03. Si pencari masalah

6.7K 825 246
                                    

Pagi ini Rainer terlihat tengah mematut dirinya di depan cermin. Jika biasanya Rainer sulit di bangunkan, maka pagi ini dengan mandirinya dan dengan bangganya seorang Rainer Alieen Abhivandya bangun lebih pagi dari biasanya. Dan yang lebih membanggakan lagi bagi Rainer adalah pagi ini ia tak perlu bermain kejar-kejaran bersama bi Imah dan pak Joko untuk membujuknya sekolah, karena pagi ini Rainer terlihat sudah tampan dengan seragam sekolahnya.

"Gila gilaaa, lo ganteng banget Rainer! Udah pasti sih pak Jokowaw bangga punya rakyat ganteng kaya gue! Ah gila Rainer, lo ganteng banget anjir," gumam Rainer dengan penuh percaya dirinya.

Ya memang anaknya ganteng sih, jadi ya sudah tak apa-apa, sebahagianya Rainer saja.

Setelah memastikan bahwa penampilannya sudah rapih, seragam yang membalut tubuhnya sudah lengkap tanpa kekurangan atribut satu pun, serta brace yang sudah terpasang di tubuhnya, Rainer lalu mengambil kacamata minus nya dan langsung memakainya.

"Wagelasih, tambah ganteng lo Rain kalau pake kacamata!"

Selesai dengan urusan ngaca mengaca, lantas Rainer mengambil tasnya yang ada di atas ranjang kingsize nya. Setelah itu, ia pun berjalan keluar meninggalkan kamar tercintanya.

Rainer berjalan ke arah lift untuk menuju ruang makan, tempat dimana kemungkinan sang kakak sudah menunggunya disana.

Ting!

Tak membutuhkan waktu lama kini Rianer sudah berada di lantai 1.

"Pagi ku cerah ku matahari bersinar, ku gendong tas begal ku di pundak, asyeeeeeeek~" Rainer bersenandung ria seraya melangkahkan tungkainya menuju ruang makan.

"Selamat pagi den Rainer, aduh tumben banget nih udah bangun den? Ini masih jam 6 loh," sapa bi Imah yang tak sengaja berpapasan dengan Rainer saat di dekat area tangga.

"Ck bangun pagi salah, ga bangun apalagi, udahlah hidup Rainer emang serba salah kayanya," ujar Rainer membuat bi Imah terkekeh pelan.

"Ya habisnya tumbenan banget aden udah siap pagi-pagi begini, biasanya jam 7 baru bangun, itu pun harus di siram dulu sama tuan muda Sakya," ucap bi Imah.

"Aduh jangan buka kartu juga bi, ya pagi ini Rainer lagi semangat aja, soalnya pagi ini Rainer bisa sarapan bareng mas Sakya!" sahut Rainer dan seketika membuat bi Imah mengernyit heran.

"Eh? Tuan muda Sakya baru aja pergi den, katanya ada problem gitu, ga tau lah bibi ga ngerti."

Mendengar hal itu senyum lebar di wajah Rainer pun menghilang seketika.

"Ha? Mas udah pergi?"

"Iya den, baru aja tadi tuan muda Sakya pergi."

"Lah kok ga nungguin aku?! Ah bodo lah mas Sakya emang nyebelin, dasar es tua nyebelin nyebelin!" Rainer menghentak hentakan kakinya kesal, dan hal itu malah terlihat lucu, membuat bi Imah serta beberapa maid yang lain pun tertawa.

"Mas Sakya! Dasar kucing garong! Dasar triplek! Dasar beruang kutub! ARGHHHHHHHHHH ANDWEEEEEE!" teriak Rainer yang kini terlihat seperti orang frustasi.

"Ada apa ini? Adek kenapa? Kok teriak teriak?" intrupsi seseorang yang membuat Rainer dan bi Imah langsung menoleh pada asal suara.

"N-nyonya.."

Terlihat ada seorang wanita cantik yang kini tengah berjalan dengan sangat anggun menghampiri Rainer.

"BUNDAAAAAA!"

Senyum yang sempat luntur di wajah Rainer kini kembali terlihat kala melihat siapa pemilik suara lembut yang mengintrupsi pembicaraanya tersebut.

"Hai sayang," sapa sang wanita cantik yang tak lain adalah Davina, bunda dari Rainer dan Sakya.

Sakya & Rainer ▪ [BROTHER] ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang