{ 2 } Telpon dari Kazeo

128 43 135
                                    

─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-─ׅ̈́̈́-

Collab project with:
Lucious-Lawliet & NurulAini955
Selasa, 07 Desember 2021
00:30 WITA

Collab project with:Lucious-Lawliet & NurulAini955Selasa, 07 Desember 202100:30 WITA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Main mulu kerjaan lo." El sambil menjitak kening Naoto yang sejak tadi sibuk sendiri dengan nintendo milik El.

"Ish. Apaan sih! Lagian yang lain juga belum datang.'

El mendengus kesal sambil berkacak pinggang. "Janjian jam 4, sampe jam 5 belom datang. Mereka ngaret atau lupa sih sebenernya. Gue capek njir mondar-mandir nungguin mereka."

Naoto mendongak, menatap heran pemuda yang sejak tadi kospley jadi setrika. "Oy, kan bisa duduk."

Loading.

"Oh iya bener."

El melempar jaketnya ke sofa lalu duduk diatasnya. Lantas membuka ponselnya dan mendapati pesan singkat dari Kazeo.

---

Daki Onta 💁
| El
| Gue bakal dateng lambat
| Lagi di sekolah

---

"Lah? Tumben amat lo. Biasanya pulang duluan sebelum bel bunyi."

"Kenapa?" tanya Naoto.

"Kazeo lagi di sekolah. Katanya bakal datang lambat."

"Oh. Klub ya?"

"Seharusnya nggak. Dia klub hari sabtu."

Tak lama kemudian, datang sebuah mobil putih dan membunyikan klakson begitu tiba di gerbang rumah El, memberi isyarat kalau mereka hendak masuk.

"Nah, panjang umur."

Satpam langsung membukakan pintu gerbang dan membiarkan mobil putih itu masuk. Begitu sampai di halaman, pemilik mobil langsung turun beserta penumpang lainnya. Mereka tidak lain adalah Nakoto, Nururu, Loly, dan Jjoxiel, dengan pengemudi mobilnya, Yuuto.

El berdiri dengan gaya bos di depan pintu. Seakan-akan dirinya adalah seorang atasan yang siap memarahi bawahannya.

"Sorry telat. Tadi nyari wc umum, Jjoxiel sakit perut." Yuuto melirik Jjoxiel sinis. Sedangkan yang dilirik cuma diem gigitin kuku sambil pasang ekspresi ngga tau diri.

El melihat pergelangan tangannya. Padahal ga pake jam tangan. "Telat 1 jam njir."

"Ya maap."

"Buruan masuk. Muak gue ngeliat Naoto nolep banget kek bocah smp gapunya pacar."

"Kazeo mana?" Nakoto celingukan. Sebab dari tadi tak terlihat ujung gigi pemuda Orochi itu.

"Lagi di sekolah. Katanya bakal datang lambat. Bodo ah, mungkin lagi nemuin pacar gelapnya."

Akhirnya gerombolan remaja kota itu masuk ke dalam rumah El. Hari ini mereka berencana akan menyelidiki sendiri kasus hilangnya Rosa. Mereka berkumpul di ruang tamu El yang sudah disuguhi setoples kuaci, lengkap dengan es mirimis mangga yang kalo pengen minum kudu bikin sendiri.

"Jadi gini, kita bakal jurit malam. Jadi ntar malam kita kumpul di rumah gue. Eh jangan, ntar papa gue marah. Kumpul di kosan Kazeo aja gimana?" saran El membuka rapat negara kali ini.

"Begini bestie. Sebenarnya ntar malam ada konser onlen. Emang harus banget malam ini?" Jiwa fangirl Jjoxiel kambuh.

"Iya harus. Lagian buat apa sih nonton konser onlen tapi ga pernah dinotis? Yang ada mereka malah keenakan lo nafkahi," celetuk El.

"Bacot. Setidaknya gue ga keliatan kayak cewe matre, karna gue yang nafkahi mereka."

"Dasar anak Jahannam."

Dan percakapan pun berakhir. Hanya terdengar umpatan estetod dari mulut Jjoxiel dan suara tegukan Naoto yang sedang meminum es mirimis buatannya.

"Btw..." Satu kata yang membuat semua atensi beralih ke asal suara. "Emangnya kalian bener-bener yakin kalo Rosa diculik hantu?" tanya Loly.

"Gue yakin seratus persen," jawab El penuh keyakinan.

Loly menatap El agak lama, seperti ragu akan mengatakan hal ini. "Etto... Tapi, aku nggak ngerasa ada aura ghaib yang muncul dalam permainan itu. Semuanya kayak cuma... settingan."

El terdiam dengan tatapan tajam. "Sok tau banget sih. Lo aja nggak ikutan main. Mau berlagak jadi Roy Kimochi lo, ha?"

Seharusnya Loly turut serta dalam permainan bunshinsaba. Namun karna pelanggan di tempatnya bekerja begitu banyak hingga pemilik toko kewalahan, ia pun merasa tidak enak untuk mengambil izin. Apalagi hanya untuk permainan itu.

"Loh kok ngamok? Sans dong."

El bangkit dengan kedua tangan mengepal ala-ala orang emosi, akan tetapi hatinya memohon agar seseorang menahannya karna dia tidak bisa bertarung. Untungnya Yuuto peka dan langsung menahannya.

"Dahlah, gue pen jadi rempah-rempah aja," keluh Jjoxiel sambil menutup kedua telinganya, capek dengerin orang debat. "Oh ayolahhh gue pengen pulang cepet. Jerapah gue belom dikasih makan."

"Udah deh, plis. Mending kita susun rencana secepatnya. Ini udah jam 6, waktu kita banyak terbuang." Yuuto berusaha menengahi. "Sekarang kita-" ucapannya berhenti begitu menyadari ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk.

"Siapa?" tanya Nururu.

Yuuto memeriksa layar ponselnya. Sesaat kedua alisnya mengernyit. "Siapa ini? Ngga ada namanya." Setelah berpikir beberapa detik, Yuuto pun mengangkat panggilan tersebut. Barangkali fans. Namanya juga ketua OSIS.

/"dimana anak anak?"/ Lawan bicara terdengar cemas. Bahkan detak jantungnya terdengar sampai di telpon.

Ya ngga selebay itu sih.

Yuuto kembali mengernyitkan dahi. "Bentar. Lo siapa?"

/"Kazeo. Ntar gue ceritain semuanya. Sekarang lo cepetan ke sekolah. Bawa anak anak lain. Dia... Dia ada di lemari."/

"Apanya?"

/"Gausah banyak tanya. Ntar lo tau sendiri. Cepetan!"/

"Iya tapi-"

Tuut...

"Tolol." Yuuto menutup kasar ponselnya.

"Kenapa cug?" El panik nyamperin Yuuto.

"Kazeo nyuruh kita ke sekolah secepatnya."

"Ngapain?" Nakoto sok antusias.

"Kontribusi benerin ekonomi negara," jawab Yuuto asal. "Ya mana gue tau. Dia ga jelasin apa-apa. Mana hp siapa lagi tuh yang dia pake, nomornya asing."

Jjoxiel cekikikan sambil mukulin sofa. "Njim. Benerin ekonomi negara."

El meliriknya sinis. "Serius. Mau gue geprek pala lo?"

"Cepetan ah. Ru-chan, tolong ambilin kunci mobil gue di meja depan lo," pinta Yuuto.

"Gue boleh ikutan?" Naoto udah berdiri antusias.

"Gausah. Lo beda circle," sanggah El.

"Huh!"

-tbc-

❤💛💙

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang