Halaman 04

157 14 46
                                    

Pada jam istirahat sekolah kali ini Jeno dan Jaemin memutuskan untuk menikmati momen berdua di atas rooftop. Rasanya sudah cukup lama mereka tidak mengunjungi rooftop ini, padahal rooftop sekolah termasuk salah satu tempat favorit kedua anak adam itu untuk berpacaran.

Tidak lupa Jeno membawa kotak makan berisi nasi goreng buatan Mama Tiffany, padahal biasanya ia jarang membawa bekal makanan dari rumah. Namun tiba-tiba saja kemarin Jeno berkata pada Tiffany bahwa ia ingin dibuatkan nasi goreng sebagai bekal sekolah.

"Nana, makan yuk! Nasi goreng buatan mama pasti enak banget."

Jeno menyodorkan satu sendok nasi goreng pada Jaemin, tetapi si manis diam saja. Tatapan matanya lurus ke depan. Jeno dibuat bingung akan sikap Jaemin.

"Na, kok diam aja? Kamu kenapa? Aku ada salah, ya? Coba kasih tahu salahku di mana. Biar nanti aku bisa introspeksi diri. Kalau nanti aku udah tahu apa salahku, aku janji nggak akan ngulangin lagi dan kamu jadi makin sayang sama aku," kata Jeno yang bawelnya kumat.

Jaemin yang semula diam seketika menoleh ke arah Jeno. Dia menatap wajah Jeno dengan tatapan serius. "Jeno," kata Jaemin yang suaranya nyaris tak terdengar.

"Iya, Na? Kenapa?"

"Jeno, aku— hiks..."

Jaemin menangis begitu saja dan membuat Jeno terkejut. Pasalnya selama pacaran dengan Jeno, Jaemin tjarang menangis. Wajar apabila Jeno terkejut. Dia bingung harus berbuat apa terhadap kekasih manisnya sedang menangis, namun Jeno tetap harus bersikap tenang.

"Nana kenapa nangis, hm?" tanya Jeno sambil merangkul pundak Jaemin. Tidak lupa kotak makan berisi nasi goreng itu diletakkan dulu.

"Nonooo, hiks..."

"Aku di sini, Nana. Sekarang kamu cerita sama aku. Tapi pelan-pelan aja ceritanya. Siapa yang udah bikin kamu nangis?"

Sebelum bercerita, Jaemin menghela napas terlebih dahulu sebagai tanda jika ia siap untuk memulai cerita pada kekasih tampannya itu.

"Oke, aku cerita sekarang. Tapi kalau kamu dengar cerita ini pasti kamu bakal marah banget sama aku," ujar Jaemin sambil mengepalkan kedua tangannya sendiri.

"Ya nggak marah, dong. Ngapain aku harus marah sama pacarku sendiri? Cerita aja. Aku mau dengarin kamu, kok." Jeno kembali membujuk Jaemin.

"Mmm, jadi gini. Kemarin itu aku jalan ke kantin sama anak-anak... Tapi akunya kebelet buang air kecil. Jadilah aku ke toilet dulu. Eh pas aku lagi di toilet ada si Hyunjin masuk."

Jeno sontak membulatkan kedua matanya kala Jaemin menyebut nama Hyunjin. Ada apa dengan si bad boy itu? Apa jangan-jangan orang yang sudah membuat Jaemin menangis seperti sekarang ini adalah Hyunjin?

"Hyunjin? Ngapain dia masuk ke toilet?" Jeno penasaran. Dia tetap bersikap tenang padahal sebentar lagi emosinya sampai di puncak karena nama Hyunjin disebut.

"Dia samperin aku ke toilet. Aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba ada dia. Kamu tahu Hyunjin ngapain? Dia goda aku. Dia panggil aku pakai sebutan 'sayang'. Terus badan aku dipegang-pegang sama dia. Nggak cuma itu, dia juga cium bibir aku sampai Lucas datang dan hajar si Hyunjin."

"BANGSAT! ITU COWOK EMANG KURANG AJAR! GUE MESTI KASIH PELAJARAN BUAT DIA SAMPAI MAMPUS!"

Jeno tersulut emosi karena Hyunjin berani melecehkan Jaemin. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan hendak menuju kelas Hyunjin supaya bisa memberi pelajaran untuk cowok itu, namun secepat kilat Jaemin menahan Jeno.

"Nono, jangan ngelakuin itu. Aku nggak mau nantinya kamu dipanggil ke ruang BK. Kemarin aja Lucas sama Hyunjin baku hantam sampai dua-duanya masuk ruang BK. Jangan temui Hyunjin, ya? Hyunjin udah ngerasain bogem mentah dari Lucas."

Jujur Aku Tak Sanggup [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang