chapter 6

14 4 0
                                    

"hei.."

Farlan menoleh

"Terimakasih.."zihan langsung membalikkan tubuh nya,ia langsung meloncati semak yang sengaja di tanam untuk menjadi sekat antara rumah nya dan rumah farlan.

Farlan menatap punggung zihan, gadis itu tak menoleh lagi bahkan sekedar untuk tersenyum pun tidak.sepanjang perjalanan pulang tadi mereka tak berbicara sama sekali.

Farlan heran,kenapa ada orang yang tahan duduk diam tanpa berbicara sama sekali terlebih zihan itu seorang perempuan.menurut nya perempuan mana yang akan tahan diam tanpa bicara.di kelas pun zihan hanya duduk diam sekedar berbicara dengan teman yang lain pun tidak.

Dia lebih suka menyibukkan diri nya sendiri, belakang ini farlan tau ternyata zihan salah satu murid berbakat,dari kelas 10 sudah memenangkan olimpiade bakat nya juga mengagumkan ia bisa melukis, membuat puisi juga membuat karangan.

Farlan sedikit mensyukuri, setidaknya kesendirian zihan di barengi dengan kepintaran nya setidaknya ia tak perlu menggantung pada orang lain.mengingat sikap gadis itu sangat buruk dalam hal komunikasi.

Tapi sendiri itu tidak menyenangkan

Ya sangat tidak menyenangkan,kau tidak mempunyai teman untuk di berbagi segalanya, setidaknya untuk berbagi hal yang mengganjal di hati.farlan bertekad untuk menjadi teman Zihan,tak peduli jika zihan akan mengusir nya atau mengacuhkan nya meskipun ia yakin zihan tidak akan seburuk itu menanggapi niat baik nya.

Ia hanya perlu mengubah cara pandang zihan yang selalu negatif menanggapi kebaikan orang lain.masih banyak orang baik yang belum kau temukan dan jika tidak menemukan orang baik itu jadilah salah satu dari mereka, Kalimat dari ayah nya terngiang di telinga nya.

"Farlan,kok malah bengong di situ..ayo masuk"

Farlan tersadar ia sedari tadi mematung di halaman dan masih menaiki motor nya,ia cukup malu saat ibunya berseru demikian.ia keliatan bodoh melamun sendirian.

***

"Makanya kamu cepat pulang,dia bahkan tidak menghormati ku sebagai ibunya.aku tidak tahan setiap hari dia bersikap seperti nyonya.."

Rina tak menyadari orang yang sedang ia bicarakan sudah masuk rumah bahkan melewati nya yang tengah duduk di sofa sambil menonton TV,zihan juga tak peduli apa yang ibunya katakan kepada ayahnya di telfon toh ayah nya juga tak peduli terhadap nya.

Kedatangan zihan di susul erik yang baru masuk rumah,ia menatap zihan yang tengah menaiki tangga.erik mengusap rambutnya yang berantakan,baju nya juga sama berantakan menandakan ia murid yang cukup nakal di sekolah.

Ia sebenarnya tak tahan setiap hari zihan mengacuhkan nya,ia sudah menyukai zihan sejak pertama kali mereka di perkenalkan oleh orang tua mereka sebelum menikah.sebenarnya mereka masih satu angkatan,namun zihan menegaskan jika dia lahir tiga bulan lebib dulu di banding erik.jadi mau tak mau erik lebih muda dari nya.

Dan itu juga tak menjadikan zihan mau menjadi kakak bagi erik,maka dari itu erik juga tak mau repot-repot menganggap nya kakak.

Huh, kenapa pula aku harus menjadi adik nya.kan aku jadi kesulitan mendekati nya

Zihan cukup menarik untuk di dekati,gadis itu pasti sangat cantik jika saja rambutnya tak sepedek itu.tentu saja hanya laki-laki yang waras yang akan menyadari betapa menariknya zihan.

Meskipun ia tau zihan membenci ibunya begitu pula dengan dirinya.setiap hari pasti ada saja yang menyebabkan mereka cekcok,dan erik hanya diam saja ia berlagak baik hanya untuk menarik perhatian zihan.

Tapi nampaknya semua itu sia-sia.

COVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang