18

108 28 6
                                    

Lets vote guys!
.

.

"Jika kamu membenci kekerasan. Namun, memberi komentar buruk pada orang lain. Kamu tidak ada bedanya dengan pelaku kekerasan! "

.

.












Dino bisa bernafas lega setelah dapat menemukan Rachel yang sedang berada dibawah pohon maple dengan daunnya sedang berguguran. Senyum mengembang diwajah Dino saat Rachel menoleh kepadanya.

"Apa kau menunggu lama?"tanya Dino pada Rachel.

Rachel mengangguk,"Cukup lama untuk dapat melihatmu lagi.."jawab Rachel.

"Maafkan aku."pinta Dino. Rachel tersenyum,"Tidak apa-apa.."sahutnya.

Mereka lalu berjalan berdampingan sembari dihujani daun maple yang jatuh layaknya hujan ringan. Sinar dari matahari yang berwarna oranye menembus sela-sela pepohonan. Menambah kesan senja yang sangat indah bagi keduanya.

"Kenapa tidak pakai mantel? Meskipun musim dingin belum tiba. Suhu sekarang sudah mulai menurun. Biarkan kau memakai mantelku."kata Dino perhatian sembari melepas mantel tebal miliknya.

Rachel menggeleng,"Aku sudah tidak merasakan apapun. Tidak dingin sama sekali disini..."

"Manusia bisa mati membeku karena kedinginan."kata Dino memberitahu.

"Tapi aku bukan manusia lagi sekarang.."jawab Rachel yang membuat alis Dino berkerut. Tak lama tawa dari Dino terdengar jelas. Membuat Rachel menatap khawatir.

"Rachel,jangan bercanda seperti ini. apa yang kau maksud dengan bukan manusia? Kau saja masih disini denganku.."kata Dino.

"Dino..apakah kau tak ingat kalau aku sudah meninggal lebih dari 5 tahun?."tanya Rachel.

Dino menggeleng tidak."A-apa kau disini untuk menjemputku?? Kau sudah menungguku bukan selama ini?"tanya Dino.

Tangan Rachel terulur menyentuh pipi Dino yang mulai basah karena tetesan air mata.

Rachel menggeleng,"Kenapa kau tumbuh menjadi pemuda yang bodoh Dino Alexander Navier?! Aku disini bukan untuk menjemputmu. Melainkan mencegahmu untuk pergi. bangunlah sekarang! Apa kau tak kasihan pada Meira? Dia gadis yang baik dan juga amat menyukaimu. Kenapa kau masih terjebak dengan aku serta masa lalu ini?"

"Karena kamu adalah cinta pertamaku!!"jawab Dino

Rachel tersenyum mendengarnya."Terima kasih karena masih mau mengingatku. Hidupku sudah berakhir,sedangkan hidupmu masih berlanjut. Hiduplah dengan baik dan jangan kamu buat sakit hati Meira. Jangan lupa mengunjungi makamku ya? Selamat tinggal."pamit Rachel.

Tiba-tiba ada angin kencang membuat daun maple yang berguguran menjadi terbang serta menutup pandangan Dino.

Satu daun maple memutari Dino lalu terbang ke atas langit yang berwarna biru cerah dengan diiringi suara tawa Rachel yang sangat bahagia.

"Aku akan bahagia disini. Kau juga harus bahagia disana Dino..."suara Rachel menggema dilangit.







***

Dino membuka matanya sedikit. Ia dapat melihat dokter,suster dan Meira yang berada disana. Meskipun masih agak buram ia mampu mengenali dengan baik siapa saja mereka.

𝐸𝓂𝑒𝓃𝒹𝒾 | Doyoung. [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang