Keesokan harinya giliran Jaemin yang berkunjung ke rumah Jeno. Karena hari ini libur sekolah, Jeno sengaja mengajak Jaemin ke rumahnya supaya bisa quality time berdua karena tadi malam Jeno menginap di rumah Jaemin atas suruhan Irene yang tak lain adalah ibunda kekasihnya.
Kebetulan di rumah ada Tiffany, mamanya Jeno. Begitu tahu kalau Jeno datang bersama Jaemin, Tiffany senang sekali karena sudah lumayan lama ibu dua anak itu tidak bertemu Jaemin. Wajar saja, Tiffany sudah menyukai Jaemin sejak pertama kali Jeno mengenalkan anak manis itu pada dirinya.
Di mata Tiffany, Jaemin adalah anak yang baik, kalem, dan tidak neko-neko. Tak hanya Tiffany, suami dan anak sulungnya pun juga menyukai kepribadian Jaemin. Tanpa berpikir panjang, keluarga Jeno langsung memberi restu kepada si bungsu dan Jaemin.
"Jaemiiinn, ya ampun mama kangen banget sama kamu, sayaanngg!" Tiffany memeluk erat Jaemin seolah keduanya tak bertemu selama lima tahun.
"Aku juga kangen banget sama mama, tahu. Mama gimana kabar? Sehat?"
"Mama baik-baik aja, kok. Tapi mama juga suka mikirin kamu. Habisnya mama udah lama nggak ketemu calon mantu mama ini," jawab Tiffany sambil mencubit pelan pipi Jaemin, membuat Jaemin terkekeh geli.
Iya, sejak awal Jaemin memanggil Tiffany dengan sebutan "Mama" karena permintaan wanita itu sendiri supaya lebih akrab. Begitu juga dengan Donghae dan Mark—ayah dan kakak kandung Jeno satu-satunya. Jaemin memanggil keduanya dengan sebutan "Papa" dan "Kakak" karena mereka tak mau kalah dari Tiffany.
"Papa sama Kak Mark mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Jaemin yang baru menyadari jika Donghae dan Mark tak kelihatan batang hidungnya.
"Papa lagi ada urusan bisnis di Singapore, terus si kakak lagi ke Bandung sama teman-temannya."
Jarak umur Mark dan Jeno sekitar dua tahun. Saat ini Mark kuliah di Universitas Bina Nusantara, sedangkan Jeno tak lama lagi akan menyandang status sebagai mahasiswa baru. Ssstt ... teman Jeno dan Jaemin yang namanya Haechan itu pacarnya Mark, loh! Mark dan Haechan sudah menjalin hubungan selama hampir dua tahun.
"Jaemin, semalam Jeno ngapain aja di rumah kamu?" tanya Tiffany.
"Kita cuma tidur aja, Ma." Jeno menjawabnya dengan cepat, takut apabila mamanya negative thinking.
"Yakin kalian cuma tidur? Siapa tahu kamu ngajak Jaemin gituan sampai pagi," celetuk Tiffany.
"Astaga! Mama apa-apaan, sih? Aku tuh emang suka nggak tahan kalau lihat Jaemin, tapi aku nggak mau ngerusak pacarku sendiri sampai kita nikah manti, Maaa."
Jeno tak terima mendengar ucapan Tiffany, sedangkan Jaemin tertawa melihat perdebatan antara ibu dan anak itu. Emang, sih, Jeno kadang suka mesum. Tapi beneran, kok. Selama pacaran Jeno tidak pernah mengajak Jaemin melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan sebelum terikat dalam pernikahan sah.
"Jaemin, kemarin mama habis bikin cookies, loh. Cobain, deh. Kamu pasti suka."
Tiffany menawarkan cookies itu pada si calon mantu kesayangannya, lalu Jaemin mengambil satu biji cookies dari dalam toples kaca dan mencoba cookies buatan calon mama mertua.
"Gimana? Cookies buatan mama enak, nggak?" tanya Tiffany pada Jaemin yang masih mengunyah cookies.
"Hmm, ini enak banget, Ma! Aku suka. Mama tuh sama kayak bunda. Sama-sama hobi bikin kue. Hehe," tutur Jaemin sambil tersenyum lebar.
"Oh ya? Mama lega banget kamu suka sama cookies-nya. Asal kamu tahu nih ya, mama sama bunda kamu emang udah ditakdirkan buat jadi calon besan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujur Aku Tak Sanggup [Nomin]
FanfictionJeno mengakhiri hubungannya dengan Jaemin karena salah paham. Jeno lebih mementingkan ego hingga ia sadar bahwa posisi Jaemin di hatinya tak akan terganti oleh siapapun. ---------------------------- • Boys Love Story • Top: Jeno • Bottom: Jaemin •...