“Waktu belum berakhir, masih ada hari esok. Pastikan itu adalah waktu yang harus lebih baik lagi.”
—————
TANGANKU dengan gemetar memegangi selembar kertas putih. Kertas itu adalah undangan, yang dimana aku tidak ingin hari itu terjadi. Aku berdoa penuh harap, semoga keinginan mereka untuk aku pindah posisi ranking terwujud, Aamiin.
Setelah membaca lampiran tersebut, aku langsung meletakkannya ke dalam tas sambil menghela napas gusar. Senin yang begitu menyesakkan kalbu.
Dear self ....
Aku tahu, perjalanan hidup ini berat. But, kita harus kuat, kuat, dan selalu kuat. We are strong woman, pasti kita bisa lalui ini semua. Seberat apa pun itu, kita harus terus berjalan. Harus tetap kuat, walau perjalanan hidup ini terus dihadang oleh ombak yang begitu besar.
Ayo tertawa, kembangkan senyum walau perjalanan ini berat. Oke, tertawa memang tidak pernah menyelesaikan masalah. Bahkan menangis sampai mengeluarkan darah sekali pun, tetap tidak akan menyelesaikan masalah. Namun, lebih baik tertawa, karena dengan tertawa orang lain tidak pernah tahu kalau sebenarnya kita terhimpit oleh banyaknya masalah.
Cara apa yang harus aku lakukan, selain harus menguatkan diri sendiri? Tidak ada.
"Dari semalem dilihat kalau tentang undangan rapor kok kamu berubah drastis sih In?" tanya Diana.
"Iya nih," sahut Natasya menyetujui ucapan Diana. Aku tersentak, karena sebelumnya aku sempat melamun. Aku menatap ke arah Diana, lalu menggelengkan kepala.
"Aku udah bilang, aku enggak papa. Jangan gitu dong kalian, kalau kalian kayak gini aku bisa-bisa stress," kataku lalu memanyunkan bibir. Natasya menampar pelan pipiku.
"Dih, belagak stress kayak udah pernah stress aja," kata Natasya kemudian. Aku hanya menunjukkan deretan gigi, padahal saat itu hatiku berbicara. Everytime I'm stressed, jika itu berhadapan dengan orang tua.
"Udah ah, nggak usah dibahas. Yuk ke kantin!" ajakku sambil menarik tangan keduanya. Tidak ada cara lain selain mengalihkan topik pembicaraan. Aku tidak ingin terjebak lagi dan hanyut dalam situasi. Aku harus terlihat kuat di depan semua orang dan aku saat ini tidak ingin orang-orang menyadari akan semua ini.
Dulu, saat aku mengharapkan akan ada orang yang bisa mengerti aku, tapi tidak dengan sekarang. Bahkan aku tidak ingin mereka semua tahu aku sedang dihimpit masalah yang menurutku ini cukup berat karena versus-nya adalah orang tuaku sendiri. Aku saat ini hanya ingin semua orang tahu, bahwa aku baik-baik saja dan aku tidak butuh belas kasihnya.
Aku percaya sama kemampuanku sendiri. Karena sebelumnya sudah aku bahas, bahwa tidak akan ada sesuatu yang sia-sia. Aku yakin, aku akan berhasil. Tinggal menghitung waktu, semua akan terlihat dengan jelas.
Kami berbincang kecil sepanjang koridor menuju kantin. Tertawa dan menikmati banyak hal bersama para sohibku ini. Aku sedang menikmati hidupku bersama teman-temanku. Jika aku tidak bisa menikmati hidup bersama kedua orang tuaku, aku masih memiliki tujuan hidup lain, yaitu sahabatku.
"Seru yah hidupnya Inayah," kata Natasya yang spontan membuat aku menoleh ke arahnya. Kami sedari tadi tidak membahas kehidupan mengapa kalimat ini bisa ditarik dalam topik seperti ini?
"Kenapa gitu?" tanya Diana.
"Yah ... lihat aja deh, dia kayak enjoy dalam menikmati hidup," jawab Natasya. Kebiasaan, selalu melihat dari luar, tidak pernah berpikir untuk melihat bagaimana prosesnya. Iyalah seru, iyalah enjoy, wong yang ditunjukin yang seneng-seneng aja. Lainnya? Dihempaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentan Kisah [END]
Ficción General[Teenfiction - Spiritual - Spesial Ramadan 2021] Aku hidup bak Rapunzel yang selalu kesepian. Terjebak dan tidak diizinkan menikmati dunia luar. Aku bukan Putri Anneliese yang memiliki Elika untuk dapat diajak bertukar posisi pada masa-masa yang sul...