7

79 7 1
                                    

Typo bertebaran!!
Mari kita melakukan simbiosis mutualisme ya😉

Happy reading!!!

Ayah. Sekarang aku tumbuh menjadi gadis dewasa. Tapi kenapa? Kedewasaanku tak diinginkan?
Nur Anisa
☆🌼☆

Saat ini, Nisa masih menangis sambil memeluk kedua lututnya. Sungguh, tubuhnya terasa seperti jelly setelah mendengar penuturan dari Bu Astri.

"Lea. Kenapa? Kenapa kau datang dalam kehidupanku? Dan merampas semua kebahagiaanku? Ibu. Nisa rindu pelukan dan juga kasih sayangmu."

Nisa benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa ikhlas menerima kenyataan ini. Tapi, ini bukan berarti dia menyalahkan takdir. Hanya saja ia sedikit iri dengan kasih sayang yang dilimpahkan oleh sang Ibu kepada Lea.

"Arghhhh."

Erangan Nisa yang dari tadi ia tahan. Kini, tidak satu orang pun yang mengetahui kesedihan Nisa. Dia benar-benar menutupi kesedihannya dengan senyuman palsu yang ia berikan selama ini kepada semua orang.

Tapi jauh dalam lubuk hatinya. Ia menginginkan seseorang yang bisa mengerti keadaannya. Dan bukan berarti itu bisa di tempati oleh Bi Ijum. Ia tahu bahwa Bi Ijum sangat perhatian padanya. Tapi ia tidak ingin menceritakan rasa sedihnya kepada orang lain. Biarlah ia memendamnya sendiri.

Nisa meraba-raba tangan sebelah kiri yang terpasang impus. Lalu, ia mencabut paksa impus tersebut. Sehingga mengeluarkan darah segar dari tangan putihnya itu. Kedua kakinya mulai nenyetuh lantai.

Tanpa bantuan tongkat lagi. Nisa nekat berjalan menuju luar rumah sakit. Tidak ada satu pun perawat maupun dokter yang lewat. Karena saat ini, sudah memasuki pukul 11 malam tepat. Napasnya tersengal-sengal memaksakan rasa lelah disekujur tubuhnya.

Jdarrr!!

Suara petir yang mengajak hujan bermain ke bumi. Seluruh tanah bumi mulai basah. Seolah-olah menjadi teman Nisa merasakan penderitaannya saat ini. Nisa masih bersekekeuh berjalan melewati hujan yang sangat lebat. Ia tidak peduli, siapa pun yang melihatnya saat ini.

Tin ... tin .... tin .....

Klakson menggema di jalan raya. Spontan membuat Nisa berhenti tepat ditengah jalan. Suara decitan dari rem mobil membuat Nisa mendongakkan kepalanya yang dari tadi tertunduk.

Brak

Pemilik mobil tersebut keluar menggunakan payung dan menghampiri Nisa yang masih setia berdiri menghalangi jalannya.

"Hey! Kau ini budeg apa?! Sudah berapa kali aku mengeklaksonimu, tapi kau sama sekali tidak mau menyingkir."

Bukannya merasa takut. Nisa malah tersenyum, hingga membuat orang di depannya merinding ketakutan.

"Kenapa kau tidak tabrak Nisa sekalian? Kematian adalah jalan pintasku mencari kebahagiaan."

What?! Baru pertama kali pria itu bengong mendengar penuturan gadis bercadar yang ingin membunuh dirinya. Itu sama bejatnya dengan dirinya.

Pria itu terus memandangi Nisa dari atas sampai bawah. Memang, penampilan Nisa sangatlah aneh bak teroris. Tapi, bukan berarti menakutkan ya ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis perindu cahaya[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang