3. Hasil

157 114 528
                                    

Dikarenakan Kinar yang melarang Alletha mengajak teman cowoknya main ke rumah, dengan terpaksa Bintang harus memanjat pohon agar sampai ke lantai dua tepat di jendela kamar Alletha.

Bintang tersegal-segal. Napasnya begitu berat. Terlihat peluh keluar membasahi pipinya. Dengan tenang, dia duduk di atas jendela kamar sambil memperlihatkan wajah pilu.

"Boleh masuk?" Tanya Bintang.

"Ma-masuk apanya?" Balas Alletha ketakutan.

"Masuk guenya lah. Masa gue diem di jendela kayak maling!"

Alletha terdiam sejenak. Seorang cowok mau masuk ke kamarnya? Jantungnya berdebar tak keruan. Bintang menghembuskan napas kesal seolah mengerti apa yang ditakutkan oleh Alletha.

"Gue janji nggak bakal ngapa-ngapain, kan niat gue bantuin lu belajar." Bintang mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Alletha.

"Oke," balas Alletha dengan ragu.

Bintang menurunkan kedua kakinya secara perlahan. Dia sangat mengerti posisinya saar ini. Dia sedang berada di atas kandang macan betina.

Bintang menghampiri Alletha. Mereka saling memandang satu sama lain. Mata hitam Bintang malam ini bersinar terang seperti bintang di langit. Alletha yang melihatnya pun tersenyum kecil.

"Jangan liatin terus, nanti nggak fokus belajarnya."

"I-iya."

"Oke, sekarang kita belajar fisika." Bintang membuka bukunya. Dia menerangkan semua pelajaran itu dengan selembut-lembutnya agar Alletha mengerti dan tidak tertinggal lagi. Ia menerangkan satu per satu, dari langkah paling mudah terlebih dahulu.

Bintang terkagum kaget, ternyata jika Alletha serius memperhatikan, dia sangat mudah mengerti dan mengingat caranya. Dia bahkan beberapa kali mengerjakan ulang soalnya dengan benar.

"Beres." Alletha langsung mengambil buku catatan Bintang dan mencocokkan hasilnya. Gadis ini tersenyum lebar saat mendapatkan semua jawabannya benar.

"Pinter juga lucuku ini. Ulululu.." Bintang mencubit pipi kanan Alletha.

"Aw. Sakitttt!" Rengek Alletha melepaskan cubitan Bintang.

Bintang terkekeh kecil. "Maaf. Jadi, soal-soal yang gue kasih tadi, itu semua bakal keluar diujian besok. Jadi, lu harus inget semuanya, ya? Jangan sampe salah! Awas aja nilai lu nggak diatas sembilan puluh." Seru Bintang.

"Kalo nggak diatas sembilan puluh, gimana?"

"Lu bakalan gue hukum! Dan, kalo diatas sembilan puluh, lu bisa minta apa aja sama gue. Tapi, itu sesudah ujian selesai."

"Oke, siapa takut." Jawab Alletha penuh percaya diri.

•••

Hari ini begitu berap bagi Alletha. Dia harus berusaha sebisa mungkin agar semua soal fisika dijawab benar olehnya dan mendapatkan nilai yang bagus agar tidak dihukum oleh Bintang. Alletha tahu betul kalau Bintang tidak pernah main-main dengan perkataannya.

•••

Beberapa hari setelah ujian, sekarang waktunya menerima hasil ujian. Sepuluh nama yang dipanggil ialah yang masuk sepuluh besar. Dan Alletha selalu berdoa agar dia salah satunya.

"Aksara Bintang Purnama." Jangan tanya, sudah pasti Bintang menduduki peringkat pertama. "Bagus. Nilai rata-rata kamu sembilan puluh lima." Bu Ayu tersenyum gembira.

Sudah dibagian empat besar, tapi, nama Alletha belum saja dipanggil. Jantungnya sudah berdetak kencang saat menunggu hasil. Dan..

"Alletha Anatasia." Mendengar suara Bu Ayu yang menyebutkan namanya, mata Alletha terbuka lebar. "Selamat, kamu masuk sepuluh besar." Lanjut Bu Ayu memberikan kertas hasil ujian.

Dengan bangganya Alletha bersorak riya. "BINTANG, AKU JUARA LIMA!!!" Tanpa sadar Alletha memeluk Bintang. Bintang pun membalas pelukannya dengan rasa bahagia.

"Nggak sia-sia gue ajarin lu, Tha!"

Sekelas kaget. Bagaimana tidak? Seorang Alletha yang dikenal karena bakat melukisnya dibidang seni kini mendapatkan nilai sempurna dimata pelajaran fisika. Dan, ini pertama kalinya ia masuk sepuluh besar.

•••

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang