Haihaiii, karna gue mau cepet cepet nyelesaiin LMD, makanya gue cepetin updatenya hehe. Oh yaa yang di sebelah itu adalah Kara Scodelario aka Elen. Cocok banget kann:3
Xoxo~
*****************
Elen melenggang masuk ke apartement milik Avena. Ini bukan pertama kalinya ia datang ke apartement milik teman nya itu. Tetapi entah mengapa, Elen merasakan sesuatu yang berbeda disini. Entahlah, rasanya seakan ada sesuatu yang mengawasi diam-diam. Siap menerjang pada waktu tepat. Bulu kuduk nya meremang seketika. Tapi segera ditepis nya perasaan itu. Ia sedang dalam misi saat ini.
Elen memantapkan hatinya,berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi. Ia mengedarkan pandangan nya, dan mendapati Avena sedang duduk santai di sofa sembari membaca majalah.
"Avenaaaaaaaa, kau terlihat sangat santai, apa ada yang terjadi?" Elen segera duduk di sebelah Avena.
"Ah.. tidak ada, aku hanya sedang ingin bersantai." Pandangan Avena kembali terfokus ke majalah yang sedang dipegangnya.
Elen mengerutkan dahinya. Ini tidak biasa. Avena tidak pernah sekali pun membaca majalah.
Elen kemudian segera meraih majalah Avena, dan membuangnya jauh-jauh.
Avena yang sedang asyik membaca, merasa terganggu dengan Elen, dan mulai mengomeli Elen, "heyy, apa yang kau lakukan? Aku sedang membaca El,"
Elen bergidik ngeri, pasti terjadi sesuatu dengan Avena. Bayangkan saja, Avena yang selalu bersikap lemah lembut, sekarang mulai protes. Ada apa ini?
"Avena, katakan pada ku. Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Elen sembari mencengkram kedua pundak Avena.
Avena tidak menjawab, ia lalu menepis tangan Elen. Tapi Elen tetap memegangi nya.
"El sakit, kau ini kenapa hah!?" Avena sedikit kesal dengan Elen, membuang majalan Avena tidak masalah. Tapi mencengkram pundaknya, ini baru masalah. Entahlah, mood Avena hari ini sedang tidak enak. Ia seakan kehilangan sesuatu di dalam dirinya.
"Avena Blossom Carrington Aldercy, what the hell is happening to you? Tell me" teriak Elen khawatir dengan keadaan Avena. Tidak biasanya sahabat nya bertingkah seperti ini.
"Okay, aku punya sedikit masalah." Menyerah dengan keadaan, akhirnya Avena menceritakan semuanya. Dari awal sejak ia mulai didatangi mimpi itu. Lalu beranjak disaat ia mulai terus memikirkan sosok pria misterius di dalam mimpinya. Saat ia mengira Davon adalah laki-laki itu. Lalu ketika ia akhirnya berpacaran dengan Ander. Dan saat Avena jalan-jalan dengan Davon, yang tanpa sadar membuat hubungan mereka akrab. Dan puncaknya saat Ander menyuruhnya untuk menjauhi Davo.
Titik bening jatuh, menyelusuri pipi nan halus milik Avena, "Entahlah El, aku merasa bahagia dengan Ander. Tapi.. tapi aku merasa bahwa Ander tidak benar-benar ada di dunia ini. Buktinya aku hanya bisa bertemu nya di dalam mimpi atau begitulah yang ku kira. Lalu sekarang aku harus menjauhi Davon. Ohh.. tidak, Davon pasti akan sangat membenci ku El."
Avena menangis semakin kencang, Elen tahu Avena sedang rapuh saat ini. Ia langsung menggiring Avena ke pelukan nya. Dan mengelus puncak kepala Avena.
"Tenang lah Avena, pertama Davon tidak membenci mu," jawab Elen meyakinkan Avena. Karena memang begitulah kenyataan nya. Davon sama sekali tidak membenci Avena.
"Kedua, kau tahu Avena, kau mencintai Davon. Dan ketiga, sejak kapan kau memimpikan Ander?" Elen tahu ada yang tidak beres di sini. Dan dia bertekad untuk membantu Avena. Karena siapapun Ander, dia telah membuat sahabat nya tersiksa.
"Ak.. aku tidak mencintai Davon, aku hanya mencintai Ander," Avena bangkit lalu menatap mata Elen, air mata masih ada di sudut matanya. Tapi Avena berusaha untuk tidak menangis lagi. Toh air mata tidak akan merubah apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Dream
RomansaAku terbangun, dengan keringat dingin di sekujur tubuh ku, "Mimpi itu lagi", batin ku. Entah mengapa setiap malam mimpi itu selalu hadir, menghiasi malam ku, dan tanpa sadar aku selalu menantikan mimpi itu, entah mengapa. "Jika memang mimpi ini seb...