Part 14🥥

552 61 11
                                    

Billkin dan PP telah sampai dirumah mereka, saat pertama kali masuk kedalam rumah, Suasana tegang menyambut mereka berdua. Diruang tamu sudah ada Ayah dan ibu. Billkin jadi merasa sedikit kaku.

"Sini sayang, ini ibu" ibu yang menjadi satu-satunya orang yang berdiri menyapa Billkin dan PP. Wanita cantik itu berdiri dan mencium dahi anak nya bergiliran.

Billkin menatap sang ibu dengan berkaca-kaca. Jelas saja ia sangat merindukan sosok tersebut.

"Duduk dulu, mari kita bicarakan secara baik-baik"

Billkin mengangguk, ia memilih duduk disamping PP.

Tuan Roy menarik nafas dalam dan mulai menghembus kan nya secara perlahan. Ia menatap anak nya satu-satu.

"Jadi pertama-tama ayah sudah menceritakan semuanya kepada ibu, dan jujur saja ayah dan ibu merasa kecewa terhadap kalian berdua" ucap sang ayah.

"Dan ibu belum kasih jawaban terkait hal itu dan sekarang ibu sudah memikirkan nya, ibu harus bilang kalau ibu setuju dengan apa yang dikatakan ayah, kalian itu saudara" ujar sang ibu menatap sendu kedua anaknya.

PP mendongak menatap sang ibu "Bu, kenapa?"

"Kamu masih tanya kenapa?kamu itu sudah besar, harusnya tau kalau hubungan sesama jenis itu tabu, apalagi dinegara kita, kamu siap dihakimi banyak orang?" Tanya tuan Roy.

"Ayah, tapi Billkin siap untuk jagain PP"

"Nak, kamu sudah ayah anggap sebagai anak kandung ayah sendiri, jangan sampai saya hilang kepercayaan terhadap kamu, karena hal ini"

"Tapi saya benar-benar cinta terhadap PP"

"Kamu tau definisi cinta sesungguhnya?kalian itu masih muda, tidak ada yang tau nanti dimasa depan kalian akan jadi seperti apa? Ayah tau harapan kalian dimasa depan pasti bersama, itu harapan kalian kan?tapi ingat, kelabilan dalam diri seseorang yang belum dewasa bisa merusak semuanya. Kalian belum pandai mengatur emosi, dan asal kalian tau hubungan seperti kalian ini lebih rentan"

"Karena itu saya bertekad untuk selalu menjaga dan melindungi PP" ucap Billkin tanpa gentar walau sang ayah setia menatap nya dengan pandangan yang menyeramkan.

PP yang sejak tadi terdiam kini menatap sang ayah dengan pandangan berkaca-kaca.
"Terus ayah mau nya apa? PP harus pacaran dengan wanita?iya?" PP terseyum miris "lebih baik aku hilang dari dunia ini, aku udah cape dengan semua ini, drama sialan ini"

Ibu yang sendari tadi hanya menyimak tak lagi mampu menahan air matanya untuk tidak mengalir.

"PP! Jaga ucapan mu!" Tuan Roy menatap tajam sang anak.

PP bangkit dari duduk nya, genggaman tangan Billkin ditangannya terlepas secara paksa.

"Kalian semua sama, kalian tidak ingin melihat aku bahagia" PP berbalik menuju kamar nya.

Billkin yang melihat hal tersebut hanya bisa terdiam dengan kedua tangan nya yang terkepal erat.

"Sayang coba lihat PP dikamar, ibu takut dia melakukan hal yang tidak-tidak"

Tanpa menunggu lagi, Billkin segera menuju kamar PP.

"Setelah saya pikirkan, sekali-kali kita harus belajar tentang merelakan, mereka punya hak sendiri untuk bahagia" ujar sang ibu yang tengah mengusap pundak sang suami.

"Aku cuma mau mereka bahagia, aku tidak mau melihat mereka kesusahan dikemudian hari"

"Memang kamu tahu definisi bahagia itu seperti apa dimata mereka?setiap orang punya definisi bahagianya masing-masing"

Tuan Roy terdiam, matanya memandang lurus kedepan, memikirkan dan menimbang-nimbang apa yang telah sang istri katakan.

~~~

Sudah sepuluh menit Billkin mengetuk pintu kamar PP, namun tidak ada jawaban sama sekali dari PP.

Billkin mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar PP, sungguh ia sangat khawatir.

Brak

Pintu terbuka dengan kasar, Billkin menatap kedepan dengan pandangan datar dengan seluruh wajah memerah menahan emosi.

Diujung ranjang Billkin dapat melihat PP yang tengah mendongak kan kepalanya, dengan kedua mata terpejam, dan jangan lupakan kedua belah bibirnya yang tersenyum manis. Tangan kiri nya memegang pisau dan tangan kanan yang sudah dihiasi banyak goresan acak.

Tetesan darah yang nyaris menggenang dilantai, membuat Billkin nyaris berteriak. Dengan kasar ia mengambil pisau itu dari tangan PP.

PP membuka kedua matanya menatap Billkin sendu "Jangan ganggu gue"

"Brengsek, kalo kamu sedang sedih carilah pelampiasan lain, sialan!"

Dengan kasar Billkin menarik kerah pakaian PP, tanpa aba-aba menabrakkan kedua belah bibirnya dengan bibir milik PP.

Namun perlahan-lahan Billkin dapat merasakan tubuh PP yang mulai melemas. Seiring dengan kedua mata nya yang ikut terpejam.

"Aku mencintaimu Kin"  ucap PP lirih.

Black Heart-BKPP ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang