lembar kelima

1.7K 228 6
                                        

Beberapa hari berlalu sejak kejadian malam itu, sejak saat itu juga Latasha selalu mendapati sekotak susu cokelat di dalam laci mejanya. Sebagai pecinta sekotak susu Latasha sudah pasti tidak akan menolaknya, jadi setiap hari Latasha selalu meminumnya dan diam diam berterimakasih kepada orang yang memberikanya sekotak susu.

"Lo gak ada niat buat nyari siapa pelakunya?" Tanya Aquenna yang kini menatap Latasha dengan jengkel.

Latasha menoleh dan menggeleng pelan sebelum berucap, "yang pertama, gua gak terlalu penasaran. Yang kedua, kalau gua tau pelakunya emang bakal ada jaminan dia bakal ngasih gua susu kotak lagi?"

Diam diam Aquenna menatap prihatin kepada Latasha, sedari dulu memang Latasha benar benar menyukai susu kotak dengan rasa cokelat. Jadi dulu Aquenna sering sekali menyogok Latasah dengan sekotak susu cokelat jika dia membuat kesalahan kepada Latasha.

"Lo tahu kalau sekarang Sevan gak masuk kelas?" Kekeh Aquenna yang ingin memeriksa reaksi Latasha, mendengar hal ini tentu saja Latasha menjadi sedikit terkejut. Bukan karena khawatir, melainkan selama ini Latasha menduga bahwa Sevan adalah seseorang yang selama ini selalu memberikanya sekotak susu. Bukannya Latasha memiliki kepercayaan diri setinggi langit, tetapi malam itu Latasha juga memberikan sekotak susu kepada Sevan.

Secara kebetulan susu yang selalu Latasha minum adalah merek yang sama dengan yang Latasha beli malam itu, tetapi jika Sevan tidak masuk sekarang ini bagaimana bisa sekotak susu tetap ada di dalam laci mejanya?

"Lo pikir gua siapanya sampai harus tau dia masuk atau enggak." Balas Latasha akhirnya, moodnya kini menjadi buruk karena sekotak susu yang tengah ia minum sudah habis.

"Lo kan mantan penyukanya si Sevan." Latasha mendelik kesal karena ledekan yang di lontarkan oleh Aquenna, memilih tidak peduli Latasha segera beranjak dari tempatnya hanya untuk membuang sekotak susu yang di genggamnya. Saat Latasha hendak kembali ke tempatnya ponsel yang berada di dalam sakunya bergetar, jadi Latasha mengurungkan langkahnya dan memilih untuk memeriksa pesan di ponselnya.

Ibu:
Pulanglah besok ke rumah, ada pertemuan yang harus di hadiri bersama.

Pesan yang di sampaikan oleh ibunya benar benar langsung kepada intinya tanpa harus berbasa basi, seolah olah Latasha bukan anaknya melainkan bawahanya. Tetapi Latasha sangat ingat bahwa tubuh asli memang memiliki hubungan sedarah dengan kedua orang tuanya. Tubuh asli di besarkan oleh kakek dan neneknya sejak kecil, tetapi ketika tubuh asli menginjak umur 5 tahun kakek dan neneknya meninggal.

Ini yang membuat Latasha harus di asuh oleh kedua orang tuanya yang sangat sibuk akan pekerjaan, meskipun begitu semenjak Latasha di asuh oleh kedua orang tuanya. Ibu tubuh asli memilih berhenti dari pekerjaanya, juga karena tidak terbiasa dengan kehadiran Latasha sang ibu menjadi tidak tahu bagaimana harus bersikap dan memilih mengacukan Latasha seiring waktu berjalan.

Latasha benar benar merasa kasihan dengan sang tubuh asli, di acuhkan oleh kedua orang tuanya benar benar perasaan yang sangat berat dan menyakitkan. Kembali ke tempatnya Latasha memilih memasukkan ponsel miliknyanke dalam laci meja. Ketika bel sekolah berbunyi banyak semua murid memasuki kelas, tetapi daripada memperhatikan pelajaran Latasha memilih untuk memasang posisi tertidur. Aquenna yang melihat Latasha tertidur menjadi beredecak pelan, selama ini Latasha tidak akan pernah mau tertidur di kelas. Tetapi semenjak kecelakaan saat itu Aquenna jadi sering melihat Latasha tertidur di kelas.

.......

Di tengah tengah lapangan Latasha berkali kali memantulkan bola basket di tanganya, dengan percaya diri Latasha memasukkan bola basket ke dalam ring. Beberapa murid sedikit bersorak senang melihat Latasha berhasil memasukkan bola tiga kali berturut turut, hari ini terdapat materi olahraga. Tugasnya sangat mudah, murid murid hanya mengambil nilai untuk memasukkan bola basket ke dalam ring sebanyak tiga buah.

script changesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang