☀︎︎
Pekerjaan ini lebih berat. Sudah berapa banyak nyawa yang aku antar ya?
Aku kangen diwaktu-waktu pergi kerja bersama Levi. Biasanya saat pagi seperti ini aku dan Levi sedang berada di lobby sekolah, aku menunggu Moblit datang, Levi mengepel dan menyapu.
Aku kangen sosok Levi di sebelahku. Sosok yang peduli padaku, walau aku bukanlah manusia, dia selalu memperlakukanku sebagai salah satu dari mereka.
Isa, ada sesaat kami bertemu, tetapi dia tidak mengucapkan satu kata pun. Melihat ke arahku saja tidak. Aku harus memberinya waktu sendiri, atau.. dia masih belum berani?
Levi, kapan aku bisa bertemu denganmu? Kira-kira Levi kangen denganku tidak ya? Semoga saja. Tapi, kalau dia lebih nyaman dengan Petra... apa yang bisa aku lakukan?
Aku ingin kembali dengan Levi. Aku harus ke sekolah dan menjelaskan segalanya. Aku melebarkan sayap hitamku dan terbang ke arah lobby sekolah.
Berharap Levi ada di sana, berharap Levi rindu denganku sama seperti aku ke dia, tapi pemandangan yang pertama kali aku lihat... Levi tersenyum.. dengan Petra.
Orang yang tersenyum itu hal yang biasa, tapi tidak dengan Levi Ackerman. Berarti dia sudah nyaman dengan malaikat pelindung dia yang baru ya?
Aku memutuskan untunk tetap menghampirinya. "Levi.. Lama tidak bertemu." AKu tersenyum cangguung dan melambai ke arahnya.
Senyum Levi yang tadi menghilang dalam sekejap, membuat hatiku terasa ditelan dan berpikir bahwa dia sudah membenciku.
Tapi ia langsung menjatuhkan pel yang ia pegang dan memelukku, erat. "Celeste. Kau kembali."
"Maaf Levi, aku hanya tidak punya kebranian untuk melihatmu. Tapi rasa rindu memaksaku untuk menghampirimu."
Levi melepas pelukannya. "Bodoh, Celeste bodoh."
Aku tertawa kecil dan pandanganku mengarah ke arah Petra, dia terlihat.. tenang dan biasa saja. "Lanjutkan, aku akan pergi sebentar." Aku tersenyum ke arahnya.
"Apakah Petra lebih baik daripada aku?" Oh tidak, kalimat itu terlepas begitu saja dari mulutku, kurasa aku memang bodoh.
Alis Levi mengerut, "Apa maksudmu?"
"Dia berhasil membuatmu tersenyum dalam waktu yang cepat."
"Dia bercerita tentangmu, setiap minggu malam kamu harus melapor ke 'mereka' bukan? Petra sering melihatmu tersesat saat mau melapor."
Lega, satu-satunya perasaan yang aku rasakan. Bukan apa-apa, Celeste, tenanglah. Tapi kalau Petra melihatku tersesat kenapa dia tidak membantuku... dasar, sigh.
Tiba-tiba banyak murid yang datang dari arah gerbang, "Semoga kita bisa bertemu lagi, Levi." Pria itu hanya mengangguk sambil melihatku pergi dari hadapannya.
Lagi-lagi menghabiskan waktu sendirian di taman. Ada banyak anak kecil yang sedang bermain ditemani ibunya, ibu.. ayah ada dimana ya? Seandainya aku bisa bertemu mereka sekali lagi.
Suara-suara yang membuat kepalaku sakit sudah tidak muncul setelah menjadi Reaper. Aku rindu suara ibu.
Enaknya jadi manusia.. mungkin tidak sih, tapi setidaknya mereka bebas, aku tiap hari harus mengantar nyawa. Aku harus menahan tangisku saat melihat mereka tak berdaya.
Kalau aku meneteskan air mata di tepat kejadian, sirkus kehidupan manusia itu akan berantakan, ia akan mati, hanya saja dicari waktu yang lain. Dan untuk hukuman malaikatnya, akan dihukum.
Jadi, aku tidak bisa mengambil resiko itu, apa yang terjadi jika aku dimusnahkan, aku saja tidak tahu apa hukumannya.
Aku yang sedang duduk di ayunan taman melihat kehadiran malaikat rambut merah itu, Isa.
Tanpa basa-basi, ia langsung memberitahu ku kalau rencana Pieck dan Zeke gagal, karena 'dia' menentangnya.
Rencana memusnahkan manusia yang ikut campur dalam dunia malaikat? Gagal? Aku merasa senang sekaligus bingung. Kenapa bisa gagal?
Saat aku ingin bertanya, Isa sudah menghilang dari hadapanku. Aneh, ada apa dengannya?
Aku menghabiskan hariku seperti biasa, mengantar nyawa, sapai saat malam hari ada nyawa terakhir untuk hari ini. Akhirnya habis ini aku bisa mengosongkan pikiranku.
Aku menelusuri jalan ke tempat kejadian, aku terlalu fokus dengan jalan sampai lupa memeriksa identitas orang itu.. aku hanya ingin hari ini berakhir.
Taksi? Saat aku melihat supirnya.. ia masih bernapas kok, dan saat itu juga aku melihat penumpang didalamnya. "LEVI?!"
Aku mengamati sekitar, dimana malaikat pelindungnya, tapi tidak ada siapa-siapa.
Sial, aku mengecek identitas orang yang aku harus antar nyawanya untuk memastikan. Levi Ackerman. Bagaimana bisa?
Aku menghampiri badan Levi di dalam taksi, matanya masih terbuka, seperti melihat ke arahku. T-tidak, aku tidak bisa membiarkan Levi mati. Air mataku... jatuh. Tidak mungkin terjadi.
Saat air mataku menetes, seketika pandanganku menjadi putih, terlalu terang. Aku tidak merasakan apa-apa. Hanya cahaya putih terang.
Levi's POV
Petra sebenarnya tidak pernah menjadi malaikat pelindungku, ia sendiri yang mengatakannya. Aku tidak punya pengganti.
Perempuan itu hanya khawatir akan keadaanku tentang kabar Celeste, jadi ia memutuskan untuk menemaniku.
Ada saat-saat Petra bertingkah laku seperti Celeste, aku sudah berkali-kali bilang padanya bahwa ia tidak bisa menggantikan Celeste.
Petra bilang kalau dia tidak ingin melihatku murung terus.. aku... tidak murung.
Saat Celeste menghampiriku disekola, aku hanya bisa memeluknya. Payah.
Dan aku memutuskan untuk pulang dengan taksi sehabis kerja, Petra tidak bisa menemaniku saat itu dan ya..
Aku membuka mataku dan merasakan rasa sakit dimana-mana, dan saat itu juga aku mendengar suara Celeste, aku hanya berimajinasikah?
Celeste, dia benar-benar ada dihadapanku. Jangan menangis, aku tidak bisa mengucapkan sekata pun.
Air matanya menetes, cahaya putih memenuhi penglihatanku.
☀︎︎
[ published: 06/05/21 ]
☀︎︎
░ chapter selanjutnya
bakal lama, maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐔𝐀𝐑𝐃𝐈𝐀𝐍 𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋!levi x celeste (oc)
Nouvellesɴᴏᴡ ᴘʟᴀʏɪɴɢ [守護天使] 0:00 ⎯⎯❍⎯⎯⎯⎯⎯⎯ 3:34 ⇆ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↺ Semua orang mempunyai malaikat pelindung, semuanya hanya masalah waktu. Malaikat dan yang dilindungi tidak bisa menyentuh satu sama lain. Malaikat bisa melihat dan mendengar sekita...