Part 16 🤎

555 59 4
                                    

Bisa dibilang PP terkena serangan keterkejutan saat ini. Darahnya seperti mengalir. Bahkan suara disekitar menjadi terdengar samar-samar ditelinga nya.

"B-bercerai?" PP mengulang nya tak yakin.

Billkin hanya tersenyum tipis, pria tampan itu membalikan badan dan berjalan menghampiri PP.

"Iya ayah dan ibu memilih untuk bercerai" ujar Billkin seraya mengelus rambut PP.

"Terus bagaimana dengan mereka?" Tanya PP memandang wajah Billkin cemas.

"Maka dari itu ayah, ingin bicara empat mata dengan mu."

"Bagaimana?" Tanya Billkin.

"Ayah ada disini?" PP bertanya balik.

"Ada diluar, ingin berbicara sekarang?" Tanya Billkin tersenyum lembut.

"Boleh" jawab PP membalas senyuman Billkin tak kalah manis nya.

"Oke aku akan memanggil nya" Billkin beranjak menjauhi PP.

"Kin" PP memanggil, yang merasa dipanggil pun segera membalikkan badannya.

"Aku mencintaimu" ujar PP dengan senyuman manis dan jangan lupakan semburat merah samar-samar dikedua pipi nya.

"Aku pun" balas Billkin diakhiri dengan senyuman tulus.

Billkin keluar dari pintu kamar rawat PP dan meninggalkan PP sendirian didalam.

~~~

Tuan Roy menghela napas dan mulai mendudukan dirinya dipinggir ranjang PP, tangan nya terulur untuk menepikan rambut PP yang mulai panjang.

"PP..." Panggil nya pelan.

Kedua mata itu menatap kearah nya, tuan Roy mencoba untuk tersenyum.

"Jagoan ayah sudah dewasa ternyata" tuan Roy menggenggam tangan PP.

"Kamu sudah terlalu banyak berkorban untuk ayah, sekarang waktunya ayah yang berkorban untuk kamu" ujar tuan Roy.

PP tidak menjawab, hanya menatap kedua mata sang ayah dalam diam. Tuan Roy tersenyum tipis.

"Maaf kan ayah yang tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk kamu, ayah janji apapun yang menyangkut kebahagiaan kamu ayah akan mendukung nya" kedua tangan tuan Roy berpindah menangkup pipi tirus anak nya.

"Demi sang jagoan ayah" sang ayah terseyum tulus, senyuman yang sama saat pertama kali lelaki itu memperkenalkan ibu Billkin kepadanya.

Ah PP jadi merasa bersalah telah mengusik kebahagiaan sang ayah tapi PP juga berhak bahagia kan?.

"Cinta saja tidak cukup" ucap sang ayah, dia mengerti. Banyak yang menyayangi PP tapi ia memahami perasaan sang anak yang baru saja merasakan perasaan asing diluar zona nya.

Tuan Roy menepuk pelan tangan PP, beralih mengelus kepala sang anak penuh kasih sayang.

Pintu ruang inap itu terbuka. Menampilkan Billkin dan ibu nya yang menatap mereka dengan pandangan khawatir. Ia melangkah mendekati mereka dan menatap PP. Tuan Roy tersenyum samar.

"Kamu tidak akan merasa kesepian lagi mula sekarang" bisik tuan Roy, lalu berdiri dan tersenyum pada Billkin. Ia menepuk pelan pundak pemuda itu, dan berjalan menuju pintu diikuti oleh ibu nya Billkin.

"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Billkin lembut.

PP tak menjawab.

Billkin menghela napas, lalu mendudukan dirinya dikursi yang berada disamping ranjang PP.

"....Kin" PP memanggilnya pelan.

"Ya?"

"...Kita direstui?" kedua mata itu berkaca-kaca menatap Billkin.

Yang ditatap hanya mengangguk kan kepala seraya tersenyum manis, dan segera beranjak untuk memeluk sang pujaan hati.

~~~

Lalu seminggu kemudian PP diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Billkin senang bukan main, ah siapa juga yang tidak senang bila kembali tinggal serumah dengan sang pujaan hati. Dan lagi...

"Kamu tidur bersama ku"

PP mengerjap, lalu menoleh menatap Billkin yang duduk di kursi pengemudi. Kedua matanya fokus kedepan, dengan tangan yang sesekali memutar setir mobil.

"Kenapa?" Tanya PP.

"Akan lebih mudah jika kita satu kamar, jika kamu butuh bantuan, aku bisa langsung membatunya"

Mobil mereka berhenti, Billkin melepas sabuk pengaman nya dan langsung keluar. Lalu membukakan pintu untuk PP.

Tapi sebelum PP keluar, Billkin terlebih dahulu mengangkat tubuhnya terpaksa PP harus mengalungkan tangannya ke leher Billkin. Ia berdecak pelan.

"Gue cuma kekurangan darah, bukan lumpuh ya" ujar PP seraya memutar kan bola matanya malas, ah PP nya yang dulu telah kembali. Repleks Billkin tersenyum.

Setelah sampai dikamar, Billkin menutup pintu kamarnya dan mendudukkan PP dikasur.

Lalu, dahi PP menyandar dibahu nya Billkin. Billkin mengerjap. Tangan PP melingkari tubuh Billkin. Billkin tidak bisa menahan senyum yang mulai mengembang.

Ah. Manisnya...

"Mau tidur" PP merengek.

"Iya lepas dulu, saya ganti posisi dulu, biar kamu enak, atau mau saya pangku? Biar lebih enak atau saya pegangin kamu nikmatin"

BRAK...BRAK...BRAK

Pintu kamarnya digedor kuat secara tiba-tiba.

"Kin... tolong buka pintunya"

Billkin mengerutkan dahinya. Ia beranjak menuju pintu, lalu membuka nya.

"Bisa bantu ibu angkat kop..." Ucapan sang ibu berhenti.

Menatap Billkin dan PP secara bergantian.

"Angkat apa Bu?" Tanya Billkin.

"E-enggak jadi deh"

Dan sang ibu beranjak pergi, Billkin menggaruk kepalanya bingung.

"Udah belum?" PP membaringkan tubuhnya. Kedua matanya sayu karena mengantuk.

Lalu tak lama kemudian kasur itu bergerak, PP membuka matanya. Billkin sudah ada disampingnya.

"Sini" tangan Billkin terulur mendekap tubuh kurus itu untuk membagi kehangatan.

Ah. Biarpun kasurnya nyaman, tapi tetap saja pelukan Billkin adalah yang terbaik. Iya kan, PP?















#Boleh minta follow+vote+komen and share nya?makasih💙❤️

Black Heart-BKPP ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang