Chapter XIV

91 9 0
                                    

Venus and Mars

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Warning content 21+
Selamat membaca

"Andrew!"

Venus benar-benar terkejut memandang Andrew yang berdiri di depan pintu ruang fittingnya. Rasanya air matanya akan tumpah sebentar lagi.

"Aku merindukanmu!"

Venus memeluk Andrew dengan sangat erat. Andrew adalah penyelamatnya, pria itu membantunya bangkit dari keterpurukan tanpa meminta imbalan apapun.

Sedangkan bagi Andrew, Venus sudah seperti adik perempuannya sendiri. Dia terkadang menyesali pilihannya dan menyesali kelainan orientasi seksual yang dialaminya.

Andaikan saja ia bisa memilih, ia akan memilih menikahi Venus.

"Jangan memelukku di tempat umum seperti ini." Andrew melepaskan pelukan Venus dan mengusap pipi wanita dihadapannya. "Lihat ini, make up milikmu luntur."

"Menyebalkan!" Venus membiarkan Andrew masuk ke dalam ruangannya. "Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Kakakmu yang mengundangku."

"Syukurlah." Venus tidak bisa menahan air matanya. "Kamu terlihat baik-baik saja."

Pandangan mata Andrew melembut. Bohong, jika ia mengatakan ia tidak menyesal melepaskan Venus. Bohong, jika ia tidak menyesali perasaannya.

Rasa sesak di dadanya tak tertahankan. Andrew duduk di salah satu kursi dan memandang Venus yang tampak menawan dengan gaun pengantinnya.

"Venus, kamu ingin kawin lari denganku, tidak?"

"Hah?" Venus memandang Andrew dengan pandangan tidak percaya. "Apa yang kamu bicarakan."

"Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Colt."

"Colt? Maksudmu Colt Rainer? Pacarmu yang ada di Australia?"

"Ya." Andrew membenahi jam tangannya. Ia merasa gugup. "Aku kehilanganmu. Rasanya hampa saat aku memberikanmu kepada perusahaan Rajendra demi sebuah kerja sama yang menguntungkan. Aku menyesal."

"Aku tidak paham."

"Aku merindukanmu." Andrew berlutut dihadapan Venus. "Hidupku terasa sepi sejak kamu menjadi sekretaris Rindi. Aku benar-benar frustasi hingga tidak tahu harus melakukan apa.

Aku merindukan cara berfikirmu yang berbeda dari orang kebanyakan, kepribadianmu yang ceria. Aku ingin menjadi pria normal yang mencintai seorang wanita. Aku mencintaimu, Ve."

Venus Athanasia tidak tahu harus melakukan apa. Ia hanya terpaku di tempatnya duduk dan memandang Andrew.

"Tapi.. aku sudah tidak perawan." Venus memandang Andrew dengan pandangan getir. "Rindi meniduri ku saat liburan di Bali tempo lalu. Aku kotor, tidak ada yang mau menerimaku selain Rindi."

"Kenapa? Kenapa kamu berfikiran seperti itu?" Andrew merasa terluka. Hal itu terlihat jelas dari sorot matanya. "Jadi, kamu menikah dengan Rindi hanya karena dia mengambil keperawanan mu?"

Venus memeluk lengannya sendiri. Ia mengalihkan pandangannya.

Siapa yang tidak akan jatuh cinta kepada Andrew Mahendra? Pria itu tampan dan memiliki kharisma yang berbeda dari pria lain.

Venus and MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang