Taken (Un-official)

396 25 0
                                    

*Avena pov*

Mentari pagi menelusup masuk ke dalam kamar ku, hangat nya menenangkan ku. Aku bangun dengan semangat baru. Berbeda dengan hari sebelum nya, hari ini aku bangun sebagai Avena yang baru.

Aku langsung bersiap-siap. Hari ini aku harus ke rumah sakit, karena tugas ku sebagai dokter.

Setelah memakai dress hitam yang melekat sempurna di tubuh ku, aku langsung bergegas menuju ferrari kesayangan ku dan segera menuju rumah sakit.

Jalanan bersahabat hari ini, jadi aku tidak mendapat masalah. Dalam 30 menit aku sudah sampai di rumah sakit dan segera memarkirkan mobil ku lalu pergi menuju ruangan ku.

Setiap langkah aku lalui diiringi dengan sapaan dari para pegawai rumah sakit. Aku memberi senyum terbaik ku kepada mereka. Mungkin mereka akan bingung, tapi aku tidak peduli. Aku sedang bahagia dan aku harus menikmatinya.

Aku sampai di ruangan ku, bergegas mengenakkan jas putih kebanggaan ku, dan segera menata ruangan, tapi kegiatan ku harus di interupsi oleh suara teriakan yang sudah aku kenali.

"AVENA.........."

Ugh. Aku benci ini.

"Ada apa El?"
"Apa kau baik-baik saja? Kau tahu aku kebetulan sedang ada di sini tadi, aku hendak pulang ke rumah karna urusan ku sudah selesai disini sampai aku melihat kau yang sedang disapa oleh karyawan mu dan reaksi mu adalah tersenyum, tersenyum AVENAA. Avena Blossom Carrington Aldercy, sejak kapan kau tersenyum seperti itu? Bahkan aku rasa senyum mu tadi berbeda. Apa yang terjadi dengan mu??? APA KAU MABUK???" ucap Elen panjang lebar, huh dia ini selalu saja begitu.

"Bawel, aku hanya sedang bahagia." jawab ku singkat sambil mengulum senyuman terbaik dan termanis ku.

"Avena kau sungguh menyeramkan, ceritakan pada ku,"

"Cerita apa?"

"Oh ayolah, sesuatu pasti terjadi, maka dari itu cepat kau cerita pada ku!! Cepat!!!"

aku tertawa, lalu menjawab, "baiklah El, aku punya pacar"

"A.. Apaa??" tanya Elen

Aku yakin dia terkejut

"Iya," hanya itu yang bisa ku jawab, aliran kebahagian membanjiri ku, sungguh aku tidak bisa menahan senyum.

"Kau bercanda? Ayolah Avena ini tidak lucu, sama sekali tidak lucu," balas Elen sambil berkacak pinggang

"Aku tidak bercanda El, kami baru jadian kemarin, dan aku sangat bahagia hari ini,"

"Avena, sudah sejak kecil aku menjadi teman mu dan baru kali ini aku melihat mu begitu bahagia, ceritakan padaku bagaimana rupa nya?"

"Dia sangat tampan, dia membuatku terkejut, dia sangat sungguh ketenangan, aku sadar aku belum terlalu mengenal nya, tapi aku tahu kalau dia bisa membuat ku bahagia, bahkan dengan memikirkan nya saja sudah membuat ku bahagia, sungguh aku bahagia El,"

"Aku ikut bahagia El, kau sudah berubah sekarang, baiklah untuk merayakan hari jadian mu, mari kita makan,
drtt.. drttt
ohh tunggu sebentar,"

"Hallo? Hei Dav, tumben kau menelfon, ada apa?? Makan siang? Oh baiklah, dimana? De Cafe? Pilihan yang bagus, aku akan mengajak Avena dia sedang bahagia saat ini. Oke, sampai jumpa nanti siang."

"Davon mau makan siang bersama, kau ikut?" tanya Elen, Davon.. sepertinya aku mengenal nama itu, ah ya dia pria yang tadi malam bertemu dengan ku, bukan yang bersama ku di taman tentu saja, tapi pria yang bertemu dengan ku di pub tadi malam.

"Emm.. bagaimana ya." entah mengapa aku merasa aneh bila berada dekat Davon.

"Ayolah Avenaaa. Ini untuk merayakan hari jadian mu, oh kau bisa mengajak kekasih mu, aku ingin mengenalnya,"

Dan sekarang aku baru ingat sesuatu, ugh betapa bodoh nya aku.

"Emm... aku rasa tidak bisa El,"

"Kenapa?" Elen terlihat kecewa.

"Karna aku tidak memiliki kontak nya."

"APA???? AVENAAAA... BAGAIMANA BISA KAU PACARAN DAN KAU BAHKAN TIDAK BISA MENGHUBUNGINYA???!"

"Aku baru ingat sekarang El, aku hanya ingat dia menyatakan perasaan nya dan tiba-tiba aku terbangun di kamar ku, astaga aku tidak ingat apa-apa" aku baru sadar sekarang, aku sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi setelah aku berpacaran, aku pasti sangat bodoh.

"Aneh, apa kau benar-benar melihat pria itu?" wajah Elen sudah seperti domba yang tercekik karna penasaran

"Aku sangat yakin, nanti malam aku akan selidiki lebih lanjut" entah mengapa aku merasa ada yang aneh disini.

"Baiklah, makan siang dengan Davon ya?"

"Dengan kau juga, baiklah, kita bertemu dimana?"

"De Cafe."

"Baiklah, sampai jumpa"

*Davon pov*
Avena, gadis itu sangat cantik. Gadis tercantik yang pernah ku temui. Aku tidak bisa berhenti memikirkan nya. Aku merasa terhubung dengan nya.

Dan aku pasti pria yang sangat beruntung karna bisa makan siang dengan nya. Sungguh tak sabar menantikan nya.

Aku sudah berada di De Cafe, tempat dimana aku,Avena , dan El akan makan siang. Ingin rasanya melihay senyum manis itu. El datang terlebih dahulu, lalu tak lama kemudian Avena datang.

Untuk kedua kalinya aku merasa sangat terkejut. Dia sangat cantik dan manis. Dengan balutan dress hitam yang sempurna di tubuhnya, dan high heels dengan warna senada, membuat nya terlihat sangat anggun.

"Davon, ini Avena, kau masih ingat kan?" tanya El membuyarkan lamunan ku.

"Oh, tentu saja aku masih mengingatnya, bagaimana aku bisa lupa."

"Em.. hai Avenaa, apa kabarmu?" tanya ku agak sedikit panik, takut ia tidak merespon ku mengingat pertemuan kami tadi malam.

"Aku baik-baik saja, kau bagaimana Davon?" tanya Avena sembari tersenyum, senyum yang sangat indah, membuat ku melayang, terlena akan keindahan nya, sungguh wanita yang sangat sempurna, belum pernah aku merasa terpukau seperti ini sebelumnya.

"Ba.. Baik," aku membalasnya sambil terbata, dan memang aku sangat gugup saat ini.

"Kau tahu Davon, Avena sudah punya pacar, dan dia sedang bahagia saat ini."

BUG!!

Sebongkah batu jatuh tepat di hati ku, rasanya seperti menelan sebongkah es, dingin. sakit. terpukul. kecewa. putus asa.

Itulah yang ku rasakan saat ini, aku pikir dia masih sendiri, dan baru saja aku akan mendekatinya, tapi ternyata dia sudah memiliki kekasih. Naas betul diriku. Baru beberapa saat tadi aku mengatakan bahwa aku adalah pria paling beruntung dan sekarang harus ku katakan, aku adalah pria paling merana di muka bumi ini.

Sungguh menyakitkan.

"Oh.. Benarkah?" tanya ku sambil berusaha menutupi kekecewaan yang melanda diri ku.

"Tak usah malu-malu Avena, keluarkan saja," ucap Elen, dia ini tidak tahu apa aku sedang patah hati

"I.. iyaa, aku sangat bahagia," balas Avena lalu tersenyum, TERSENYUM KARNA KEKASIHNYA. Entah mengapa aku berharap senyum itu ditujukan untuk ku, tapi kenyataan nya, tidak.

"Semoga bahagia, Maaf El, aku harus pergi, tiba-tiba ada meeting yang tidak bisa ku lewati, maaf ya Avena tidak bisa makan dengan kalian. Sekali lagi aku minta maaf."

Tanpa menunggu lagi aku segera pergi, meninggalkan keindahan dan menanti kesakitan. Sungguh menyakitkan, rasanya aku ingin mati.

Dan sekarang aku merasa sangat menyedihkan.

------------ Love My Dream ----------------


Love My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang