Saat ini Sakya tengah mengistirahatkan tubuhnya di sofa yang ada di kamar rawat VVIP ini setelah sang sepupu Radit di pindahkan. Sakya terlihat lelah dan berantakan sekali, tangannya tak henti memijat pangkal hidungnya saat rasa sakit mulai menjalar di kepalanya. Sedangkan sang sepupu sendiri saat ini tengah terbaring lemah di ranjang pesakitan sana dengan kedua netranya yang masih terpejam sejak di pindahkan dari emergency room ke ruang rawatnya. Sakya terlalu fokus dengan rasa sakit di kepalanya hingga tak menyadari jika pintu kamar rawat terbuka dan terlihat seseorang yang berjalan memasuki kamar rawat tersebut.
"Sakya.." suara berat dari seseorang itu berhasil membuyarkan lamunan Sakya. Dapat ia lihat seseorang itu yang tak lain adalah sang kakek alias tuan besar Abhivandya sudah berdiri tegap di samping ranjang pesakitan.
"Lho grandpa? Kapan datang?" tanya Sakya dengan kernyitan heran seraya beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri sang kakek.
"Baru saja grandpa datang, apa kata dokter soal kondisi Radit?" jawab dan tanya tuan Abhivandya to the point.
"Radit kelelahan, harus cuci darah lagi. Nanti setelah sadar dan kondisinya stabil baru bisa dilakukan proses cuci darah nya. Tapi grandpa tenang aja, kondisi Radit saat ini dalam keadaan stabil cuma Radit emang butuh banyak istirahat aja," jawab Sakya yang diangguki paham oleh sang kakek.
"Karna udah ada grandpa disini yang jagain Radit, saya mau pamit ada beberapa hal yang harus saya urus termasuk jemput Rainer ke sekolah."
"Rainer sudah pulang, Sakya. Lebih baik kamu disini dulu jaga Radit bersama grandpa," ucap sang kakek membuat Sakya mengernyit heran.
"Kenapa grandpa bisa tau kalau Rainer udah pulang?" tanyanya.
"Grandpa tadi ketemu sama dia di depan kamar rawat, terus grandpa suruh pulang aja biar anak itu bisa istirahat di rumah," jawab tuan Abhivandya.
"Kenapa di suruh pulang? Kenapa ga di suruh masuk aja atau tunggu di luar? Biar nanti Rainer bisa pulang bareng saya grandpa," tanya Sakya lagi dengan kedua alisnya yang mengernyit heran tak habis pikir dengan sang kakek yang malah menyuruh adiknya -anaknya- pulang.
"Radit butuh istirahat, kalau Rainer kesini dia pasti bakal ganggu istirahat Radit, kamu tau sendiri mereka ga pernah akur. Jadi ya grandpa suruh Rainer buat pulang aja biar tuh anak istirahat di rumah dan ga bikin masalah lagi," jawab tuan Abhivandya seraya mendudukan tubuhnya di sofa dengan angkuhnya.
"Grandpa harusnya ga nyuruh Rainer pulang gitu aja, saya ada disini jadi Rainer bisa pulang sama saya. Lagipun bukan Rainer yang suka cari masalah, saya tau bagaimana sifat Rainer dia ga akan cari masalah sama orang lain kalau ga orang lain yang cari masalah duluan sama dia," Sakya sepertinya tak terima dengan apa yang di lontarkan oleh sang kakek.
"Ga usah jadi yang paling tau soal Rainer, memang kamu siapa nya? Udah lah Sakya ga usah berlebihan, lagian Rainer udah besar, berantem aja bisa masa pulang sendiri ga bisa? Harusnya kamu jangan manjain anak itu terus menerus jadinya di begitu melunjak," sahut tuan Abhivandya membuat Sakya semakin menatapnya heran, mendekati jengah. Ia tak terima karena sang kakek berbicara seolah-olah Rainer itu anak yang berperilaku buruk.
"Yang grandpa sebut anak itu adalah anak dari ayah sama bunda, cucu grandpa sendiri!" Sakya mulai sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Kamu jangan lupa soal Rainer. Dia itu bukan anak Davina dan Jerome," mendengar hal itu tangan Sakya terkepal kuat, kilat amarah terlihat di wajahnya yang semakin dingin dan datar.
"Rainer memang bukan anak ayah dan bunda, tapi darah Abhivandya tetap mengalir di tubuhnya!" sentak Sakya.
Tanpa keduanya sadari sejak tadi seseorang yang tertidur di ranjang pesakitan itu saat ini tengah menyeringai kecil. Ya, Radit memang sudah bangun sejak sang grandpa memasuki kamar rawatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakya & Rainer ▪ [BROTHER] ✔
FanfictionTentang Rainer si adik manja, nakal, pecicilan, tidak mau diam, dan si pencari perhatian Sakya yang notabenya manusia cuek, datar dan sedingin es. Namun, dalam diamnya Sakya sangat menyayangi Rainer si adik capernya. Pebedaan Rainer saat di rumah da...