Chapter 3

4 3 0
                                    

Happy Reading ❤️

Angin malam berhembus kencang, hawa dingin menusuk tulang bintang berkerlip menemani bulan.

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam waktu yang pas untuk menjelajahi dunia mimpi dan bertemu cogan.

Namun tidak untuk Mentari. Gadiys itu kini tengah duduk disebuah kursi dengan pemandangan langit indah bertabur bintang.

Ditangannya terdapat sebuah novel bersampul biru. Matanya tak lepas dari novel tersebut sesekali ia tersenyum ketika ada adegan romantis.

"Huaaa kapan yah gue punya cowo ke yang si novel ini?"ucapnya monolog.

"Andai aja gue yang jadi cewe di cerita ini. Pasti beruntung banget gue"mentari mulai berandai andai.

Terdengar hembusan nafas panjang "Huh.. Tapi sayang itu semua cuma ada didunia halu"ujarnya lalu bangkit dan berjalan masuk kekamar.

"Anjir dah tengah malem aja. Pantesan gue dah ngantuk"merebahkan tubuhnya di kasur empuk dan mulai terlelap untuk menjelajahi dunia mimpi.

*****


"Senja berangkat Bun"ucap senja lalu mencium tangan Bunda nya.

"Gak nungguin Mentari dulu?" tanya bunda sambil merapikan rambut Senja.

"Gak bun Tari berangkat duluan ada urusan dulu katanya"jawab senja.

"Yaudah kalo gitu kamu hati hati yah"

"Iya Bun yaudah senja berangkat. Assalamualaikum"

"Iya waalaikumsalam"

Senja mulai menyalakan mobil dan pergi menggunakan mobil kesayangannya dengan kecepatan rata rata.

Sedangkan kini di koridor sekolah Mentari tengah berjalan menuju kelas. Matanya fokus dengan benda pipih ditangannya.

Brakk

Benda pipih yang berbeda ditangannya terjatuh bersamaan dengan tubuhnya yang terhuyung ke belakang.

Namun seperkian detik sebuah tangan melingkar di pinggangnya menahan tubuh Mentari agar tak terjatuh membentur lantai koridor.

Mata mereka beradu saling menatap. Namun seakan tersadar dengan apa yang terjadi Mentari bangkit dan menundukkan kepalanya.

"Eh sorri gue gak sengaja. Dan makasih udah nolongin"ucap Mentari dengan kepala yang menunduk.

"Iya gak papa. Lain kali kalo jalan jangan main ponsel. Udah dua kali loh lo nabrak gue"terdengar kekehan dari mulut cowo itu.

"Oh iya ini ponsel lo"fajar memberikan ponsel Mentari yang tadi sempat jatuh.

Ya. Cowo yang di tabrak Mentari itu Fajar mudir baru yang menjadi teman sekelasnya.

"Iya sekali lagi maaf dan makasih. Kalo gitu gue duluan"Mentari pergi dari sana lalu melanjutkan perjalanan menuju kelas.

Namun tanpa mereka sadari seorang gadis berdiri diujung koridor dan menyaksikan semua yang terjadi dengan tatapan yang sulit diartikan.

*****


"Free class woy guru pada ikut rapat"teriak Ferdi ketua kelas XI ips 2.

Kelas yang mulanya hening seketika berubah menjadi ricuh bagaikan dipasar. Konser dadakan yang selalu menjadi pemandangan ketika jamkos pun kini mulai terlihat.

Diatas meja kini berdiri seorang cowo dengan gagang sapu ditangannya mulai bernyanyi dengan suara merdunya.

Iya merdu. Merusak Dunia maksudnya.

"Yaampun ini kelas apa pasar sih ribut banget gak tau apa gue mau tidur"celetuk Jingga dengan tangan dilipat guna menjadi bantal.

"Kantin aja yuk dikelas berisik banget"ajak Senja.

"Yaudah kuy lah laper juga nih perut"ujar Mentari dengan tangan yang mengelus perutnya.

Meraka berempat pun keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin. Namun sebelum itu mereka masuk ke kelas IPS 3 untuk mengajak para sahabatnya yang lain.

Tiba di kelas IPS 3 yang suasana tak jauh beda dengan kelas IPS 2.

"Kantin yuk"teriak Mentari sehingga kini ia menjadi pusat perhatian.

"Hehe maaf cuma mau ngajak Mbul cs kekantin"Mentari cengengesan dengan mengacungkan dua jari membentuk 'v'.

Setelahnya mereka berjalan menyelusuri koridor menuju kantin. Dengan canda tawa yang selalu menjadi kebiasaan.

Tiba dikantin suasana ricuh pun menjadi pemandangan pertama yang menyambut kedatangan mereka. Banyak siswa siswi yang tengah mengisi perutnya.

"Anjir ini kantin apa pasar sih rame banget?"tanya Bintang.

"Ini pasar Bin"jawab Tari seenaknya lalu duduk di kursi paling pojok.

"Ngegas Mulu lo mah Tar"

"Ya karena kalo ngomong sama lo tuh bawaannya pengen ngegas mulu"jelas Tari.

"Iya in aja sih Bin. Bikin orang seneng dapet pahala loh"celetuk Vanilla.

"Nah tuh Vanilla aja tau"ucap Mentari lalu mencomot gorengan yang ada didepannya.

Mereka pun duduk di kursi yang masih kosong.

Saking asiknya mengobrol mereka tak menyadari bahwa sedari tadi sekelompok cowo kini tengah menatap mereka dengan tatapan yang berbeda.

"Ya ampun itu si Vanilla kok cantik banget yah. Apalagi kalo ketawa gitu"sedari tadi Benua tengah memperhatikannya Vanilla yang tengah tertawa.

"Elah cantikan juga si Cahaya tuh"ujar Bumi.

Tiba tiba Mars bangkit dan berjalan menuju meja para cewe tersebut. Tangannya menarik Venus untuk mengikutinya.

"Eh gays duluan yah"teriak Venus.

"Elah si Venus ngebucin Mulu dah"ucap Tari

"Ya biarin. Sirik Bae lo mah"sinis Vanilla.

Memang Mentari dan Vanilla itu tak pernah bisa akur. Mereka itu bagai kucing dan tikus. Namun meskipun begitu mereka tetap memiliki rasa kasih sayang sebagaimana teman pada umumnya.

Tak sengaja Mentari melirik ke sekelompok cowo yang kini duduk tak jauh dari tempatnya duduk.
Matanya beradu dengan sepasang mata tajam yang kini menatapnya.

"Itu kan cowo yang kemarin di rooftop? Kok dia liatin gue yah? Ah mungkin cuma perasaan gue aja"batin Tari.

Tak ingin memikirkannya Tari pun memutuskan kontak mata itu dan kembali memakan nasi goreng yang tadi dia pesan.

*****

Bantu Vote and Comen!

SalamManis❤️

IMAJINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang