Halaman 11

256 15 21
                                    

Hari ini hari Sabtu. Jaemin sudah ada janji bahwa dirinya akan menginap di rumah Haechan. Sebagai anak yang berbakti, Jaemin tidak lupa untuk meminta izin terlebih dahulu pada Suho dan Irene. Hasilnya? Tentu saja kedua orang tua Jaemin mau memberi izin kepada si bungsu karena mereka percaya jika Haechan adalah anak yang baik, hanya saja Suho memberi pesan kepada Jaemin agar tidak terlalu merepotkan keluarga Haechan.

"Jadi kemarin lo lihat Jeno sama Yeji pacaran di taman sekolah?" tanya Haechan yang kini berada di kamarnya bersama Jaemin.

"Iya," jawab Jaemin singkat.

"Mereka ngapain di sana?"

"Gue lihat si Jeno lagi disuapin Yeji, terus dia usap rambut itu cewek. Nggak cuma itu, Yeji juga sandaran di pundak Jeno."

"Apa lo cemburu pas lo tahu kalau Jeno udah punya pacar baru?"

"Nggak, tuh."

Haechan tertawa remeh. Ia sudah tahu sifat Jaemin selama mereka berteman. Di mata Haechan, Jaemin bukanlah seorang pembohong. Tetapi untuk kali ini Haechan dapat merasakan apabila Jaemin sedang berbohong tentang perasaannya.

"Nggak usah bohong. Kelihatan dari wajah lo kalau lo cemburu. Iya, kan?"

Jaemin menggigit pelan bibir bawahnya karena ia bingung harus memberi jawab seperti apa. Situasi ini membuat Jaemin bingung, antara ingin move on dari Jeno atau cemburu pada Yeji yang sudah mendapatkan hati Jeno.

"Gue ngerti banget gimana perasaan lo. Gue ikut sakit hati sama Jeno gara-gara dia mutusin lo gitu aja. Lo tuh anak baik yang nggak pantas disakiti. Asal lo tahu, gue pengen banget nonjok mukanya si Yeji pas dia bilang kalau dia itu pacar barunya Jeno. Songong banget jadi orang!"

"Omongan lo benar, Chan. Yeji songong banget di depan gue kemarin."

"Gue yakin kalau dia nggak jauh lebih baik dari lo. Cuma elo yang pantas buat Jeno. Gue juga yakin kalau hubungan mereka nggak akan bertahan lama kayak hubungan lo sama Jeno."

"Tapi gue berharap Yeji bisa bikin Jeno bahagia, nggak kayak gue yang udah bikin Jeno marah banget sama gue."

"Selama janur kuning belum melengkung, apa salahnya lo berharap Jeno jadi milik lo lagi?"

Jaemin terdiam. Tak lama kemudian sungai kecil mengalir dari kedua mata indahnya. "Oke, gue jujur sama lo. Gue berharap Jeno ngajak gue balikan. Tapi yang ada sekarang Jeno udah sama Yeji. Gue nggak terima. Gue cemburu pas lihat mereka di taman sekolah. Gue masih nggak percaya kalau secepat itu Jeno punya pacar baru."

Tangisan Jaemin begitu menyakitkan untuk Haechan. Tak salah apabila Hendery dan yang lainnya memilih untuk tidak berteman lagi dengan Jeno, karena Jeno berubah menjadi sumber sakit hati Jaemin.

"Gue nggak tega lihat lo nangis, tapi lo boleh nangis sepuasnya biar hati lo lega. Nangis aja nggak papa. Dengan cara ini mudah-mudahan lo nggak sakit lagi."

Haechan membawa Jaemin ke dalam pelukannya. Sungai kecil di mata Jaemin mengalir begitu deras. Dalam hati Haechan berjanji bahwa dirinya tidak akan mendukung hubungan Jeno dan Yeji supaya Jaemin tidak semakin sakit hati.

"Lo harus kuat, Na. Lo harus buktiin ke mantan kalau hidup lo bakal jauh lebih bahagia tanpa adanya dia. Karma nggak salah alamat. Gue yakin suatu saat nanti dia nyesel atas perbuatannya,"

Jaemin melepas pelukan Haechan, lalu ia menghapus air mata dan menatap wajah Haechan sambil tersenyum tipis. "Chan, gue beruntung punya teman kayak lo. Lo selalu ngertiin gue, lo selalu ada buat gue, bahkan lo percaya kalau gue nggak salah. Lo sama yang lain aja tahu kalau Jeno salah paham. Nggak kebayang apa jadinya kalau kalian nggak percaya sama gue dan ninggalin gue gitu aja,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jujur Aku Tak Sanggup [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang