8. Rasa

75 51 603
                                    

Hari ini, masuk minggu ke dua Alletha dirawat di rumah sakit dengan keadaan yang belum sadarkan diri.

Dikarenakan Kinar yang sibuk dengan pekerjaannya, terpaksa dia meminta tolong kepada Fiona untuk menjaga Alletha di rumah sakit setelah pulang sekolah. Fiona sendiri tidak keberatan akan hal itu, malahan dia yang memaksakan diri untuk tetap terus berada di samping Alletha.

Anak-anak Black Wolf juga sempat beberapa kali menjenguk Alletha yang masih terbaring lemah.

"Fi, mending lu pulang deh. Mandi sama makan dulu, nanti gue sama Alvaro yang jagain Alletha." Ucap Arganta merasa khawatir kepada Fiona.

"Yaudah. Gue balik, ya? Kalian jagain Alletha, kalo ada apa-apa langsung kabarin."

"Iya, bawel. Ayo, aku anterin pulang." Ajak Arjuna seraya merangkul tangan Fiona.

Kedua pasangan itu langsung keluar dari ruangan, menyisakan Alvaro dan Arganta yang bertugas untuk menjaga gadis cantik ini.

"Kenapa, ya? Kita jadi baik sama Alletha?" Heran Arganta. Mengingat waktu pertama masuk SMA, mereka bertigalah yang sering memggangu Alletha. Tapi, kini berubah menjadi sangat peduli. Apalagi dengan kondisi Alletha saat ini.

"Nggak tau. Gue juga heran."

"Eh, Al. Lu, suka ya sama Alletha?"

Alvaro melirik Arganta. "Mungkin."

"Anjir! Pertama dalam sejarah Alvaro suka sama cewek!" Heboh Arganta. "Terus, kapan lu nembak dia?"

"Gila lu! Masa orang lagi koma mau gue tembak? Langsung mati dong?"

Arganta menepuk kapala Alvaro. "Heh goblok! Maksud gue, kapan lu ajak dia pacaran?"

"Gue nggak niat pacaran."

"Berarti langsung nikah dong?"

"Nggak gitu juga!"

Dua orang itu masih saja beradu mulut. Arganta yang memiliki sifat yang tak bisa diam bertemu dengan Alvaro yang emosian. Indahnya berdebatan antara dua sahabat ini.

Selang beberapa menit dari itu, Arganta pergi ke supermarket yang ada di dekat rumah sakit untuk membeli cemilan dan minuman untuk mereka.

Alvaro bangkit dari duduknya dan mulai berjalan ke arah Alletha. Dia menarik kursi kecil kemudian duduk di sana sambil memegang tangan Alletha.

"Tha.."

"Bangun, Tha."

"Maafin gue, please." Alvaro menundukkan kepalanya. Tak lama dari itu, dia tertidur pulas di samping Alletha.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Tapi, Fiona, Arjuna, dan Arganta belum menampakkan diri.

Usapan lembut mendarat di atas kepala Alvaro, sontak membuatnya merasa nyaman. Namun, lama kelamaan usapan itu berubah menjadi kasar. Alvaro sendiri yang merasa terganggu segera menangkap tangan itu dan mengangkat kepalanya.

Alletha terkekeh kecil. "Kamu tidur kelamaan. Aku nungguin dari tadi." Kata Alletha sangat pelan.

Alvaro menatapnya samar. "Alletha? Lu, udah bangun?"

"Belum, masih tidur!" Alletha kembali membaringkan tubuhnya lalu menutup mata.

"Eh? Ya Allah, gusti. Jangan atuh!" Panik Alvaro segera beridiri dan mengangkat tubuh Alletha untuk kembali duduk.

"Kamu sih!" Kesal Alletha memasang wajah cemberut.

"Ya, maaf. Hehe.."

Canggung. Tiba-tiba perut Alletha berbunyi, pertanda lapar.

"Ssshhtttt, diem." Katanya kepada perutnya sendiri.

"Mau makan?"

Alletha mengangguk malu-malu.

"Yaudah, bentar. Aku beli makan dulu di luar." Ucapnya segera pergi meninggalkan Alletha.

"Eh, tunggu!"

Alvaro menghentikan langkahnya. "Apa?"

"Ja-jangan tinggalin aku sendirian. Aku takut.."

○○○

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang