang yang tidak dikenal dan tidak dicintainya? Terlebih orang itu akan menjadi pendamping hidupnya nanti.

Prinsip Arin adalah menikah satu kali dengan laki-laki yang dicintainya yang kelak akan menjadi imam dan pembimbing hidupnya nanti.

Arin rasanya ingin menolak tetapi dia juga tidak bisa melihat kakek neneknya kecewa. Dia harus apa? Arin ingin mengeluhkan semua ini dengan sang Pencipta.

Arin mengusap air matanya yang entah sejak kapan turun. "Arin ke kamar dulu" Ucap Arin berlari menuju kamarnya dirumah ini.

Rafa menatap sendu tubuh adiknya. Dia ingin membantu tapi dia juga tidak bisa. Rafa hanya bisa berdoa yang terbaik buat adiknya.

Sedangkan Arifah, dia sudah menitipkan air mata sejak tadi di dekapan suaminya.

••••

Di kediaman keluarga Basyroh semua keluarga sudah berkumpul mereka akan makan malam dengan keluarga Althav sekaligus membicarakan acara pernikahan Arin dengan Leon.

Setelah seminggu lamanya Arin memikirkan dan mengurung dirinya dikamar akhirnya dia menyetujuinya. Dan semenjak hari itu juga sifat Arin berubah 180°. Dia kembali ke sifat awalnya sebelum masuk pesantren.

Dari sifat Arin yang kalem, lembut, ramah sekarang menjadi sosok yang kadang bar-bar, dia juga bisa menjadi sosok yang dingin dalam sekejap mata.

Mereka semua menunggu kedatangan keluarga Althav diruang tamu. Sedangkan Arin ia duduk ditepi ranjang sambil menunduk, merenungkan keputusannya ini apakah sudah benar.

Arin gugup setengah mati. Bagaimana nantinya jika calon suaminya tidak mau menerimanya? Sebenarnya Arin tidak masalah dengan itu, dia malah bersyukur jika nanti calonnya itu tidak menerimanya dan otomatis perjodohan ini menjadi gagal.

Tetapi yang dipikiran Arin sekarang adalah bagaimana nanti saat malam pertama? Atau saat suaminya meminta haknya? Oh, ayolah Arin juga memikirkan itu. Arin tidak bisa membayangkan bagaimana pada malam itu nanti.

Arin menggigit bibir bawahnya karena gugup. Tetapi dia semaksimal mungkin menutupi kegugupannya.

"Assalamu'alaikum" Ucap seseorang dari luar pintu utama.

"Waalaikumsalam"

Ucap seseorang dari dalam menuju pintu utama dengan senyum yang merekat sempurna diwajahnya dan mempersilahkan masuk kedalam.

"Eh udah datang?" Ucap Arifah yang datang dari dapur.

"Kalau belum datang nggak mungkin aku disini Fah" Balas orang itu mendengus lalu tersenyum.

Mereka berdua berpelukan. Mereka adalah Arifah dan Ghea.

Kedua keluarga tersebut memang berhubungan sangat baik. Mulai dari kakek nenek mereka sampai saat ini. Dan bahkan mereka akan segera menjadi besan. Yang akan menjadikan hubungan kedua keluarga tersebut tambah erat.

"Sebentar ya aku panggil anak aku dulu" Ucap Arifah melepaskan pelukannya.

Arifah berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai dua, menuju kamar Arin dengan pintu bercat coklat gelap dengan tulisan SWEET AZARINE's ROOM dibagian atas dan dibawahnya terdapat tulisan basmalah dan assalamu'alaikum dengan tulisan arab. Terakhir dibawahnya terdapat tulisan "salam dulu sebelum masuk!".

Cklek...

"Arin.. sayang?" Panggil Arifah dan masuk kedalam kamar Arin. Arifah melihat putrinya duduk di pinggiran kasur sambil melamun. Entah apa yang dipikirkannya sampai-sampai tidak menyadari keberadaan bundanya.

"Sayang?"

••••

Jujur ya gue bingung lagi gimana ceritanya dan takut juga kalo nggk ada yg baca. Gue butuh banget sport dari kalian. Jangan lupa vote dan komen ya gratis kok nggk bayar.
Oke, see you next part.

AZARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang