Masih ingat sama kakak-kakak ini, nggak?
(P.s: credit sudah ada di foto)
Sore ini Mark menunggu kedatangan Donghae dan Tiffany di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Mark tidak sendiri karena ada Haechan juga yang ingin ikut menjemput orang tua sang kekasih. Supaya tidak jenuh, Mark dan Haechan dating tipis-tipis di Djournal Coffee Bar dengan ditemani segelas iced green tea latte dan iced chocolate.
"Aku nggak sabar, deh, bentar lagi ketemu Papa Donghae sama Mama Tiffany," ujar Haechan dengan nada antusias.
"Hahaha iya, nih. Mereka habis kondangan di Bali bukannya langsung balik ke Jakarta malah liburan dulu,"
"Kak Mark," panggil Haechan dengan raut wajah yang terlihat bingung.
"Ada apa, sayang?"
"Aku kepikiran gimana reaksi Papa sama Mama pas mereka tahu kalau Jeno udah nggak sama Jaemin,"
"Nanti pas udah di mobil aku bakal kasih tahu mereka pelan-pelan, kok."
"Eh jangan,"
"Kenapa? Kalau aku nggak kasih tahu Papa sama Mama, yang ada namaku dicoret dari kartu keluarga."
"Ya nggak gitu juga konsepnya, Kaakkk. Kakak bisa ngomong ke mereka pas lagi makan malam. Nggak lucu kalau Papa sama Mama baru pulang dari Bali malah disambut kabar buruk,"
"Iya, sih. Benar juga kata kamu. Lebih baik aku kasih tahu ke mereka nanti malam."
"Kalau misalnya Jeno sama Jaemin nggak putus, mungkin sekarang mereka double date sama kita di sini."
"Chan, aku udah berusaha meyakinkan Jeno kalau dia emang salah paham. Tapi sayangnya ego dia lebih gede. Nggak kebayang gimana rasanya jadi Jaemin yang diputusin adikku gara-gara ulah Hyunjin sialan itu."
"Aku mau cerita, Kak."
"Cerita aja, sayang."
"Jadi gini..."
Haechan bercerita mengenai kejadian tadi pagi di kantin sekolah dengan nada bicara yang menggebu, sebagai tanda bahwa ia turut sakit hati. Tangan kanan Mark mengepal di bawah meja karena ia sangat geram atas perbuatan Jeno yang berani merendahkan Jaemin dan keluarganya di depan teman-teman SMA Tunas Mulia.
Mark berpikir jika Jeno layak untuk diberi pelajaran. Meskipun cowok itu adik kandungnya, Mark sama sekali tidak mendukung apa yang sudah dilakukan Jeno. Mark sudah dewasa. Tentu saja dia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dia tidak akan membela orang yang sudah berbuat kesalahan, meskipun orang itu adik kandungnya sendiri.
"Sayang, aku harap kamu tetap jadi teman baiknya Jaemin, ya? Aku nggak mau dia merasa sendirian," pinta Mark seraya menggenggam tangan kiri Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujur Aku Tak Sanggup [Nomin]
FanfictionJeno mengakhiri hubungannya dengan Jaemin karena salah paham. Jeno lebih mementingkan ego hingga ia sadar bahwa posisi Jaemin di hatinya tak akan terganti oleh siapapun. ---------------------------- • Boys Love Story • Top: Jeno • Bottom: Jaemin •...