Duk, Duk, Duk..
Suara dari pantulan bola orange yang di pantulkan ke tanah pun terdengar. Terlihat saat ini Rainer tengah men-dribble bola basket di tengah lapangan, sesuai dengan keinginan Radit sang ketua osis sekaligus sepupunya itu.
"SEMANGAT KAK RAINER!"
"KAK RAINER!"
"KAK RAINER!"
Sorak para siba pun memenuhi lapangan membuat Rainer semakin bersemangat untuk menunjukan skill nya dalam bermain basket.
"WOAAAAAHHHHH!!!"
"KAK RAINER!!!!!!"
Teriakan semakin terdengar heboh saat Rainer berhasil memasukan bola orange itu kedalam ring beberapa kali. Rainer hanya menunjukan senyum lebar pada calon adik-adik kelasnya itu, tapi tak lupa ia menunjukan senyum remehnya pada Radit, dan hal itu jelas membuat Radit semakin geram.
"Gimana guys, keren kan si gue?!" seru Rainer.
"KEREN BANGET KAK!" sahut para siba heboh.
"Well," Radit melangkahkan tungkainya mendekat pada Rainer yang masih ada di tengah lapang.
"Menurut kalian kak Rainer hebat ga?" tanya Radit pada seluruh siba, tak lupa ia merangkul bahu Rainer.
"HEBAT KAK! GANTENG LAGI!" jawab para siba.
"Kan kalau tadi kak Rianer main basketnya sendiri, biar tambah seru gimana kalau mainnya one by one, kak Rainer ngelawan kak Ben kapten dari tim basket, gimana?"
"MAU KAK!"
"AYO KAK RAINER! KAK RAINER! SEMANGAT KAK!"
Rainer menghela nafas sejenak, ia lantas menatap tajam pada Radit. Rainer tau sekali bahwa Radit hanya ingin mempermalukannya di depan seluruh siswa/siswi baru, ia sudah hafal niat buruk sepupunya itu. Radit ingin Rainer bermain basket one by one dengan Ben yang notabenya sahabat Radit sendiri, yang mana Rainer tau pasti ia akan kalah atau bisa-bisa Rainer malah tumbang karena permainan kasar Ben, jangan lupakan Radit dan Ben itu sama, sama-sama menyebalkan.
Padahal Radit sendiri jelas-jelas tau bahwa jantung Rainer itu lemah, jantungnya berbeda dengan dia bahkan dengan seluruh siswa-siswi yang ada di sekolah ini. Bukan hanya masalah jantung saja, selain itu Rainer juga mengidap skoliosis, penyakit yang berhubungan dengan tulang belakangnya hingga membuat Rainer harus mengenakan brace hampir setiap hari, tapi Radit selalu saja menantang fisik Rainer entah dimana pun dan kapan pun, Radit selalu ingin membuktikan sekuat apa Rainer, padahal sudah jelas seharusnya Radit tau kalau Rainer takkan lebih kuat darinya yang sehat secara fisik.
Yah, Rainer akui itu, dia memang terlahir lemah.
"Lo ada masalah apa sih sama gue, Dit?" bisik Rainer.
"Gak ada masalah apa-apa sih, cuma pengen tau aja sehebat apa seorang Rainer Aileen Abhivandya," balas Radit dengan senyum sinisnya.
"Kelainan jiwa, besok besok mending lo periksa ke psikiater deh."
Rainer melangkahkan tungkainya menjauh dari Radit, lalu ia menatap pada calon adik-adik kelasnya itu. Tak lupa ia balik tersenyum sinis pada Radit, dan menatap pada Ben yang tengah menatapnya remeh di tribun sana bersama geng basketnya.
"Kalau lawan kapten basket kayanya ga seru deh, udah pasti saya kalah, karena saya bukan anggota club basket. Gimana kalau one by one nya sama kak Radit?! Duel ketua osis vs wakil ketua osis, gimana?! Pasti seru banget kan!!!" seru Rainer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakya & Rainer ▪ [BROTHER] ✔
FanfictionTentang Rainer si adik manja, nakal, pecicilan, tidak mau diam, dan si pencari perhatian Sakya yang notabenya manusia cuek, datar dan sedingin es. Namun, dalam diamnya Sakya sangat menyayangi Rainer si adik capernya. Pebedaan Rainer saat di rumah da...