Sendy & Sindy. 08

10 0 0
                                    

WAKTU ! ! !

"Waktu akan terus berputar, namun apa yang telah terjadi di waktu itu, takan pernah terulang".

"Waktu akan terus berputar, namun apa yang telah terjadi di waktu itu, takan pernah terulang"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca

---------------------ooOoo--------------------

WAKTU terus berputar, tak terasa jam sudah kembali menunjukan pukul 17.00. Langit sudah mulai gelap ditambah dengan awan mendung yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan, Sehingga membuat langit semakin gelap dan udara yang mulai dingin.

Namun semua hal itu tak urung membuat seorang gadis yang tengah berada di pemakaman umum untuk beranjak pergi. Gadis itu masih setia mengusap sebuah nisan yang bertuliskan nama Renzana Fatim. Nama sang ibu yang telah lama pergi meninggalkan ia seorang diri.

Seandainya takdir bisa di tawar, maka ia akan dengan senang hati menawarkan nama Sindy Laurenza Fatim untuk tertulis di batu nisan itu sebagai gantinya. Atau menuliskan namanya di nisan baru, sehingga ia bisa ikut pergi bersama sang ibu.

Sudah hampir 1 jam lamanya Sindy berada di pemakaman, namun ia masih belum bersuara. Jika mulutnya diam terbungkam keadaan, maka lain halnya dengan mata yang sudah banjir air mata semenjak ia menginjakan kaki di pemakaman.

"Mamah apa kabar ?, mamah baik-baik aja kan ?"

"kapan Sindy bisa nyusul mamah ?".

"Sindy kangen, Sindy butuh mamah, Sindy butuh pelukan hangat mamah"

"Sindy mohon tolong sampaikan pesan Sindy sama tuhan jemput Sindy, karna Sindy pengen ikut mamah. Sindy mohon". Ucapan itu terdengar sangat pilu, sehingga mampu menyayat hati orang yang mendengarnya, namun karna suasana pemakaman yang memang sudah kosong. Sehingga tak mungkin ada orang yang mendengar apa yang Sindy ucapkan.

Itulah pesan yang selalau Sindy ucapkan untuk disampaikan ibu nya kepada tuhan, setiap kali ia berkunjung. Seolah-olah pesan itu benar-benar akan tersampaikan.

Pesan yang berisikan permohonan kepada tuhan bahwa ia ingin tuhan segera menjemputnya.

Perlahan tapi pasti, hujan mulai turun, membuat Sindy yang tengah menunduk perlahan mulai bangkit mendongakkan kepala keatas dengan mata terpejam, membiarkan air hujan membasahi wajah cantiknya.

"Sindy pamit mah, semoga tuhan cepat mengabulkan permohonan Sindy". Sebelum melangkah pergi, itulah ucapan terakhir yang Sindy ucapakan seiring dengan langkah kaki yang mulai menjauh dari area pemakaman.

Disinilah ia sekarang, berjalan seorang diri di jalanan yang cukup sepi dengan hanya beberapa kendaraan yang lewat, karna sehabis hujan sehingga membuat bebera orang enggan untuk keluar rumah.

Sendy & Sindy ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang