Chapter 8

8 3 0
                                    

Typo bertebaran gays!

Happy Reading ❤️

*****

Mentari berjalan menyelusuri koridor dengan senyum yang terpatri di wajahnya. Tujuannya saat ini adalah kantin karena dia yakin bahwa saat ini teman-temannya pasti berada disana mengingat ini adalah jam istirahat.

Kakinya menapaki lantai kantin yang kini dipenuhi oleh orang-orang kelaparan. Suasana gaduh menyambut kedatangan Mentari.

Pandangannya meneliti ke setiap sudut kantin. Pandangan berhenti disudut pojok kanan ketika menemukan meja yang diisi oleh para sahabatnya.

Berjalan mendekati pojok kanan dan duduk disalah satu bangku yang masih kosong disamping Venus.

"Abis darimana Lo Tar? Pergi gak ngajak-ngajak"tanya Senja.

"Iya tuh. Terus ini kenapa lagi dateng-dateng senyam-senyum gak jelas"ujar Cahaya.

"Gue lagi bahagia"ucap Mentari dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya.

"Kenapa?"Tanya jingga dengan tatapan yang masih fokus pada ponselnya.

"Ada deh"

Senja mendengus "gak asik Lo Maen rahasia-rahasia an"

"Iya tuh. Sesama sahabat gak boleh Maen rahasia-rahasia an Tar"Bintang bersuara. Tumben tuh anak ngomong agak bener.

"Waw. Bin itu beneran Lo yang ngomong. Tumben nyambung"Ucap Mentari dengan mata yang membulat sempurna. Diakhiri dengan sebuah ledekan.

Cahaya mengusap wajah Mentari dengan tangan hingga membuat Mentari mendengus "Biasa aja kali itu mukanya"

Sedangkan Bintang hanya memutar matanya malas. Memang Mentari itu kalo ngomong gak pernah difilter untung Bintang sudah kebal dengan ucapan Mentari jadi dia tidak tersinggung sama sekali. Meskipun apa yang diucapkan Mentari itu benar adanya.

"Eh ada Venus tumben ikut ngumpul. Mars nya kemana?"tanya Mentari cengengesan.

Venus tersenyum "Mars lagi ada urusan katanya"

Mentari hanya ber'o' ria.  "Eh hai Nilla apa kabar?"tanya Mentari saat melirik Vanilla yang hanya diam menyimak.

"Nama gue Vanilla bukan Nilla, Tari. Dikira ikan kali yah Nilla"jawab Vanilla sewot.

Itulah yang membuat Mentari suka mengganggu Vanilla. Vanilla itu orangnya suka sewot tapi tetep cengengesan gak jelas.

Dan sudah bukan rahasia lagi kalo Mentari dan Vanilla itu tak pernah bisa akur. Mereka selalu ribut di manapun dan kapanpun, contohnya sekarang mereka meributkan hal-hal yang sangat tidak penting. Namun  dibalik itu semua Mentari dan Vanilla saling menyayangi layaknya sahabat pada umumnya.

"Ish Nilla, itu tuh panggilan sayang gue buat Lo tau"mentari mengercutkan bibirnya.

"Terserah lo lah males debat gue"akhirnya vanilla mengalah dan itu membuat Mentari tersenyum.

"Nah gitu dong bocil harus ngalah"

"Terserah lo aja Tar, gak ped..."ucapan Vanilla terhenti lantaran sebuah gebrakan yang ditimbulkan Bulan terdengar begitu keras sampai membuat seluruh pasang mata melirik kearahnya.

IMAJINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang