Part 6🌺

740 72 7
                                    

"Sudah selesai makan malamnya?"

PP membalikkan tubuhnya dan merasakan kakinya yang lemas seketika. Tunggu! Siapa lelaki ini? Ia tidak tampak seperti Billkin, kemana sicupu yang biasanya ia bully? Yang berdiri dihadapannya malah seperti seorang pangeran.

"U-udah ko, Lo kok ada disini?" Tanya PP.

"Tadi saya dengar ada suara didapur, jadi saya kesini untuk mengecek nya dan dari kejauhan saya melihat seseorang tidak terlalu jelas karena tidak pakai kacamata, dan ternyata itu kamu"

"Lo pokoknya jangan kayak gini lagi!"

"Maksudnya saya ga boleh kedapur?"

"Bukan itu maksud gue, Lo cuma boleh lepasin kacamata saat Lo sama gue, jangan kayak gini didepan orang lain"

"Loh, memang nya kenapa?"

"Gausah kepo, pokonya Lo harus nurut sama gue ini juga demi kebaikan Lo kok" PP menatap Billkin untuk meyakinkan.

"Iya saya tidak akan melepaskan kacamata didepan orang lain" ujar Billkin yang dibalas senyuman oleh PP.

Kemudian keduanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Billkin masih tidak mengerti mengapa PP melarang nya untuk melepas kacamata dihadapan orang lain.

PP mengusak rambutnya kasar, bibir dan pikirannya sudah tidak sejalan lagi dan itu semua karena Billkin. Sebenarnya Billkin masih sama, hanya saja penampilannya yang sekarang sukses membuat PP gila.

"Kin_"

"Ya?"

PP menatap tajam Billkin dengan ekspresi seriusnya, kemudian menarik tengkuk Billkin dan menempelkan bibirnya ke bibir tebal milik lelaki tampan tersebut.

Entah apa yang ada didalam pikiran PP, katakanlah dia sudah kehilangan akal. Jujur saja tidak akan ada yang bisa menolak pesona Billkin yang ada dihadapannya saat ini.

Billkin terkejut dengan tingkah PP. PP yang selama ini ketus dan cuek sekarang malah menciumnya. Billkin berharap semoga ini semua bukan mimpi.

"Maafin gue ya kin selama ini gue udah jahatin Lo" ucap PP setelah melepaskan ciumannya.

"Sudah saya maafkan sebelum kamu minta maaf" ucap Billkin yang diakhiri dengan senyuman.

Sialnya itu sangat tampan.

"Yauda, eumm...gue mau tidur dulu" PP sudah tidak kuat lagi, PP beranjak menuju kamarnya, Billkin membuat nya gila malam ini.

"Tunggu" Billkin menarik tangan PP "saya ingin tidur berdua dengan mu boleh?"

PP terkejut namun ia berusaha mengontrol ekspresi nya.

"Apaan sih Lo! Jangan berani-berani" setelah mengucapkan itu PP berlari sekencang mungkin menuju kamarnya.

Billkin terkekeh melihat tingkah laku lelaki manisnya.

Dia sangat lucu dan manis - batin Billkin.

~~~

Sosok pemuda berkacamata itu berjalan dilorong koridor sekolah.

Tangan kirinya yang dibalut jam tangan menggenggam sebatang cokelat. Wajah itu tampak lebih menawan dengan senyuman tipis mengembang disudut bibirnya.

Setelah melewati satu belokan, netranya tertuju pada pintu kayu bercat hitam yang terpampang disebelah kanan. Ia melangkah mendekat dengan cepat. Setelah sampai diambang pintu, ia mengamati satu persatu anak yang berada didalam kelas nya, berusaha mencari orang yang ingin ia temui, namun kedua alisnya sempat mengerut karena tak kunjung menemukan orang itu.

"Heh cupu"

Sontak pemuda itu menoleh kearah sumber suara yang memanggil nya.

"Oh, hai jayler" pemuda tersebut adalah Billkin.

"Ngapain lu diem disitu kek orang goblog aja" ucap jayler sembari tertawa terbahak bahak.

"S-saya mau cari PP" ucap Billkin menundukkan kepalanya.

"PP? Lu nyari PP?" Jayler memandang Billkin dengan pandangan menyelidik.

Sedetik setelah mendapat pertanyaan seperti itu dari pemuda didepannya. Billkin langsung menyembunyikan sebatang cokelat yang ia genggam dibelakang tubuhnya dengan gerakan yang pelan, wajahnya pun Billkin usahakan untuk tidak berubah ekspresi sedikit saja.

Tanpa Billkin sadari, sebenarnya jayler sudah melihat cokelat ditangan Billkin disaat ia memanggil nya.

"Saya hanya ingin berbicara dengan nya"

Jayler memandang Billkin kemudian menghela nafas "tadi waktu bel istirahat bunyi, dia langsung lari keluar kelas, mau ketemu Oab katanya"

Genggaman tangan Billkin pada sebatang cokelat itu mengeras. Seharusnya ia tau diri, bahwa PP sudah dimiliki oleh seseorang walaupun semalam PP mencium nya harus nya Billkin tidak terbawa suasana karena bagi PP ia bukanlah siapa-siapa.

Billkin tidak bisa memungkiri bahwa hatinya terasa berat sekarang.

"Oh Oab ya" ujarnya tanpa menatap jayler lagi.

Senyum kecut terulas begitu saja, bersamaan dengan patahnya cokelat dalam genggamannya.

Black Heart-BKPP ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang