lembar ketujuh

1.5K 209 12
                                        

Di part sebelumnya udah mulai ada yang comment tentang kecurigaan kalian, saya sebenernya yang sebelumnya udah mulai males banget ngelanjutin cerita ini mulai ngerubah pikiran buat tetep nyari ide dan berusaha ngelanjutin cerita Sevan dan Latasha ini. Saya cuma mau terimakasih karena kemarin ada yang mulai comment dan bisa bikin mood saya jadi lebih baik.

.......

Latasha terus saja berdecak kesal karena orang tuanya tak kunjung selesai berbincang bincang sedangkan Latasha sudah bosan mendengar ocehan tak jelas yang sedari tadi di lontarkan oleh Sevan.

"Lo bisa .... diem?" Ujar Latasha sembari tersenyum tipis karena di paksakan tetapi seolah olah Sevan tidak peduli dia hanya menggeleng pelan lalu terkekeh. Melihat hal ini Latasha mau tak mau menangis di dalam hatinya, Latasha hanya bisa berharap agar tokoh Hazelia muncul secepat mungkin agar Latasha tidak terus terusan di ganggu seperti ini.

Ketika tengah larut dalam rasa duka-nya Latasha melihat ponsel Sevan yang bergetar dan melihat Sevan yang membaca pesan dengan serius yang membuat Latasha sedikit penasaran.

"Lo pasti bosen sekarang, mau ikut gua gak?" Tanya Sevan sembari memasukkan ponsel ke dalam saku celananya kembali. Sevan pikir Latasha akan menolak sehingga Sevan sudah bersiap untuk memaksa Latasha tetapi kegiatanya terhenti ketika melihat Latasha mengangguk.

Dengan cepat Sevan meraih tangan Latasha dan membawa Latasha ke arah balkon, saat kaki mereka sudah menapaki balkon angin malam mulai menyambut mereka yang membuat Latasha sedikit menggigil kedinginan.

"Kita mau kemana?" Tanya Latasha dengan suara yang sedikit bergetar, mendengar hal ini Sevan mengacuhkan pertanyaan dari Latasha dan memilih melihat ke sekitar. Sevan bersyukur mereka tengah menempati ruangan di lantai satu sehingga ketinggianya tidak terlalu besar. Dengan gerakan cepat Sevan segera meloncat dari balkon yang membuat Latasha terkejut.

"Lo gila?!" Pekik Latasha dari atas ketika telah melihat Sevan baik baik saja dari bawah, tetapi yang Latasha lihat Sevan malah terkekeh pelan seolah olah Sevan tidak melakukan hal apapun yang membahayakan nyawanya sendiri.

"Lo bisa loncat?"

"Loncat? Lo mau ngebunuh gua?"

"Loncat aja, jangan bilang lo takut?"

"Siapa orang yang gak takut kalo di suruh loncat dari atas balkon!"

"Gak akan terjadi apa apa sama lo, percayain semuanya sama gua."

Latasha mencoba mempertimbangkan perkataan dari Sevan, berulang kali Latasha melihat ke bawah dan juga ke dalam ruangan. Tetapi jika Latasha tetap di dalam ruangan dia akan mati kebosanan tanpa bisa melakukan apapun. Latasha menghela hafas kesal ketika sudah mendapatkan pilihanya.

"Gua bakal minta pertanggung jawaban lo kalau tulang gua sampai patah." Kesal Latasha yang hanya di balas anggukan mantap dari Sevan. Dengan cepat Latasha menaikkan kakinya pada pembatas balkon dengan sedikit gemetar, ini sama saja sepwrti Latasha melakukan adegan bunuh diri. Latasha masih tetap berdiri di atas pembatas balkon selama beberapa detik, tetapi Sevan dengan sabar menunggu Latasha mempersiapkan keberanianya.

"Gu-gua dateng." Cicit Latasha lalu memilih melompat dengan mata terpejam, Latasha sudah akan mempersiapkan diri jika tulang tulangnya akan patah nanti tetapi selama beberapa menit Latasha tak kunjung merasakan adanya rasa sakit. Jadi dengan cepat Latasha membuka matanya dan menemukan bahwa dirinya telah di tangkap oleh Sevan yang membuat dia tidak terjatuh sama sekali.

Latasha melihat Sevan yang tengah tersenyum menikmati kebingungan yang ada di raut wajah Latasha, jadi dengan cepat Latasha memilih turun dari tangkapan Sevan dan berdehem pelan untuk menetralkan rasa gugupnya. Untungnya Sevan belum berniat menggooda Latasha dan memilih menarik tangan Latasha ke arah garasi motor miliknya.

script changesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang