Chapter 9

1.8K 241 8
                                    

"Meski dahulunya kita ini merupakan bagian dari manusia itu sendiri, bukan berarti kita harus menaruh rasa kepercayaan setinggi bukit kepada individu lain. Bagaimana ya, soalnya 'kan manusia itu manifestasi dari segala macam sisi negatif yang pernah ada. Bahkan yang selalu berada di sisimu mampu mengkhianati hanya karena secuil rasa yang tidak disenanginya. Kodrat manusia memang seperti itu, makanya kau harus senang karena sisi kemanusiaan mu yang payah itu ku singkirkan.

Menjadi iblis itu berkali-kali lipat menyenangkan, kendatipun hidup dalam kendali si bos, kau dapat bertahan hidup di kejamnya dunia dengan segenap kekuatanmu. Hidup sendirian pun tak masalah bila kau tidak terkalahkan dan menjadi mahluk asali. Jadi, Penyesalanmu itu hanyalah kelabilan manusiawi yang belum hilang sepenuhnya. Seiring dengan berjalannya waktu (Y/n)-chan pasti akan membenarkan prespektif ku yang satu ini tentang dunia yang fana."

Sekelebat ingatanku mengenai ucapan Douma tempo waktu yang lalu tiba-tiba saja datang di saat yang tidak tepat, memberikan kebimbangan yang luar biasa dikala pintu kebebasan telah terbuka dengan jelas di depan mata. Langkah kaki ku hampir menginjak ambang pintu sembari melirik kosong sepasang tangan mungil yang menyambut kehadiranku dengan sosok yang di dominasi oleh cahaya benderang, sehingga sulit untuk mengidentifikasinya.

Ucapannya hanya menyulutkan sepercik sisi emosional yang membangkitkan kembali realita kelam yang ku pendam dalam-dalam, bahkan aku sekalipun hampir melupakan sebagaimana berlakunya pada setiap manusia di segala penjuru dunia. Sisi egoisme memanglah melekat kepada setiap individu yang mencari keuntungan kapanpun dan dimanapun itu, tidak peduli apabila merugikan orang lain bila caranya salah.

Aku sadar bahwa celah diriku terlalu terbuka lebar sehingga sosok lain mampu dengan mudah menabur ideologinya padaku. Persetan dengan kembali menjadi sosok manusia yang fana, kenyataan yang ku terima hanyalah sayatan nichirin yang sengaja di arahkan guna melukai perpanjangan leherku hingga meninggalkan luka dengan renggangan yang cukup dalam. Aku tidak tahu sebelumnya Shinobu telah menaruh apa pada pedangnya. Namun mengingat titel yang ia peroleh merupakan pilar serangga yang terkenal akan racikan racunnya, tidak perlu dipertanyakan lagi, aku sangat meyakini bahwasanya ia turut memasukkan racun kedalam tubuhku.

Regenerasi tubuhku hampir tidak berfungsi sama sekali, dan darahku terus mengucur dengan deras melalui vena yang terpotong. Pita suaraku pun hampir tidak berfungsi sebab terkena sayatan dalam tersebut.

Duduk bergeming sembari menatap berang Shinobu adalah satu-satunya hal yang dapat ku lakukan. Sementara sosoknya hanya tersenyum sembari membuka perkamen kecil yang menggantung di pinggangnya.

"Jika si keparat itu mengatakan darah kalian terikat, mengapa tidak ku buang saja seluruh darahmu. Lagipula, seluruh gerak tubuhmu merupakan kehendaknya 'bukan?" Tangannya menunjuk sebuah alat suntik yang berisikan cairan berwarna biru pekat yang memenuhi tabung. Ujung jarum yang sangat kecil layaknya mikro membuatku meneguk kasar saliva.

Tanggapan ku melenceng, ternyata Shinobu benar-benar membantuku. Aku menerawang jauh dibelakang punggungnya, mendapati dimana Douma menyiapkan serangan yang sangat besar di belakang sana, sontak membuat kedua mataku melebar. Kepanikan yang luar biasa melanda ku. Mataku bergerak liar hanya untuk memberikan isyarat kepada Shinobu yang kini tengah berjongkok, menyuntikkan cairan tersebut pada vena besar yang terlihat dari celah luka. Dia menyuntikkan nya tanpa ragu sama sekali. Seolah mempercayaiku sepenuhnya, tidak mengantisipasi barangkali aku meluncurkan serangan dengan jarak sedekat ini.

"Dengar, cara kerja antidot ini akan menghilangkan kesadaran Sumako-san. Dan mungkin saja bila dirimu sudah sadar aku tidak lagi ada."

Melalui pandanganku yang mulai mengabur, aku menyaksikan bagaimana gelombang partikel es yang luas bergerak menuju ke arah kami. Wajah Shinobu masihlah tenang meski peluh ketakutan yang kentara mulai menghiasi sisi wajahnya. Dia mencampakkan alat suntik nya ke sembarang arah sembari menarik bilah nichirin miliknya memasang kuda-kuda sembari memunggungiku.

𝐌𝐲 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang