"Adek kenapa bisa berantem sama Radit?" tanya Sakya yang kini sudah berada di dalam mobil bersama sang adik, Rainer.
Setelah mengetahui keberadaan Rainer yang ada di warung belakang sekolah melalui gps yang terpasang di smartwatch sang adik, tanpa mengatakan apapun Sakya langsung menciduk Rainer ke TKP. Dan benar saja Rainer memang berada disana bersama Juan dan Keenan.
Rainer yang sempat berniat kabur pun berhasil di cegah oleh Sakya, sedangkan Juan dan Keenan lari entah kemana. Biar saja, Sakya akan mengadukannya nanti pada Hiro dan juga Juna.
"Ga tau, mas tanya aja sama si Radit sana," jawab Rainer seraya melipat kedua lengannya di depan dada.
"Kamu juga salah satu tersangkanya, ngapain saya harus nanya ke Radit?"
Mendengar kata 'saya' yang di ucapkan oleh Sakya sontak membuat kedua bola mata Rainer membulat lucu. Jika sudah begitu, tandanya Sakya sedang mode serius. Namun namanya juga Rainer, soal meluluhkan Sakya dia memang ahli nya.
"Dih pake saya saya segala, kaku beud kek kanebo kering! Lagian jangan pake bahasa baku mas, Rainer kurang bisa soalnya setiap pelajaran Bahasa Indonesia Rainer selalu bolos, ya gimana atuh guru nya killer," oceh Rainer yang hanya di tatap datar oleh Sakya.
"Saya serius Rainer! Jelasin semuanya!" nada bicara Sakya mulai sedikit meninggi, membuat Rainer mencebikan bibirnya lucu dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Tidak tau! Tidak tau! Tidak tau! Rainer tidak tau! Sana saudara Sakya tanyakan saja pada sepupu anda tersayang! Lagi pula Rianer tidak akan mencari masalah kalau sepupu saudara tidak mencari masalah duluan, sekian dan terimakasih!" setelah mengucapkan hal itu Rainer memalingkan wajahnya, ia kesal, ingin marah namun tidak bisa, kalau pun bisa pasti akan berefek pada jantungnya.
Tanpa Rainer tau, diam-diam sang kakak tersenyum tipis karenanya.
"Kok bisa berantem? Apa yang buat kalian berantem sampai adu jotos gitu? Kamu sama Radit itu saudara, masa berantem terus sih?"
"Udah di bilang Rainer ga tau, mas nanya mulu kek polisi lagi introgasi tersangka, sebel banget Rainer, tau ah bete!"
Dapat Sakya lihat tangan Rainer mulai terangkat untuk mengurut dada kirinya dengan pelan. Oh itu tanda tidak baik.
Pip, Pip, Pip..
Dan benar saja, tak lama dari itu smartwatch yang melingkar di pergelangan tangan Rainer pun berbunyi menandakan bahwa kini jantung Rainer tengah berdetak tidak normal.
"Eungh," lenguh Rainer pelan dengan tangannya yang masih mengurut dada kirinya.
"Kenapa dek? Dadanya sakit?" melihat sang adik seperti tengah kesakitan pun membuat Sakya menjadi panik seketika.
Rainer tak menjawab, ia tengah mencoba menetralkan rasa sakit yang menghujam dada kirinya.
"Obat? Obat kamu dimana, dek? Kita ke rumah sakit ya?"
"D-di tas, eungh s-sakit.."
Lantas Sakya pun meraih tas Rainer untuk mencari obat yang di butuhkan oleh sang adik.
"Kamu nyimpen obatnya di sebelah mana dek?" tanya Sakya yang tak kunjung menemukan obat milik sang adik.
Rainer menarik nafas perlahan meski dadanya terasa sangat sesak, namun karena sudah terbiasa perlahan rasa sakit itu mulai pergi meski masih ada.
"Ga usah minum obat deng, aku gapapa mas, udah ga terlalu sakit," ujar Rainer.
"Ga bisa, kamu harus minum obat Rainer! Atau ga kita ke rumah sakit sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakya & Rainer ▪ [BROTHER] ✔
FanfictionTentang Rainer si adik manja, nakal, pecicilan, tidak mau diam, dan si pencari perhatian Sakya yang notabenya manusia cuek, datar dan sedingin es. Namun, dalam diamnya Sakya sangat menyayangi Rainer si adik capernya. Pebedaan Rainer saat di rumah da...