Memasang diri untuk tetap bersiaga dikala sang iblis sedang menikmati situasi hampir tidak berguna. Dimana Douma dengan segala rasa kepercayaan dirinya yang kelewat tinggi mengatakan seluruh hal yang berkaitan dengan dirinya, juga tentang masa lalunya.
Douma sendiri mengatakan perihal arti dari namanya yang merupakan definisi dari kata ibadah dan kesembuhan yang tentunya identik dengan kemampuannya saat ini. Dia mencintai namanya melebihi apapun, kendati julukan tersebut merupakan pemberian Kibutsuji Muzan.
Jujur saja, berada di ruangan ini berdua dengannya membuatku muak. Terlebih aku harus mendengarkan segala macam cerita yang keluar dari bibirnya. Dia berkata riang sekali, seolah mengharapkan aku menanti kelanjutan dari ceritanya saja.
“Tapi, jangan salah sangka loh. Meskipun aku menginginkannya berada disisiku, kala dia mengkhianati ku, maka aku tak segan untuk memakannya.” —dan cerita diakhiri dengan tepuk tangan yang riang. Sorot matanya menyipit dan menatapku dengan tegas, seolah memperingati ku jika suatu saat nanti aku memilih kabur, maka aku akan berakhir seperti sosok wanita dongeng itu.
Bulir keringat mulai membasahi pelipis ketika aku memutuskan untuk menimpali, “cinta abadi, huh? Abadi di dalam perutmu. Dasar aliran sesat.” Sarkasku.
Douma menggeleng tidak terima, “Surga, aku membawanya ke surga,” dia mencoba meralat perkataan ku. Persetan, pikirku. “Hei, seharusnya kau memanjatkan puji dan syukur atas kemurahan hati dewa tampan sepertiku. Hanya karena membawamu ke istanaku, dia sangat marah padaku. Dan aku harus merendahkan harga diriku untuk membelamu tahu!” Kini perhatianku teralih padanya, aku mengerti maksud dari ceritanya, untuk kali ini. Sangat jelas sekali dimana dia mau menyinggung tuannya yang pengecut.
"Dia?" Tanyaku pura-pura tidak tahu. Douma membenarkan pertanyaanku, "Benar, dia. Pemimpin dari seluruh pasukan Iblis. Raja dari para Iblis. Meskipun aku yang lebih pantas dijuluki dengan panggilan itu sih." Ugh, menjijikan. Terlalu narsis.
Ketika hendak berbicara, tubuh Douma tiba-tiba menjadi kaku. Dari bahasa tubuhnya aku mampu menebak dia mendapatkan koneksi dari rekan Iblisnya yang lain.
"Ada dua orang pemburu Iblis yang memasuki daerah kekuasaanku. Tekanan kekuatannya—" Kilat main-main di wajahnya sirna. Dia menatapku tanpa ekspresi, "Hashira."
Aku tercenung. Memikirkan kembali terkait seluruh alat koneksi, bahkan gagak milikku telah kubunuh. Lalu, bagaimana Oyakata-sama mendapatkan sinyal bahwasanya aku masih berada di daerah sini?
Ah, tidak sepertinya aku terlalu percaya diri. Mungkin saja dua orang Hashira itu tidak sengaja melintas.
"Kau ingin membunuh mereka?" Suaraku bergetar. Aura menyesakkan ini benar-benar membunuhku, jujur saja Douma terlihat berkali-kali lebih menyeramkan saat ini.
Tangannya bermain-main dengan senjata miliknya, sementara kedua matanya terpejam. "Mungkin, tapi alangkah lebih baiknya aku membuat daging mereka menjadi lebih empuk terlebih dahulu." Tiba-tiba saja figur dirinya dengan wujud kecil tercipta melalui udara yang di tiupnya.
Kedua mata ku terbeliak.
"Tidak perlu berpikiran aneh. Aku hanya memangsa tikus yang masuk kedalam sangkar ku saja 'kok. Sebagai tingkat atas yang Agung, aku harus menjaga martabat ku sebagai orang penting kepercayaan-nya untuk tidak menyerang secara gamblang." Douma tersenyum kecil padaku.
Jemari lentik itu bergerak menciptakan pola di permukaan lantai. Dan secara tiba-tiba saja patung es itu terhisap secara perlahan ke dalamnya. Pemandangan asing ini membuatku menoleh kebelakang, dimana sang empu m kini bermain dengan rambutku. Dia melonggarkan sanggul sembari mendongakkan wajahku.
"Sisi kemanusiaan mu itu perlu dibuang. Kau tidak perlu lagi mencemaskan mereka yang tidak sejenis denganmu. Kita sudah saling bertukar rasa soalnya."
Hah?
"Apa maksudmu?"
Nafasku tercekat tatkala kuku tajamnya menyentuh tipis permukaan kulit tengkuk ku. Iblis ini—berniat melakukannya lagi.
"Tidak 'kah kau menyadarinya?" Dia mendaratkan kecupan ringan disana sebelum melanjutkan, "Dari awal kau itu bukanlah manusia seutuhnya. Penyembuhan luka secara instan di tubuhmu itu—bahkan sangat mustahil untuk dilakukan kecuali kondisi dimana darah kita saling terhubung."
Aku tertawa lirih. Memangnya apa yang dapat ku harapkan dari seorang iblis sepertinya? Memberi pertolongan tanpa di beri imbalan, manusia sekalipun takkan mau melakoninya, jika pun ada hanya beberapa saja yang bersedia. Tentu saja, seperti inilah akhir dari hidupku, tapi tetap saja ini terlalu tragis. Rasanya aku ingin menemui Hashira dalam jebakan untuk mengakhiri hidupku. Mati ditangan mereka terdengar lebih baik daripada hidup kekal tanpa perencanaan seperti ini.
Beban yang ku tanggung sudah sangat berat, ditambah lagi dengan kenyataan pahit ini.
"Bagaimana jika aku mengakhiri hidupku, Douma?"
"Kau tidak boleh berbicara asal begitu. Aku merasa sedih tahu," Nada bicaranya terdengar merajuk. Dia merengkuhku kedalam pelukannya, "Lagipula apa yang kau harapkan di dunia yang fana ini? Bukankah lebih bagus jika kau bertahan untuk menjadi mahluk yang kekal, berdua bersamaku?"
"Itu dia bagian terburuknya."
Douma tergelak ringan, "Tidak kok. Rasanya menyenangkan. Soalnya kita sama seperti enam atas yang terdiri dari dua bersaudara."
"Aku bukanlah saudaramu."
"Tahu kok." Dia bergumam pelan, "Untuk kasus kita ini sedikit berbeda. Satu jiwa dua raga. Aku memberikanmu kekuatanku dan kau memberikanku perasaanmu, bukankah itu sangat hebat?"
Sebisa mungkin aku menahan decakan, "Terdengar seperti mutualisme yang tidak ku inginkan."
Tanganku meremat lengannya yang melingkari pinggangku kala merasakan hisapan kuat di permukaan leherku. Douma mencari kesempatan.
"Aku merasa sangat prima setelah ratusan tahun hidup tanpa adanya perasaan. Alasan mengapa orang itu melarang kami untuk mengiba, tentunya bertujuan agar kami menjadi kuat. Tapi, aku berasa baik-baik saja dengannya.
Selagi Kau hidup dan berada di sisiku, kupikir aku akan merasa jauh lebih baik. Tentu saja, tidak ada yang lebih menenangkan daripada bersetubuh dengan sosok yang bereinkarnasi menjadi mereka yang telah berpulang karena kecerobohannya."
Dan pada akhirnya, eksistensi ku hanya digunakan untuk pelampiasan hasrat yang tak tersampaikan.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲✔
Fanfiction[R-21+] 𝐃𝐨𝐮𝐦𝐚 𝐗 𝐅𝐞𝐦!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 ❝Meladeni mu merupakan bentuk tebusan atas rasa bersalah ku yang sangat besar. Kumohon, apapun yang akan terjadi, dampingi lah aku selalu.❞ ━━━━━━━━━━━ ©𝐊𝐢𝐫𝐢𝐬𝐡𝐢𝐦𝐚-𝐒𝐚𝐦𝐚12/04/2020 Cr pict @pintere...