10. Moment

221 29 2
                                    

Seminggu berlalu setelah kejadian dimana bibir lengket Jaemin menempel di pipi Minju. Kini mereka menjadi lebih dekat. Hubungan mereka juga semakin erat setiap hari.

Terkadang Minju yang meminta Jaemin menemani nya belanja bulanan, menemaninya ke makam orang tua Minju, makan malam berdua karna masih memiliki waktu, ataupun sekedar jalan-jalan sepanjang hari karna diberi hari libur.

Bahkan tak sedikit orang atau pekerja yang mengira ada hubungan lebih diantara mereka. Tapi Jaemin menegaskan jika hubungannya dengan Minju hanya sebatas bos dan sekertaris.

Heejin? Dia juga dekat dengan Jaemin. Mereka juga tidak kalah dekat dengan Jaemin. Terkadang Heejin mampir ke rumah Jaemin, menemui nya di kantor, atau mengajaknya jalan-jalan jika Jaemin bisa.

Heejin kini berada di kamarnya yang bernuansa pink muda dan tempelan-tempelan kartun lucu di dindingnya. Minimalis namun juga aesthethic.

Kini Heejin tengah berbaring di atas ranjang dengan ponsel di genggaman nya. Dia di rumah sendirian dan tidak ada seorangpun kecuali Heejin.

"Na Jaemin." Gumam nya sambil memandang foto Jaemin di layar ponselnya. Jangan lupakan senyum nya yang selalu mengembang.

"Kita udah temenan eh, ngga deng udah sahabatan sekitar 12 tahun ga kerasa ya." Heejin masih fokus menatap foto tersebut dengan mengatakan hal itu.

"Kamu tau ga? Pas kita baru 2 tahun sahabatan, aku ngerasa kamu itu kaya pelindung buat aku, moodbooster buat aku, selalu ada buat aku, bahkan aku pernah ngehalu pacaran sama kamu." Heejin menjeda kalimatnya.

"Waktu aku pergi ke luar negri, aku sedih banget bahkan selalu minta ke orang tua buat ketemu kamu, tapi sayangnya ngga bisa. Kita jauh saat itu."

"Dan hal yang paling aku benci saat itu adalah...aku punya rasa lebih dari sahabat ke kamu." Heejin mengusap fotonya.

"Dan sekarang rasa itu kembali pas aku datang ke kantor yang ternyata perusahaan kamu." Heejin mulai mengeluarkan air matanya.

"Aku cinta kamu Jaem." Ucap Heejin dengan meluncurkan tetes demi tetes bulir air bening dari matanya.

Heejin menangis. Dia tau dia tidak akan bisa menggapai seorang Na Jaemin. Dia tau, dia tidak boleh egois dengan perasaannya. Bisa jadi Jaemin tidak menyukainya bukan?

Di sela-sela tangisannya, terdengar suara ketukan pintu. Heejin bangun dan dengan gerakan cepat dia menghapus air matanya.

"Sebentar!." Heejin berteriak lalu beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukanya yang terlihat merah karna menangis.

Lalu dengan langkah cepat dia membuka pintu. Terlihat lelaki jangkung yang tengah berdiri tegap dengan jaket hitam khas preman. Ya walaupun itu hanya outfit sih.

"Heh? Hyunjin?." Heejin terheran. Hyunjin- lelaki itu tengah tersenyum ke arah Heejin.

"Lo ngapain ke sini?." Heejin mengangkat sebelah alisnya heran. Sedangkan sang pria hanya tersenyum kikuk.

"Ngajak jalan, ayo." Hyunjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oh bentar gue siap-siap dulu ya." Heejin masuk ke dalam rumah tanpa menutup pintu.

Setelah punggung Heejin tidak terlihat, Hyunjin tersenyum lega lalu bersemangat. Hyunjin terlihat sangat senang dan ingin berteriak saja.

Hyunjin adalah kembaran Yeji. Yeji sendiri adalah teman Heejin semasa kuliah di luar negri. Tapi Yeji pulang ke korea lebih dulu dibanding Heejin karna ada urusan mendadak. Hyunjin tidak berkuliah di luar negri. Hanya Yeji yang berkuliah bersama Heejin dulu.

[2] with you - na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang