Sendy & Sindy. 04

16 2 0
                                    

PERBEDAAN ? ? ?

"Terlalu sulit untuk menyatukan sebuah perbedaan, namun saling melengkapi adalah cara terbaik untuk mencegah hilangnya satu sama lain"

"Terlalu sulit untuk menyatukan sebuah perbedaan, namun saling melengkapi adalah cara terbaik untuk mencegah hilangnya satu sama lain"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DALAM sebuah ruangan, tampak dua orang anak manusia berbeda jenis kelamin itu kini tengah duduk saling berhadapan. Dengan si cowok yang terus memperhatikan gadis di hadapannya dengan tatapan tajam bak burung elang, yang merupakan salah satu ciri khas dari seorang Sendy.

Bila Sendy hanya duduk diam dengan tatapan tajamnya, maka lain halnya dengan Sindy yang sejak tadi terus bergerak aktif, menggerakan kepalanya kesana kemari guna melihat setiap sudut yang ada di ruangan ini.

Sehingga apa yang sejak tadi menjadi pertanyaan terbesarnya tentang siapa cowok yang berani menyeretnya tersebut, kini sudah terjawab dengan membaca struktur organisasi Osis SMA Kertapati. Yang mana dalam struktur tersebut sudah terdapat nama-nama anak Osis beserta jabatan mereka.

Jangan lupakan juga dengan poto yang tertera di dalam struktur tersebut, sehingga membuat Sindy tau akan sosok cowok yang ada di hadapannya sekarang, yaitu Sendy Anggara Syahrial yang merupakan ketua Osis SMA Kertapati.

Sindy yang baru sadar bahwa dirinya kini terus diperhatikan oleh Sendy, langsung berdehem, dan berusaha mencairkan suasana yang terasa mencekam itu dengan melontarkan pertanyaan kepada Sendy. "Ehemm___jadi lo ketua Osis disekolah ini ?" Tanya Sindy dengan nada suara yang di buat setenang mungkin walau sebenarnya ia sangat gugup dan merasa canggung berada dalam situasi seperti ini.

Bukannya menjawab pertanyaan yang Sindy lontarkan, Sendy justru masih tetap diam tanpa adanya tanda-tanda akan menjawab. Sindy yang merasa kesal, karna pertanyaannya yang kembali tidak di jawab dan malah di abaykan langsung kembali bersuara. " Ngapain sih liatin gue terus ?. Terkesima ?".

"Orang waras gak akan terkesima sama gembel". Sendy yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bersuara.

"Lo ngatain gue gembel ?".

"Penampilan lo". Jawab singkat Sendy

"Jadi maksud lo penampilan gue kaya gembel gituh ?. Lo denger yah, ini itu namanya fashion". Sindy yang tidak mau dirinya dihina begitu saja, langsung melakukan pembelaan dengan menyebut penampilan acak-acakannya itu merupakan fashion.

Sendy langsung tersenyum miring, dengan tatapan sinisnya. "Fashion jadi gembel. Sepatu kotor, baju kusut, rok lusuh, rambut acak-acakan dan ___". Sendy langsung menjeda ucapannya, sebelum ia sedikit mencondongkan badannya kedepan untuk mengatakan dua kata terakhirnya yang membuat Sindy langsung bergerak mundur. "Lo bau". Ucapnya dengan menekan kata "Bau" diakhir kalimat.

Kedua mata Sendy langsung terbuka lebar begitu mendengar kata terakhir yang Sendy ucapkan. Dia menyebut Sindy bau ?. Sungguh Sindy benar-benar tidak terima, oke ia akui kalau penampilannya memang acak-acakan, jauh dari kata rapih seperti cowok di hadapannya sekarang. Tapi kalau urusan bau, Sindy rasa itu tidak benar karna ia mandi sebanyak tiga kali sehari, lagaknya seperti minum obat.

"Jelasin".

Belum sempat ia menyuarakan segala sumpah serapah dan kekesalannya, kini suara dingin Sendy sudah lebih dulu menyapa indra pendengarannya

"Jelasin apa ? Lo kalau ngomong bisa panjangan dikit gak sih ? gue gak ngerti lo ngomong apa". Jawabnya sewot.

"Kenapa mau bunuh diri ?"

"Lo denger yah. Gue gak mau bunuh diri ,Temen-temen lo aja yang pada gesrek bilang gue mau bunuh diri".

"Terus".

"Ya... yah gituh deh pokonya. Intinya gue bukan mau bunuh diri". Sindy benar-benar bingung harus menjelaskan seperti apa, pasalnya ia tidak mungkin menjelaskan hal yang dapat membuatnya malu. Apalagi di hadapan seorang cowok yang belum ia kenal.

"Terus".

"Lo ngapain sih dari tadi bilang Terus-terus, lo pikir gue lagi parkir apa ?" Sindy yang kesal dengan jawaban Sendy langsung ngegas.

"Ngapain naik tembok pembatas sekolah ?". Sendy yang sudah mulai jengah kini memilih to the point dengan langsung ke pertanyaan inti.

"I...i...itu__ka...karna gu..."

"Jawab yang bener bisa ?". Tanya sendy dengan suara pelan, namun cukup membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi.

"Ck, iyah-iyah. Gue naik tembok belakang karna kesiangan, dan ketemu dua temen gesrek lo yang maksa gue turun. PUAS LO ?". Sindy benar-benar jengkel karna Sendy yang sejak tadi trus menyudutkannya, sehingga ia langsung menjawab dengan berterik didepan cowok jangkung tersebut.

Karna merasa urusannya dengan Sendy telah selesai, tanpa ingin mengucapkan sepatah katapun, Sindy langsung bangkit berjalan menuju pintu keluar. Saat hendak membuka pintu, suara dingin Sendy kini menghentikannya.

"Siapa yang suruh pergi ?"

Sindy langsung mengepalkan kedua tangannya dan membalikan badan. "Mau lo apa sih ? Gue kan udah jelasin semuanya. Jadi urusan kita selesai". Ucapnya penuh emosi.

"Hukuman".

"Lo bilang apa ? hukuman ?. Denger yah gue ini anak baru. Seharusnya lo". Tunjuk Sindy pada sendy. "Sebagai Presiden Osis disekolah ini nyambut gue, bukan malah ngasih gue hukuman".

"Gue bakal laporin kelakuan lo. Biar jabatan lo sebagai presiden osis di copot". Setelah mengatakan hal tersebut, Sindy langsung melangkah pergi dengan membanting pintu ruang osis, sehingga menimbulkan suara cukup keras.

Ancaman yang Sindy lontarkan, seakan bukanlah hal yang perlu di takutkan. Karna kini Sendy masih setia dengan ekspresi datar dan dinginya, namun siapa sangka ternyata otak pintarnya kini justru tengah memikirkan sesuatu yang tak terduga.


-ooOoo-


Setelah keluar dari ruang osis, kini tujuan utama Sindy adalah pergi ke ruang kepala sekolah, sesuai dengan apa yang tertera pada surat tanda di terimanya ia di SMA Kertapati, yaitu untuk menghadap kepala sekolah terlebih dahulu sebelum ia masuk kelas sehingga mau tidak mau ia harus menghadap kepala sekolah.

Sindy yang tadinya sangatlah malas untuk pergi ke ruang kepala sekolah kini menjadi sangat bersemangat, karna ia akan membalaskan dendamnya kepada Sendy, dengan melaporkan kelakuan semena-mena cowok tersebut, sesuai dengan ancamannya tadi. Sehingga cowok yang ia anggap songong itu akan di copot dari jabatannya sebagai ketua osis.

Di sepanjang perjalanan menuju ruang kepala sekolah, Telinga Sindy benar-benar terasa ingin pecah mendengar orang-orang yang ia lewati terus saling berbisik membicarakannya, karna bel masuk yang memang masih belum berbunyi, sehingga ada banyak murid yang masih berkeliaran diluar kelas.

Bukannya Sindy geer atau suudzon, tapi memang begitulah kenyataannya. Semua orang kini tengah membicarakannya, jangan lupakan juga dengan tatapan mata mereka yang menatap Sindy dengan tatapan meremehkan dan sinis. Seolah-olah Sindy adalah seorang gelandangan yang tak pantas menginjakan kakinya di SMA Kertapati.

Rasanya Sindy benar-benar ingin mencekik dan mencongkel kedua bola mata mereka, agar berhenti membicarakan dan menatapnya.

TBC.

A/N

Jangan lupa follow akun author & pencet bintang di bawah.🤗

Sabtu, 20 Maret 2021

Ika Julianti

Sendy & Sindy ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang