"Kamu sendiri, apa hal yang bikin kamu gak tertarik sama anak saya?"
Latasha ketar ketir ketika menerima pertanyaan dari Maria, Latasha jadi kesal sendiri karena Sevan malah santai meninggalkanya berduaan saja dengan Maria.
"Itu ... itu ... bukanya saya gak tertarik tante. Cuma, saya emang belum ada niatan pacaran aja," alibi Latasha sembari tersenyum canggung.
Maria tertawa ketika mendengar jawaban dari Latasha, Maria pikir Latasha adalah anak yang unik. "Baguslah, tante pikir kamu gak tertarik sama sekali sama anak saya. Tapi kalau udah lulus kuliah kamu mau kan sama anak saya?"
Percuma tante, saya lulus kuliah anak tante palingan udah nikah sama jodohnya. "Kalo anak tante gak bosen aja sama saya."
Latasha mengedipkan matanya lucu karena secara spontan membalas perkataan Maria, ini seolah olah Latasha juga ingin bersama Sevan. Latasha berdehem pelan untuk mengusir pikiran aneh di dalam kepalanya. Mana mungkin tiba tiba Latasha mau sama lelaki modelan menyebalkan seperti Sevan.
"Itu tandanya lo ada kemungkinan nerima gua kan?"
Latasha dan Maria menoleh tatkala melihat Sevan yang baru saja turun dari lantai atas yang kini sudah tidak memakai baju seragam miliknya lagi. Latasha tersipu malu karena ternyata jawabanya berhasil di dengar oleh Sevan. Sedangkan Maria yang melihat kelakuan dua bocah yang sedang bersamanya kini hanya bisa terkekeh kecil, mau bagaimanapun Maria dulu juga pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta.
Sevan berjalan untuk duduk di samping Latasha dengan senyum miring yang tercetak jelas di wajahnya, Sevan baru tahu kalau melihat Latasha merona karena malu bisa membuat hatinya berdetak lebih cepat.
"Latasha, kamu mau bantu tante?" tanya Maria tiba tiba ketika teringat hal penting.
Latasha mengerutkan keningnya bingung, hatinya menimang nimang apakah dia harus menerimanya atau tidak. Tetapi karena meihat wajah Maria yang masih saja terus tersenyum membuat Latasha tidak tega untuk menolaknya. "Eum, bantu apa tante?"
"Bantu tante masak, sekalian kamu juga biar bisa belajar masak," ungkap Maria dengan mata berseri seri.
"Gak usah bunda, bisa bisa rumah meledak kalo dia yang masak."
"Bisa tante."
Balas Latasha dan Sevan yang bertabrakan, keduanya menoleh karena terkejut. Tetapi beberapa menit kemudian Latasha melotot marah ke arah Sevan karena berhasil mencerna apa yang Sevan ucapkan.
"Emangnya Latasha itu kaya kamu, yang nyentuh kompor dikit aja gak mau," bela Maria yang membuat Sevan kalah telak.
Tuh kan, memang kalau Latasha ada Sevan akan di jadikan anak terbuang. Sedih, tapi mau bagaimana lagi, Sevan tidak bisa protes. Yang bisa Sevan lakukan cuma bersedekap dada tanda kesal dengan bundanya. Tapi diam diam hatinya juga penasaran dengan rasa masakan yang di buat oleh Latasha.
Maria berdiri dari tempatnya sembari menatap kedua anak remaja di sampingnya dengan senyum tipis, "Daripada kamu nganggur, ayo masak. Bantuin Latasha juga di dapur."
Latasha terkekeh karena paksaan dari Maria, tetapi Sevan hanya bisa mendengus kesal karena di permalukan oleh Maria. Dia kan laki laki, mana mungkin mau masak. Batinya kukuh kala itu.
"Ayo Latasha, kita ke dapur. Biarin aja Sevan di sini sendiri sampai dia berubah pikiran," cibir Maria lalu berlalu yang di susul oleh Latasha dengan kecepatan kilat.
Ternyata menyenangkan juga melihat Sevan di permalukan, Latasha jadi tersenyum sendiri ketika memikirkanya. Tetapi senyumnya luntur ketika merasakan sebuah tangan merangkul pundaknya, Latasha menoleh dan menemukan Sevan yang memasang wajah datar miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
script changes
Подростковая литература[di update setiap hari senin] Latasha ingat bahwa dia mengalami kecelakaan pesawat, tetapi bagaimana bisa ketika dia membuka mata dia malah memasuki dunia novel. Terlebih lagi novel tersebut adalah novel yang di hadiahkan oleh ibunya. ----- "Lo udah...