[M] Mikasa kabur dari rumah sang Bibi yang berniat menjualnya kerumah bordil. Gadis itu berlari masuk kesebuah hutan terlarang di daerahnya. Hutan Athena--disana Mikasa menemukan sebuah kastil tua yang cukup menyeramkan.
Namun karena tak ada piliha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mikasa tidak berkedip menatap sosok dirinya dipantulan kaca yang nampak sangat berbeda.
Dress hitam membalut tubuh rampingnya dengan indah, rambut yang ia gerai begitu saja. Tema gelap yang Mikasa kenakan sangat kontras dengan kulit putih sepucat susu miliknya.
Mikasa hanya menambahkan sedikit make up namun itu berhasil membuatnya terpana akan dirinya sendiri.
Bagaimana bisa seseorang nampak berbeda hanya karena dress dan seidkit polesan make up yang ia kenakan ?
"Kau sangat cantik.."
Bisikan itu menarik paksa Mikasa dalam lamunan nya. Dia merasakan sesuatu yang melingkar dipinggangnya.
Dari pantulan cermin Mikasa dapat melihat Levi tengah memeluknya dari belakang sembari menatapnya intens.
Penampilan Levi juga tidak kalah, dia mengenakan tuxedo hitam yang membalut tubuhnya dengan sangat pas. Belum lagi rambut lelaki itu yang ditata rapi juga wajah Levi yang memang menawan. Mikasa yakin lelaki itu akan menjadi pusat perhatian nanti.
Levi mengecup ceruk leher Mikasa membuat wanita itu melenguh pelan. Padahal baru kemarin mereka melakukan hal itu namun Levi sudah kembali bergairah. Lelaki ini memang.
"Kau sudah siap ?"
Levi berbisik dengan masih memeluknya dari belakang menghirup dengan rakus aroma lavender Mikasa yang menenangkan baginya.
"I-Iya."
Levi tersenyum, dia melepas pelukan nya lalu menggenggam tangan Mikasa dan menarik wanita itu keluar kastil, masuk kedalam mobil yang sudah menunggu mereka.
Kali ini bukan Ren yang mengendarai mobil, tapi sosok lain yang asing bagi Mikasa. Mungkin sosok itu adalah salah satu anak buah Levi untuk menggantikan Ren.
"Kenapa hm?"
Mikasa menoleh pada Levi yang menatapnya tanpa ekspresi--tatapan yang memang menjadi ciri khas lelaki itu.
"Oh tidak, aku hanya penasaran dimana Ren."
Alis Levi bertaut menatap Mikasa memicing. Sadar akan tatapan Levi yang menajam membuat Mikasa kembali melirik lelaki itu dan hanya tersenyum kikuk.
"Untuk apa kau mencari cecenguk itu?" Ucap Levi dingin diiringi tatapan mengintimidasi yang lelaki itu layangkan padanya.
"Bu-bukan begitu Levi, aku hanya penasaran. Tidak lebih."
