Ketika kesenangan membawa kesengsaraan. Aku menyesalinya.
-Yuna Zhafira.
.
.
.
Karena jatuh lusa kemaren, Yuna harus dibawa ke rumah sakit. Bukan tidak alasan atau karena ia merengek minta dirawat. Ia mengalami dislokasi, sebuah kondisi di mana tulang keluar atau bergeser dari posisi normalnya pada sendi. Semua persendian dalam tubuh bisa mengalami dislokasi. Hal ini bisa didapatkan ketika mengalami kecelakaan atau ketika terjatuh.
Pada kasus Yuna, sendi lutut kananya mengalami pergeseran karena hantaman yang cukup kuat ketika terjatuh. Mungkin dilihat ia jatuh biasa saja, namun pada saat itu kondisi sedang lesu. Hal tersebut memancing syok dari dalam. Itulah yang menyebabkan ia bisa mengalami cedera lutut.
“Bagaimana anak saya, Dok?” tanya Ibu Yuna.
“Kami sudah melakukan tidakan reduksi untuk mengembalikkan tulang yang tergeser. Dan setelah itu Yuna harus memakai penyangga lutut untuk sementara agar tulang dan sendinya tidak bergeser lagi.”
“Lalu, apa Yuna tidak bisa berjalan Dok?”
“Untuk sementara dia harus beristirahat beberapa hari di rumah,” jawab dokter itu sembari melihat catatan medis Yuna. “Ibu tenang saja. Yuna bisa kembali berjalan normal, asalkan dia mau mematuhi perawatannya.”
“Terima kasih banyak Dok.”
“Ah iya, meski Yuna harus istirahat beberapa hari di rumah. Jangan biarkan ia hanya berada di atas kasur, tapi ia juga harus berjalan agar sendinya tidak lengket dan untuk mempercepat proses pemulihan,” ujar dokter itu mengingatkan.---
“Yun, masih sakit?” tanya Caca di seberang sana.
“Maunya sih, sudah sembuh. Tapi aku harus mematahui peraturan agar tidak lebih parah,” jawab Yuna.
“By the way, apa yang kalian lakukan?” tanya Yuna saat melihat ketiga temannya tengah berbincang santai dengan seseorang tapi tidak dilihat dalam video call mereka.
“Ah, bukan apa-apa kok. Kami cuma membahas masalah pekan olahraga bulan depan.”
Yuna hanya manggut-manggut saja. Ia menatap temannya penuh arti. Yuna sangat ingin berkumpul dengan Caca, Dina, dan Sarah. Tapi sangat disayangkan kondisinya tidak meyakinkan untuk pergi ke sekolah.
“Yun, gue tutup gak papa ‘kan? Nanti gue calling lagi ya?” Caca menutup telepon itu setelah mendapatkan persetujuan dari Yuna.
Gadis itu kini hanya menghembuskan napasnya. Sudah dua hari ia terkurung di dalam kamarnya. Ia keluarnya hanya untuk ke kamar kecil dan makan. Yuna membenamkan dirinya ke dalam selimut. Sesekali ia melihat akun sosial media Yuda.
“Ganteng banget lo, Yud,” ujar Yuna. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya meninggi satu sentimeter.
“Apa gue bisa sama lo?” Yuna menggelengkan kepalanya. Tidak percaya ia bisa memikirkan hal yang sangat mustahil untuk dilakukan.
Sadar Yuna, sadar. Lo gak ada apa-apanya bagi Yuda, gumam Yuna meyakinkan dirinya sendiri.
Kini ia kembali melihat sosial media Yuda. Scroll atas bawah. Ia juga sesekali melihat-lihat akun kerabat dan kenalan Yuda. Jangan lupa, Yuda setiap hari juga menengok akun ibu mertua, ekhemm...
“Gak heran kalau lo ganteng, Yud. Orang tua lo aja kayak gini,” ucap Yuna pelan saat ia melihat enstastory Yuda.
Jarinya menglik layar beberapa kali untuk bergeser pada story selanjutnya hingga sampai pada story kata motivasi yang Yuda muat dalam sosial medianya. ‘Senyuman bukan sebuah patokan. Ia memiliki banyak arti yang hanya diketahui sang pemilik senyum’
Klik! Mampus.
Pers*t*n dengan diri sendiri!Yuna merutuki dirinya karena tidak sengaja nge-play story tersebut dengan emotikon tertawa. Yuna panik bukan kepalang. Ia cepat-cepat membuka direct mesengger apa itu bisa ditarik atau tidak. Tapi sayangnya, Yuda sudah melihat pesan yang Yuna kirim—meski itu murni ketidaksengajaan.
Aakkkhhhh!!!!!To.be continued
.
.
.Je/Jen,
26 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Kenangan Terindah ✔
Novela JuvenilTeruntuk kamu.. Terima kasih sudah menjadi lampion dalam gelapnya malam.. Terima kasih sudah mengajarkan arti menerima tanpa mengharapkan imbalan.. Terima kasih.. Terima kasih sekali lagi.. Dari aku, sang pengagum rahasiamu. --- An Orific Genre: T...