Prologue

157 26 28
                                    

CITA-CITA, saat semua orang berpikir bahwa itu adalah impian, justru bagiku adalah delusi persekusi. Saat semua orang berpikir bahwa itu adalah patokan menuju keberhasilan, justru bagiku adalah patokan menuju kehancuran. Kata yang berkaitan dengan ‘cita’ begitu menyiksa diriku, seolah kehancuran itu ada dan sudah di depan mata. Saking menyiksanya, sampai-sampai definisi cita-cita bagiku tidak ada dibuku kamus mana pun.

Definisi cita-cita bagiku adalah ‘rentan’. Isinya hanya tentang kerapuhan. Tidak pernah sesekali menyisakan kebahagiaan, yang ada ia hanya menyisakan siksa dan itu benar-benar menyakitkan. Nyatanya, sakit batin jauh lebih perih daripada sakit fisik. Fisik dapat dan lekas untuk dipulihkan, sementara dengan batin, apa kabar? Butuh waktu bertahun-tahun untuk aku bisa bangkit, tapi nyatanya, aku tetap di sini-sini saja. Tidak ada kemajuan. Sebab, ketika aku maju, aku jatuh, ketika aku mundur, aku malah semakin jatuh. Simple-nya, maju kena, mundur juga kena. Tidak mungkin jika aku harus berjalan menyamping, simpang namanya.

Aku hidup bak Rapunzel yang tidak diizinkan menikmati dunia luar. Hidup di bawah tekanan adalah awal mula dari kehancuran. Begitu sulit untuk membangkitkan sisa-sisa energi, saking lelahnya dengan keadaan. Hingga suatu ketika, kekebalan itu mulai terasa. Membuat aku hidup tanpa ada tujuan.

Entah, ke mana saja aku selama ini melangkah. Yang jelas, saat itu, semua orang hanya tahu, aku gadis periang dan pekerja keras. Pintar dalam segala mata pelajaran, tapi mereka tidak tahu, bagaimana tersiksanya aku, ketika berada di rumah.

Simple-nya gini. Hidup itu seperti buku. Jangan dilihat dari sampulnya. Katakan saja sampulnya menarik, tapi belum tentu sama menariknya dengan isi. Sampul hanyalah sebatas dari daya tarik, tidak menyisakan kelebihan apa pun selain itu.

Aku frustasi, aku kesal, aku sedih, aku ingin menyerah, aku ingin berpasrah, tapi keadaan yang membuat aku harus terus bertahan.

"Ini semua karena kita sayang," kalimat ini adalah alasan yang sebenarnya bukan dari definisi kasih sayang sesungguhnya.

—————

See you next chapter!

Cerita ini khusus, point-nya tentang psikis.

Harap tenang, chapter 01 belum mulai.

By the way guys, cerita ini yang akan menemani kalian saat puasa karena aku update-nya setiap hari. Jika nanti ada unsur yang mengandung bawang, bawaannya suuzan mulu, aku update-nya setelah buka puasa atau saat sahur yah, hehe.

Kalau sekiranya di tempat kalian belum buka puasa, dimohon sangat bacanya setelah buka puasa di tempat kalian, oke? Untuk kalian bisa mudah mengetahui chapter-nya mengandung bawang atau tidak, kalian telitiin yah, kalau sampai sore aku enggak update cerita ini, berarti ceritanya memang mengandung bawang. Sekian, terima kasih Pejuang Mimpi!

Yuk support cerita ini! Add in your library to new chapter.

Seluruh hak cipta cerita ini dilindungi oleh undang-undang. Maka tag aku di instagram @syadeerathr jika kalian membagikan apa pun terkait cerita ini.

Never get bored in being grateful, learning, and working.

Sidoarjo, 13 April 2021

— Shadira Hr.

Prioritaskan Al-Qur'an di atas segala bacaan lainnya.

Rentan Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang