09. Break

16 9 0
                                    

     Jakarta, April 2018.

Satu tahun telah berlalu. Sekarang Yuna sudah menjajal hari-ahri terakhi sebagai siswa SMAN ALPHA. Statusnya sebagai siswa tinggal menghitung hari. Ujian Nasional sudah diselesaikan satu minggu yang lalu, dan sekarang mereka tengah sibuk mempersipakan acara perpisahan.

“Gak kerasa udah di hari-hari terakhir kita di sekolah ini,” sedih Caca.

“Iya, gak kerasa, ya,” sahut Dina.

Keempat gadis itu mengangguk setuju. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sangat disayangkan, saat naik ke kelas tiga mereka berempat tidak lagi satu kelas. Hanya Caca dan Sarah yang sama-sama berada di kelas XII IPS 2.

“Ah iya, kelas lo gimana Yun? Mau nampilin apa nanti?” tanya Caca.

Yuna sekarang berada di kelas XII IPS 1. Kelas yang dihuni oleh anak-anak unggulan. Kelas yang selalu aman dan tentram di antara kelas IPS lainnya, meski anak selalu dikenal dengan keributannya. Serta siswa-siswinya yang selalu membawa thropy ketika mengikuti lomba cerdas cermat, debat dan lomba-lomba lainnya.

“Liat aja nanti,” ujar Yuna sambil tersenyum.

“Ehey, kok gak ngasih tau ke kita, sih?!! Jangan-jangan kelas lagi lagi nyiapin perfom bareng artis Korea, ya?” tebak Sarah asal.

“Jangan ngadi-ngadi!” tukas Dina sambil menabok lengan kanan Sarah.

Gadis yang kena pukul itu meringis kesakitan. “Ih. Sakit tau!” ujarnya kesal.

“Lagian, tebakan lo sama sekali gak masuk akal,” bela Dina.

Baik Yuna maupun Caca, keduanya hanya tersenyum melihat Sarah dan Dina. Sudah jadi makanan sehari-hari bagai Yuna dan Caca jika melihat Sarah dan Dina yang selalu betengkar.

“Kalian ini, ya, gak sekelas aja berantem mulu. Apalag—“ Omongan Caca tiba-tiba terpotong.

“Udah. Diem Ca!” amuk Sarah. “Bosen gue selalu dibilang kembar sama Dina.”

Yuna dan Caca terkekeh pelan mendengar keluhan itu.

“Ca, lo sama Yuda satu kampus lagi ‘kan?” tanya Caca tiba-tiba. Yuna mengangguk tersenyum sekaligus mengngguk sebagai alasan.

“Lo siap ketemu Yuda lagi?”

Yuna menyandarkan tubuhnya ke bangku. “Lo nanya apa sih Ca?” kekeh Yuna.

Yuna sudah tidak terlalu ingin mendengar nama Yuda lagi. Satu tahun yang lalu saat ia melihat Yuda menggandeng model cantik, sejak itu pula Yuna berusaha untuk menghilangkan nama Yuda dalam hatinya. Meskipun tidak mudah, gadis pemilik nama lengkap Yuna Zhafira menggunakan seluruh kemampuannya untuk tidak terlalu mengharapkan laki-laki basket itu.

“Ah iya, Yun,” panggil Dina tiba-tiba.

“Eoh, ada apa?”

“Katanya kelas lo bakal ngadain perfom spesial bareng kelasnya Yuda, benar?”

Yuna kalang kabut mendengarnya. Matanya terlihat cemas. Ia bingung menjawab apa pertanyaan yang baru saja Dina layangkan padanya.

“A-aa itu,” ucap Yuna gugup.

Caca menatapnya seolah meminta jawaban sekarang juga. Yuna semakin terpojok. Ia benra-benar tidak tau harus memulainya dari mana.

“Gu-gue.” Gadis itu masih tidak bisa mengeluarkan suaranya.

Yuna menatap mata teman-temannya. Tangannya diam-diam meraih ransel. “Kalian liat saja besok, babay.” Yuna melaju secepat kilat.

“YUNA ZHAFIRA!!!”

To be continued
.
.
.

Je/Jen,
29 Maret 2021

7 Kenangan Terindah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang