Chapter XXIV

29 1 0
                                    

Venus and Mars

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

Rindi Mars Rajendra hanya bisa mematung sembari menatap istrinya yang menganakkan pakaian yang cukup menggodanya dan tersenyum sensual kepadanya.

Mengapa Venus yang manja berubah menjadi seperti ini?

"Apa yang terjadi?" Rindi berusaha menangkan dirinya. Tetapi, dirinya merasa sangat panas dan ingin menerkam Venus saat itu juga.

"Kamu tidak suka?"

Demi Tuhan. Venus benar-benar ingin menggodanya dan Rindi berusaha untuk menahan dirinya. Bayangan bagaimana mereka bertemu di club malam di Bali dan berakhir di atas ranjang berputar di dalam kepala Rindi.

Mereka sekarang sudah menjadi suami istri dan semenjak menikah. Mereka hanya tidur satu ranjang tanpa melakukan apapun. Kini, tiba-tiba istrinya menggodanya.

Rindi tidak berani menyentuh Venus karena menghormati istrinya. Dirinya yang mengambil keperawanan Venus meski akhirnya dirinya bertanggung jawab dengan menikahi Venus.

Tentu saja, ia tidak akan menyentuh Venus tanpa izin dari wanita itu dan Rindi harus menahan dirinya.

Tetapi sekarang, Venus secara terang-terangan menggodanya dan Rindi berada dalam batas kebingungan. Haruskah ia mundur atau maju menerkam Venus?

"Sepertinya kamu tidak tertarik, ya." Venus membalikkan badannya sebelum mengambil bathrobe yang sudah ia siapkan.

"Kamu benar-benar mencoba menggodaku?"

Venus menjerit ketika Rindi merebahkan dirinya ke atas ranjangnya dan mengunci pergerakannya. Kini, ia berada di atas ranjang dengan Rindi yang berada di atasnya.

Venus merasa sedikit menyesal. Venus bisa melihat sorot mata keinginan terpendam Rindi dan juga napas Rindi yang memburu. Seketika, Venus ingin melepaskan dirinya dan bersembunyi.

"Katakan," Rindi mencium leher Venus. "Kenapa kamu menggodaku?"

"Kamu ingin jawaban jujur atau bohong?" Venus menahan dirinya agar tidak mendesah.

"Jika aku memilih jawaban bohong?"

Venus tertawa kecil sebelum mengelus rambut Rindi dengan lembut.

"Aku hanya ingin membuka hati dan mencoba memulainya kembali." Venus memandang Rindi yang menghentikan kegiatannya. "Aku tahu, manusia bisa saja berubah dan tidak berubah. Tetapi, bisakah aku percaya padamu?"

Rindi merasakan dadanya memanas. Ia segera mencium Venus dengan ciuman yang panjang dan dalam. Rasanya ia ingin menangis.

"Rindi? Kamu menangis?"

Venus menatap Rindi yang menyembunyikan wajahnya di perpotongan lehernya. Ia bisa merasakan wajah Rindi yang basah. Mungkin karena air mata pria itu.

"Jika kamu tidak ingin melakukannya malam ini, kita bisa melakukannya lain kali."

"Tidak. Aku ingin melakukannya malam ini." Rindi mengangkat wajahnya dan membuat Venus terkejut.

Rasanya baru kali ini ia melihat Rindi yang selalu terlihat kuat tampak begitu rapuh. Ah, Venus baru ingat jika Rindi hanyalah manusia biasa.

Venus and MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang