Setelah selesai meraih kemenangan pada lomba estapet lari dan melakukan selebrasi dengan sedikit heboh, Rainer, Juan dan Keenan pun merasa kelelahan dan butuh asupan agar energi mereka kembali terisi. Beruntunglah setelah estapet lombar lari selesai dilaksanakan pihak sekolah langsung memunculkan beberapa stand stand makanan juga minuman membuat para ayah dan siswa/i bersorak girang karena mendapat makanan gratis.
Selain stand makanan, pihak sekolah juga menyediakan panggung kecil untuk pentas seni lainnya, sehingga terdengarlah alunan musik akustik yang dimainkan oleh band sekolah membuat suasana di lapangan sekolah terasa begitu hangat dan penuh keakraban.
Tak ingin ketinggalan berburu makanan seperti siswa lainnya, kini Rainer, Juan dan Keenan tengah asyik mengelilingi lapangan sekolah untuk menyicipi satu persatu makanan pada tiap stand.
"Nah gini kan enak, gue udah bayar sekolah mahal-mahal ada feedback baik, gue bisa makan gratis sepuasnya," seru Keenan seraya memakan pudding coklat setelahnya.
"Iya lah harus kaya gini, inget bro kita bayar spp sebulan bepuluh-puluh juta apalagi kita termasuk donatur sekolah," timpal Juan.
"Bayar spp berpuluh-puluh juta tapi kerjaan kita kalau ga bolos ya cari masalah," Rainer yang sedang minum susu strawberry pun ikut menyahuti.
"Hehe definisi menghamburkan uang dengan cara yang sangat berfaedah Rein," cengir Keenan.
"Tapi pinter kagak tolol iya!"
"Ya siapa lagi kalau bukan, Juan?"
"Kok gue sih anjing?!" Juan mulai meng-gas.
"Ya emang lo babi! Gue mah masih tergolong anak sholeh," ucap Keenan.
Juan mendelik malas seraya merangkul pundak Rainer, "iyain deh umur mah kan ga ada yang tau ya Rein?"
Rainer dengan polosnya mengangguk dan jangan lupakan ia masih meminum susu strawberry nya, terlihat sangat menggemaskan.
"Anying sialan lo, Juan!"
"Wkwkwk tapi bener–"
"Eh ada lo trouble maker sekolah disini, kebetulan banget," ujar seseorang yang baru saja datang menghampiri mereka bersama gengnya membuat ucapan Juan terhenti seketika.
Melihat siapa yang datang pun raut wajah Rainer, Juan dan Keenan langsung berubah seketika menjadi datar dan sinis.
"Mau ngapain lo kesini? Pasti mau ngucapin selamat atas kemenangan kita 'kan?" tanya Juan dengan senyum sinisnya.
"Atau mau nyindir kita karena iri?" tambah Keenan sedangkan Rainer hanya bisa diam dan menghela napas lelah.
Yah seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Radit si musuh bebuyutan Rainer, Juan dan Keenan.
"Iri? Buat apa gue iri? Gue iri sama kalian yang anak ga jelas asal-usulnya? Sorry tapi kalian bukan level gue," sahut Radit dengan santainya diiringi tawa kecil dari teman-temannya.
"Maksud lo apa anying? Bapak gue ada noh di tribun liat pake mata makanya bukan pake mata batin! Pake bilang gue anak yang ga jelas asal usulnya!" emosi Keenan mulai terpancing namun sebisa mungkin Juan yang berdiri di sampingnya menahan pergerakan Keenan.
"Kok emosi gitu sih Keen? Lagian yang gue maksud bukan lo kok, tenang aja. Gue ga ada masalah sama lo berdua," ucap Radit kembali terkekeh pelan.
"Udah lah Dit gue lagi ga mood buat berantem, mending lo cabut dari sini sekarang juga," Rainer yang sedari tadi diam pun akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Kenapa gue harus pergi dari sini? Ini kan lingkungan sekolah jadi bebas dong gue mau disini, disana atau dimana pun karena gue bayar. Gue ingetin, kakek gue salah satu donatur terbesar di sekolah ini," sahut Radit penuh penekanan pada kalimat terakhirnya seraya mendorong bahu Rainer dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakya & Rainer ▪ [BROTHER] ✔
FanfictionTentang Rainer si adik manja, nakal, pecicilan, tidak mau diam, dan si pencari perhatian Sakya yang notabenya manusia cuek, datar dan sedingin es. Namun, dalam diamnya Sakya sangat menyayangi Rainer si adik capernya. Pebedaan Rainer saat di rumah da...