lembar kedua

2K 266 13
                                    

Latasha mengerjapkan mata ketika Edgar sedikit mengguncang tubuh Latasha.

"Nona, kita sudah sampai." Bisik Edgar pelan, dengan refleks Latasha mengangguk lalu turun dengan tergesa gesa. Ketika Latasha membuka pintu dirinya sudah di hadapkan oleh perempuan yang kini sudah berpakaian sangat rapi. Sudah bisa Latasha tebak bahwa dia adalah ibunya. Namanya Arzenna, karena tidak sempat memikirkan persiapan untuk pertemuan ini tubuh Latasha menjadi kaku.

"Aku pulang." Ucap Latasha dengan suara pelan, namun Arzenna nampak acuh. Arzenna tampak asik merapikan dandanan wajahnya yang terlihat menor di kaca mini yang dia bawa.

"Sudah siap? Kalau begitu ayo kita pergi." Seorang lelaki muncul dari atas tangga dengan baju yang terlihat sangat formal, Arzenna tersenyum lebar ketika melihat suaminya datang. Tanpa mengucapkan sepatah katapun keduanya keluar pergi meninggalkan Latasha. Dengan tatapan sinis Latasha menatap pintu yang sudah tertutup.

"Sialan! Kalau tidak ingin merawat anak jangan pernah membuatnya!" Teriak Latasha yang terdengar ambigu, dengan langkah kesal Latasha memilih menaiki anak tangga. Siapa yang mengira bahwa orang tua sang tubuh asli akan benar benar sangat menyebalkan. Tetapi ketika kakinya sudah menapaki lantai atas, wajahnya berubah menjadi bingung. Terlalu banyak ruangan di lantai atas, sehingga Latasha bahkan bingung di mana letak kamarnya sendiri.

Mengeluarkan ponselnya Latasha memilih untuk mengirim pesan teks pada kedua orang tuanya.

Me:

Ibu, sepertinya kepalaku habis terbentur sehingga aku melupakan letak kamarku.

Latasha terkekeh pelan ketika membaca pesan yang ia kirim, mungkin orang tuanya hanya akan menganggap ini sekedar lelucon semata.

Ibu:

Apakah kamu bodoh? Ruanganmu berada di ujung.

Lihat, bahkan responnya menjadi sangat kejam kepada anaknya sendiri. Tanpa membalas pesan Latasha berjalan dengan bibir yang terus mengerucut, seumur hidupnya dia tidak pernah di perlakukan seperti ini dengan orang tuanya sendiri. Pantas saja sang tubuh asli tampak sangat tersiksa karena hidup bersama kedua orang tuanya. Membuka pintu kamar, bibir yang semula mengerucut kini menjadi terbuka lebar untuk sementara waktu.

Bagaimana tidak? Dinding kamarnya penuh dengan poster yang bergambarkan Sevan, kalau Latasha memperkirakan sepertinya ini adalah hasil potret diam diam dari Latasha. Dengan amarah yang besar Latasha merobek semua poster dengan kasar dan memasukkanya ke dalam tempat sampah.

"Persetan dengan wajahnya yang tampan!" Latasha tentu saja tidak bisa melupakan bagaimana sifat menyebalkan Sevan tadi.

"Hey, Latasha. Lo tau, gebetan lo tuh gak pernah baik sama lo. Sayangnya lo terlalu bodoh untuk tau."

Puas mengeluarkan beberapa kata mencaci, Latasha akhirnya mulai melepas tasnya dan pergi untuk berbaring. Latasha sedikit terkejut karena kasurnya benar benar sangat nyaman dan empuk, di dunia asli Latasha memang mempunyai rumah besar tetapi tetap saja tidak bisa menyaingi rumah tubuh asli.

Karena sudah sedikit tertidur di dalam mobil Latasha bahkan tidak bisa tertidur sekarang ini, oleh karena itu Latasha lebih memilih menggangti baju seragamnya. Selesai mengganti bajunya Latasha memilih mendekat ke arah rak buku, Latasha berharap tubuh asli mempunyai beberapa novel yang dia bisa baca. Saat sedang asik mencari tanganya secara tidak sengaja menemukan buku diary dari sang tubuh asli.

Berpikir bahwa sekarang dia menempati tubuh asli jadi Latasha tentu saja bisa membacanya dengan suka hati, Latasha membuka lembaran pertama buku dengan sedikit mengerutkan keningnya.

Kamu memberiku beberapa kenyamanan yang bisa membuat ku melupakan rasa sedih. Kalau saja saat itu kamu tidak ada, aku pasti sudah akan memilih mengakhiri hidupku. Sejak saat itu aku berpikir bahwa aku perlu hidup untuk melihatmu. Pertama kalinya aku benar benar merasakan bahwa aku harus mendapatkanmu.

script changesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang