"lo mo pesen apa?"
Aku masih kebingungan saat membaca menu, bukan karena bingung makanannya tapi harganya.
"soupe al’oignon satu" ujar Ren Hao pada pelayan itu
"gue itu juga" sambungku
"baik, minumnya?"
"air putih aja"
"iya itu" jawab Ren Hao juga
Pelayan itu pergi dan aku kembali membuka daftar menu tadi untuk mengecek harganya.
"mampus seratus enam lima, mahalan dari tiket tadi"
Aku segera menutup buku menu itu dan membuka hp. Aku melihat saldo wepayku untung saja masih cukup untuk bayar. Walau habis ini sepertinya harus puasa.
Pada akhirnya tetap Ren hao yang membayar semua.
Tak perlu waktu yang lama pesanan kami sudah ada diatas meja. Ren Hao langsung memakannya, sepertinya dia benar benar lapar.
"yaampun hampir dua ratus cuma segini makannya" ujarku dalam hati sambil mengambil sendok pertama masuk ke mulutku. Pantes mahal, enak.
"eh suara apa?" Ren Hao menoleh ke arah luar resto
"yaah hujann"
"bentar lagi lasti reda juga kok" lanjutku
Aku melanjutkan makan sup itu selagi hangat dan mendukung cuaca yang sedang dingin.
Setelah selesai makan kami memutuskan pulang, namun sepertinya pulang adalah rencana buruk disaat hujan yang sangat deras ini ditambah banjir yang bisa menutup ban mobil.
Kami memutuskan untuk menunggu terlebih dahulu siapa tau akan reda dalam waktu singkat. Tapi tidak, setelah menunggu sampai pukul sepuluh banjir dan hujan deras masih berlanjut. Ren Hao juga tertidur pulas di kursi restoran.
"halo mih gimana nih aku lagi di resto masih hujan mana banjir lagi" aku menelpon mami
"mana Ren Hao mami mau bicara sana dia"
"bentar"
"Ren Hao..Ren Hao" aku membangunkannya
"hmm?"
"mami nelpon" aku memberikan hpku padanya
"halo iya tan?"
"hmm"
"iya hujan deres trus banjir se ban juga"
"hmm boleh tan?"
"di lantai tiga kayaknya ada"
"oke tan"
Ren Hao memberikan kembali hpku dan membuatku bertanya tanya apa pembicaraan mereka tadi.
"ke lantai tiga" Ren Hao beranjak dari duduknya
"ada apa emang?"
Aku menaiki lift bersama dia menuju lantai tiga. Dan yang kulihat suasana seperti loby hotel.
"disuruh nginep dulu sama mami lo, untung disini ada hotelnya"
"haaaa nginepp??"
"shut biasa aja kali"
"gak!"
"yaudah lo sana pulang"
"jahat"
"lah"
"pisah kamar!"
"iyalah" jawab Ren Hao
Namun naas. "mohon maaf kamar kosong hanya tersisa satu tapi dua bed kok mas" ujar resepsionis
"iyaudah gapapa" jawab Ren Hao sambil memberikan kartu miliknya
"Hao kok mau cuma sekamar" bisikku
"ya gimana lo tidur di luar?"
"lo yang diluar"
"lagian kan beda kasur, gue gak kira ngapa ngapain lo lagian"
"awas lo"
Setelah dia membayar dan kami naik lift menuju kamar itu di lantai lima.
Aku langsung melempar badan ke kasur yang empuk itu.
"gue gak bawa pembersih muka lagi"
Ren Hao kembali menguap dan meletakkan dirinya di kasur dengan posisi terlentang. Dia pun sudah memejamkan mata.
Sementara aku masih bergelut dengan mami yang mengechatku.
Mami 😡❤
: awas ya jgn ngapa ngapain
: ato pake pengaman aja
MAAMI APAAAN SIH :
: mana, vc coba mami mo liat ren hao
ga ada tidur udah :
: kok km tau hmm
ya kan sekamar :
: tuh kann dasar kalian
MAMIII GK GITU :
JD TD KAMARNYA TUH SISA 1 :
TWIN BED KOK BEDA KASUR MIHH :
: ohh gitu
: ya kalo mau ngasi mami kado gpp jg
kado apa? :
: cucu
MIHHHH AKU MASI 21 TOLONG :
: hahaha
: yauda slmt tidur anak mami
: dan calon suaminya
mami tidur aj jgn mikir yg aneh" :
: brrti km mikir yg aneh2? 🤭
GAK :
Aku meletakkan hp di meja dan kembali berbaring di kasur untuk segera tidur. Aku membalik badanku ke kanan dan melihat Ren Hao yang tampak pulas tidurnya namun tetap tampan.
Tanpa sadar Ren Hao membuka matanya perlahan dan berkata
"tidur jangan liatin gue terus"
Aku membalik ke arah berlawanan dan menutup diri dengan selimut. Astaga malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Of My Heart (Ren Hao)
FanfictionR1SE Halu Series #9 Ren Hao as Ren Hao (y/n) as you . Kalau dijodohin sama anak CEO perusahaan terkenal mau gak? Ditambah dia juga ganteng (short story of kehaluan author) . Cr pict : pinterest & weibo