Davon terbangun entah dimana.
Dunia di sekitarnya begitu putih.
Terlihat asing baginya.
Ia tak tahu harus melangkahkan kakinya kemana.
Hatinya dipenuhi oleh kecemasan.
Kepalanya dipenuhi dengan kebingungan.
Dan kelelahan memecah raganya.
Ia tak sanggup untuk berjalan, ia tak sanggup untuk mengambil langkah, kakinya terlalu lelah untuk menyangga tubuhnya, badannya terlalu lemah untuk bergerak, hatinya amat sangat bingung.
Tapi Davon harus menyelamatkan belahan jiwanya. Jiwa yang bila tidak ada dia di sisinya, maka hidup Davon akan menjadi sia-sia. Jiwa yang selama ini selalu menelusup ke dalam setiap pikirannya, mimpinya, dan semua impiannya. Wanita idamannya. Pemilik hatinya.
'Avena tunggu aku!' Kata Davon memantapkan langkahnya.
Dan dengan sekali dorongan, Davon berdiri.
"Cepat Dav, kita harus segera mencari Avena." Perintah Davon dengan tegas.
"Ugh. Iya. Tapi kita mau cari dimana? Lihatlah kita bahkan tidak tahu harus pergi kemana, dan kita sama sekali tidak tahu apapun tentang tempat ini" jawab Davin dengan memasang wajah bingungnya.
Davon lalu memijit pelipisnya pelan, "Harusnya tadi kita bertanya kepada Elen terlebih dahulu."
Davin menghela nafasnya, "Kau benar, mate."
Untuk sesaat mereka berdua diam, tidak tahu harus melakukan apa.
Sampai sebuah suara memecah keheningan yang sempat tercipta. Suara itu memang tak begitu jelas. Tedengar seperti suara kaset rusak. Tapi kau masih dapat mendengarnya. Beruntungnya Davon.
"Da..v..on. ka..u de..ngar aku?"
"Hey siapa kau??" Entah mengapa Davon rasa ia mengenal suara itu. Untuk itu ia memutuskan bertanya.
"Ini aku.. Elen, dengar aku akan menuntut kalian. Aku hanya ingat sedikit, tapi aku akan membantu kalian semampuku. Aku juga sudah meminta bantuan kepada paranormal investigator terkenal. Mereka akan datang sebentar lagi."
Tak ada lagi yang dapat Davon rasakan selain kelegaan luar biasa. Suara Elen bagaikan cahaya dalam kegelapan. Dan tentunya ini akan mempermudah langkah mereka.
"Baiklah. Tunjukkan jalannya, Elen." Davon membantu Davin berdiri. Kedua pemuda tersebut bangkit dengan semangat baru. Semula Davin terlihat engan untuk melanjutkan perjalanan. Tapi dengan seribu cara Davon berhasil meyakinkan Davin. Dan disinilah mereka.
Berdiri di tengah-tengah taman, di depan ada sebuah kursi yang menurut informasi Elen adalah kursi tempat Ander, bajingan keparat itu, duduk bersama Avena, putri tidurnya.
"Dimana mereka?" Davin mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat, tapi hasil tetap sama. Ander maupun Avena sama sekali tidak terlihat.
Davon pun sama, mencoba mencari. Berpikir dan berkonsentrasi.
"Tunggu dulu," ucap Davon
"Ada ap.."
"Sttt.. Lihat ini, rumput di situ terlihat rapih tapi kau lihat yang ini?"
"Rumput ini sedikit rusak." Jawab Davin dengan mantap
"Itu menunjukkan sesuatu bukan? Ayo kita ikuti arah rumput ini." Davon segera mengikuti rumput yang ia rasa adalah sebuah petunjuk.
Tak banyak yang dapat dijelaskan selain mereka mulai memasuki area hutan, hutan yang cukup lebat. Tak jarang mereka berjumpa dengan beberapa jenis binatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Dream
RomanceAku terbangun, dengan keringat dingin di sekujur tubuh ku, "Mimpi itu lagi", batin ku. Entah mengapa setiap malam mimpi itu selalu hadir, menghiasi malam ku, dan tanpa sadar aku selalu menantikan mimpi itu, entah mengapa. "Jika memang mimpi ini seb...