Chapter 1

8 5 0
                                    

Happy Reading ❤️

Bel istirahat berbunyi nyaring semua siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin yang menjadi surga dunia bagi siswa-siswi lapar.

"Woy kantin yuk. Laper nih belum sarapan"teriak Mentari.

"Elah Tar gak usah teriak juga kali. Kita gak budek"sewot senja.

Namun tak urung beranjak berdiri dan berjalan keluar kelas.

Senja Mahesa. Sahabat Mentari dari orok. Mereka itu sepaket. Karena menurut Mentari  gak akan ada Mentari kalo gak ada Senja. Eaaaa..

"Lah sewot ae lo Ja. Pms lo?"tanya Tari.

"Iya Pms gue. Napa emang?"jawabnya masih sewot.

Memang yah kalo cewe Pms tuh sensi mulu. Bawaannya pengen marah aja.

"Selow mbak nya"

"Udah biarin aja. Lagi mode senggol bacok si Senja"Jingga memberi tau.

Memang Jingga itu teman sebangkunya Senja. Jadi jangan heran kalo Jingga tau bagaimana Senja.

"Yaudah kantin aja yuk. Gue laper banget sumpah tadi gak sempet sarapan"ajaknya sambil berjalan menuju kantin dengan tangan yang mengelus perutnya.

Sunggu dia lapar karena tadi tidak sempat sarapan dikarenakan ia bangun siang.

Suasana riuh menjadi pemandangan pertama yang menyambut kedatangan Mentari dan Jingga.

Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan makanan yang mereka inginkan.

Dipojok kanan terlihat sekumpulan gadis yang tengah bercanda ria dan sesekali tertawa.

"Tari, Jingga sini woy"teriak salah satu dari mereka.

Mentari dan Jingga pun berjalan beriringan menuju sekumpulan gadis tersebut.

"Kemana dulu kok gak bareng Senja sama Cahaya?"tanya gadis bernama Bulan.

"Ditinggalin kita"jawab Tari.

Mereka duduk di kursi yang masih kosong.

"Enak aja ditinggalin lo nya aja yang lelet"senja bersuara.

"Iyain aja lah daripada ngamuk"Tari seenaknya.

"Udahlah yuk makan nanti keburu masuk lagi. Nih udah gue pesenin nasi goreng buat Lo berdua"lerai Planeta. Atau yang sering di sapa Neta.

Merekapun mulai makan dengan diselingi canda tawa.

"Eh denger denger ada murid baru yah di kelas kalian?"tanya Bulan ingin tau.

"Iya. Pindahan dari Bandung"jawab Cahaya.

Sedikit informasi mereka itu terdiri dari sembilan orang. Namun mereka tidak sekelas. Mentari, Cahaya, Senja dan Jingga mereka berada di kelas XI ips 2. Sedangkan Rembulan, Bintang, Venus, Vanilla dan Planeta berada di kelas XI ips 3. Namun mereka selalu bersama karena mereka sudah bersahabat dari SMP. Kecuali Mentari dan Senja yang sudah bersahabat dari bayi.

"Di kelas kita juga ada namanya Angkasa pindahan dari SMA Galaksi"jelas Vanilla.

"Wow ganteng gak?"tanya mentari.

"Ganteng sih tapi sayang sikapnya dingin"itu bintang yang menjawab.

"Wah mantep tuh. Gue gebet ah"memang mentari itu pengagum cogan apalagi cowo yang yang sikapnya dingin. Menurutnya cowo dingin itu misterius.

*****

Dilain tempat tepatnya di rooftop terlihat cowo jangkung tengah menyandarkan kepalanya dikursi usang. Matanya terpejam menikmati angin yang berhembus kencang.

"Ang kantin yuk"ajak cowo bernama Benua.

"Hmm duluan"jawabnya.

"Ck, Ang ayolah jangan gini terus. Inget ini Bima Sakti bukan Galaksi. Lo gak mungkin gini teruskan"Benua berdecak kesal.

Dia bingung dengan temannya yang satu ini. Sungguh dia tak habis pikir kenapa dia bisa berteman dengan seorang kutub.

"Hmm"hanya gumaman yang terdengar.

"Emang susah yah kalo ngomong Ama tembok"

Benua beranjak dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Angkasa.

Angkasa Mahendra. Cowo berperawakan tinggi, kulit putih, mata yang tajam, hidung mancung, serta bibir yang berwarna pink. Sungguh definisi sempurna yang sesungguhnya.

Namun sayang dibalik itu semua Angkasa memiliki sifat cuek dan dingin tak tersentuh.

Saat menyadari Benua telah pergi, Angkasa membuka matanya dan menatap hamparan langit biru. Kilasan masa lalu terlintas dipikirannya.

"Ahhh"teriaknya frustasi.
Tangannya memukul tembok dengan keras hingga membuat tangannya terluka.

Sungguh hatinya sakit. Kenapa semua ini terjadi padanya. Tuhan seakan tak adil dan ia benci hidupnya.

Semuanya pergi meninggalkannya sendiri. Kini ia tak punya alasan untuk hidup. Jadi untuk apa dia hidup lebih baik sekarang dia mati.

Angkasa berdiri dipembatas rooftop menatap kebawah banyak kendaraan yang melintas.

Memejamkan matanya merasakan hembusan angin menerpa wajahnya. Mungkin ini adalah akhir dari segalanya akhir dari kisah hidupnya.

Brakk

"Woy lo apa-apaan sih? Kalo mau mati jangan disini. Ini sekolah bukan tempat buat bunuh diri"teriak gadis bermata coklat setelah sebelumnya menarik Angkasa.

Angkasa tak berkutik matanya menatap dalam mata gadis didepannya. Mata terang berwarna coklat seakan menghipnotis Angkasa. Sorot mata yang teduh seakan menarik Angkasa untuk tetap menatapnya.

"Gak usah ngeliatin gue segitunya kali. Gue tau gue cantik"ucap gadis itu percaya diri.

Seakan sadar dengan apa yang diperbuat. Angkasa pun bangkit dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Eh si anjir bukannya makasih malah maen pergi aja. Emang gak tau berterima kasih tuh orang"kesalnya.

Mentari pun bangkit dan pergi meninggalkan rooftop.

Ya. Gadis itu Mentari tadi dia disuruh menaruh kursi yang sudah rusak oleh guru. Namun saat ia tiba ia terkejut melihat seseorang yang berdiri diatas pembatas.

Dan setelahnya kalian tau sendiri.

Vote and Comen yah!

SalamManis🙏❤️

IMAJINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang