18. Farel Bucin

4.8K 449 12
                                    

"Selama nafasku masih berdesah.
Dan jantungku terus memanggil indah namamu, takkan pernah hati ini mendua sampai habis hidup ini"
-Farel-



🐙

"Farel!"

Farel terlonjak kaget. Tubuhnya terjatuh dari atas meja karena tadi posisinya ia sedang tidur di atas meja.

"Mampus"gumam Reygan cuek.

"Siapa sih yang teriak----subhanallah ada bidadari Aira"ucap Farel berdecak kagum.

Perempuan dengan rambut yang diikat satu itu memang sangat cantik jika saja sebuah senyum terukir di bibirnya. Sayangnya bibir itu tidak pernah mengukir senyum jika dihadapan seorang Farel Aditama.

"Maksud lo apa daftarin gua di lomba dansa?!"omel Aira to the point.

Farel menganggukkan kepalanya. Oh jadi itu permasalahannya.

"Gua mau dansa sama lo"

"Tapi gua gak mau"jawab Aira cepat. Sangat cepat.

Gevin melongo ditempat. Sebucin itukah Farel terhadap Aira?

"Tapi gua maksa"ucap Farel tak mau kalah.

Aira melotot menatap Farel horor sedangkan yang ditatap justru malah cekikikkan tidak jelas.

"Temen lu tuh?"bisik Reygan yang dibalas gelengan oleh Gevin.

"Bukan, pergi aja yuk"

Reygan dan Gevin berjalan pelan meninggalkan Farel dan Aira yang saling melotot satu sama lain.

Seluruh murid di kelas ini menatap perdebatan tersebut dengan asik. Kapan lagi bisa liat wajah cantik milik Aira yang jutek.

Lala sang preman kelas justru menonton perdebatan tersebut dengan kacang kulit di tangannya. Sangat menikmati bukan?

"LO--

"Aira jangan bikin rusuh di kelas orang goblok!"teriak Annaya sambil menarik lengan Aira yang ingin menonjok Farel.

Farel hanya diam. Menatap Aira yang sudah emosi.

"Jangan tahan gua Gev!"ketus Aira saat Gevia menahan tangan kiri-nya sedangkan Annaya menahan tangan kanan-nya.

"Ra, selesain baik-baik oke"ucap Vangel perhatian.

Aira menghembuskan nafasnya pelan. Bagaimana ia bisa menyelesaikan dengan baik-baik jiwa lawan bicaranya manusia purba jenis Farel.

"Gua cuma mau lu nengok ke gua sedikit aja Ai, sesusah itu?"ucap Farel tersenyum getir ke arah Aira.

Aira memalingkan wajahnya. Pertahanannya tidak boleh goyah.

Vangel mengusap bahu Farel pelan.

"Far, gua tau maksud lu. Tapi lu juga harus tau sifat Aira kaya apa"ucap Vangel lembut.

Harusnya Farel menyukai sosok seperti Vangel yang lembut kan? Tetapi tidak. Dihatinya hanya ada Aira Gisella.

"Gua tau. Gua tau banget. Tapi apa salah gua merjuangin orang dengan cara gua sendiri? seenggaknya lu hargain perasaan gua Ai. Banyak perempuan yang selalu deketin gua ya emang gua kadang ngerespon mereka---

Farel menundukkan wajahnya. Tak kuat menahan rasa sakit yang selama ini ia pendam.

Ia menghela nafasnya pelan. Ia harus kuat demi Aira-nya.

Tapi lu harus tau kalo hati gua stay buat lo"lanjut Farel.

Aira menelan salivanya pelan. Ia bodoh. Tidak seharusnya ia menyia-nyiakan lelaki setulus Farel. Tapi sayangnya ia tak sebaik yang Farel kira.

"Far gak gitu maksud gua"ucap Aira yang sudah mulai lelah. Lelah karena merasa bersalah.

Farel tersenyum kecil. Manik matanya menatap manik milik Aira.

"Gua mau berubah lebih baik lagi kalo itu buat lu bisa ngehargain perjuangan gua yang gak ada apa-apanya ini"

"Farel so sweet banget"bisik Annaya yang dihadiahi toyoran kesal oleh Vangel.

"Diem bego!"bisik Vangel.

Gevia terdiam menatap Farel. Ia tentu kenal Farel sejak mereka masih kecil. Farel yang selalu tertawa dan bercanda. Jarang sekali lelaki ini terlihat serius walaupun sedang marah.

Aira berdeham pelan. Ia menatap wajah Farel yang sialnya memang tampan jika dilihat dari dekat.

"Berubah buat diri lu sendiri Far, bukan buat orang lain"ucap Aira sebelum pergi keluar meninggalkan kelas yang seisinya terdiam karena terhanyut dengan perdebatan mereka yang terbawa perasaan.

"Prince Farel bisa ditolak juga ternyata"ucap Lala pelan sambil mengunyah kacang miliknya.

Farel tersenyum miris menatap kepergian Aira.

"Sesusah itu merjuangin lu Ai"

Farel menormalkan kembali ekspresinya. Mencoba baik-baik saja meskipun tadi terjadi kejadian yang menurutnya tidak baik-baik saja.

Bel berbunyi tanda bahwa jam istirahat sudah habis diikuti semua teman-teman kelasnya yang sudah mulai memasuki kelas.


🐙

Annaya menggerutu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annaya menggerutu. Merutuki guru PKN  yang tidak mengijinkan ke kamar mandi berdua. Jadilah dirinya sendirian ke kamar mandi.

Annaya merapihkan penampilannya di cermin yang ada di kamar mandi. Baru saja ia keluar dari kamar mandi hendak ingin ke kelas seseorang mencekal tangannya.

"Reygan?"tanya Annaya bingung.

Sejak kapan Reygan ada di kamar mandi. Dan tumben sekali seorang Reygan pergi di jam pelajaran seperti ini.

Reygan menatap Annaya datar. Melepas cekalannya pada tangan Annaya. Ia berdehem sebentar mencoba mengungkapkan kata-kata yang tadi sudah ia susun rapih-rapih.

"Sorry gua gak tau kalo lu alergi"ucap Reygan datar.

Annaya menaikkan sebelah alisnya. Sedetik kemudian senyum lebar terukir di bibirnya. Ini pertama kalinya Reygan berbicara panjang dan mengungkapkan maaf.

"Iya gapapa. Lagian gua juga besoknya langsung sekolah kan?"

Reygan menganggukkan kepalanya. Memang benar apa yang di ucapkan Annaya. Perempuan itu langsung masuk sekolah begitu alerginya sembuh. Bahkan ia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Walaupun Annaya tetap di marahi oleh ketiga sahabatnya karena kebodohannya.

"Lu boleh suka sama gua tapi jangan bego"ujar Reygan sebelum pergi meninggalkan Annaya yang masih berdiri di depan kamar mandi.

"Love you too Reygan.."






















Double G StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang