Di bawah sana, aku melihat Douma yang sedang memakan para pemujanya yang berjumlah puluhan sembari berceloteh dengan mulut yang masih penuh dengan tangan menggantung. Aku hanya mencuri lihat saja, tidak perlu sampai menemukan fokus diantara organ dalam yang berhamburan dari lubang menganga diperut perempuan belia yang bodoh. Di mataku pemandangan seperti itu masih mengerikan, katanya itu disebabkan sisi kemanusiaan ku yang masih mendominasi.
“Pertemuan kita dengan Bos, waktu itu--ingat tidak?”
Tidak dapat dipungkiri rasa lapar ku melejit ketika menyaksikannya, menyaksikan darah yang mengalir cukup banyak melalui sudut bibir Douma.
Wajah pucat tanpa nyawa itu dihiasi oleh Douma seperti mengenakan riasan wajah yang berasal dari darahnya sendiri. Bulu kuduk ku sontak meremang.
“Ada apa memangnya?”
Pria cemong itu menunjukkan enam jari tangannya yang bersimbah darah, “Rui-chan dibunuh manusia, Enmu gagal setelah mendapatkan darah tambahan. Kizuki peringkat bawah resmi di bubarkan oleh orang itu karenanya,” dia bersendawa cukup keras sebelum melanjutkan, “Si kakak dan beradik peringkat enam atas barusan mati kemarin. Aku tidak tahu kenapa iblis pendatang baru sekarang ini begitu lemah daya tempurnya. Memalukan sekali.”
Douma membekap mulutnya kala manik pelangi nya bersirobok denganku. “Tapi kau dalam pengecualian, kau itu sangat kuat. Tidak ada yang bisa menyaingi kekuatanmu saat ini.” Timpalnya kemudian.
“Tentu saja. Aku 'kan boneka mu.” ucapku jengah. Jemariku meraba bola mata kananku yang saat ini telah terukir kanji yang serupa seperti milik Douma. Si bedebah kekal itu yang mengukirkan tanda ini setelah berhasil mengendalikan ku untuk melawan para tingkat atas secara keseluruhan. Douma menolak untuk mengadu kekuatan dengan para tingkat bawah, katanya perbedaan kekuatan yang terdapat bagaikan langit dan bumi.
Dia angkuh, tapi apa yang diucapkannya adalah kenyataan.
“Saat ini pun Hantengu dan Gyokko sedang bertarung melawan para Kisatsutai yang baru matang.” Douma menutup matanya. Lalu dalam hitungan detik, pengelihatan ku mampu melihat keadaan yang terasa sangat nyata. Pertarungan hidup dan mati para Iblis tingkat atas yang yang begitu terdesak.
Napas Ku tercekat ketika mereka disudutkan.
“Bagaimana menurutmu? Padahal mereka itu ratusan tahun lebih tua dari ku loh. Tapi lemah.” Douma mencabut telepatinya itu lalu tersenyum. “Itu dikarenakan pengalaman mereka melawan manusia masih sangat sedikit.”
Aku menatapnya datar, “Kelemahan itu ... juga berlaku padaku 'kan?”
Anggukkan singkat dari Douma berhasil menumbuhkan harapan di benakku. Keinginan terbesarku untuk segera musnah dari kontrolnya.
“Eh? Sudah mulai merencanakan aksi bunuh diri ternyata. Kau tidak akan bisa mati semudah itu sayang. Kau itu berada dalam kendaliku soalnya.” pria berambut pirang itu tiba-tiba sudah berada di hadapanku. Aku terperanjat karenanya.
“Sudah waktunya untukmu mengisi perut. Buka mulutmu.”
Jemari yang dihiasi kuku tajam itu mencengkram rahang ku erat, aku sontak membuka mulut. Wajah pria itu masih berlepotan akan darah. Pemandangan yang sangat mengerikan untuk dilihat dalam jarak yang kurang dari satu jengkal. Seperti sedang berhadapan dengan malaikat maut.
Douma menggigit mulut bagian dalamnya keras sampai darah mengalir cukup deras dari sudut bibirnya. Tangannya yang lain menarik tengkukku untuk mendekat, menyatukan belahan daging dingin itu dengan bibirku guna menyuplai darah sebanyak yang ia bisa. Begitu banyak cairan pekat yang terasa manis itu di dalam rongga mulutku hingga membuatku tersedak hebat. Namun Douma tidak kunjung melepaskan tautan.
Tanganku mengepal, lalu mendaratkan tinjuan keras pada perutnya. Saat itu pula dia menyerah, memutuskan kontak sepihak sambil mengusap perutnya.
“Oh, bilang dong kalau kepenuhan. Aku mana sadar jika kau tidak memberi pertanda.” keluhnya sembari meringis kesakitan.
Aku mendelik sinis sebagai respon. Mengerang kesal kala menyadari yukata yang ku kenakan basah terkena darah. Kening ku mengernyit, “Kenapa darahmu tidak menguap?”
Kejanggalan yang kurasakan ditertawakan oleh Douma, perempatan siku imajiner muncul di pelipis ku.
“Sudah ku katakan 'kan sebelumnya, aku ini nyaris sempurna tidak memiliki kekurangan, oleh sebab itulah manusia berakal dangkal memujaku.” ah, pria ini besar kepala.
“Aku memiliki kemampuan mengatur sistem pencernaan yang hebat, darah manusia yang ku konsumsi akan ku simpan sebagai cadangan makanan pada permukaan kulitku, lihat,” Douma menggulung lengan bajunya, menunjukkan setengah dari lengannya yang berwarna merah darah.
Tubuhku bergidik ngeri, “Iblis keparat.” aku merutuki Douma lugas, membuatnya terbahak-bahak.
“Mulutmu oke juga, padahal kau sendiri juga seorang iblis.” ia mengerling pada tubuhku, menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, wajahnya bersemu ketika berujar, “Sepertinya kau perlu mandi, aku bantu ya?”
oOo
Kabar kekalahan Kizuki tingkat atas nomor empat dan lima sama sekali tidak mengejutkan ku yang sudah menebak sejak awal tentang kekalahan mereka. Generasi Kisatsutai saat ini sangat kuat, baik itu Hashira ataupun mereka yang masih tingkat pemula.
Peringkat ku saat itu Hinoe, satu tingkat lebih rendah dari Kaigaku yang notabenenya berpangkat Kinoto. Kendatipun demikian, posisi kepemimpinan kelompok kala itu diketuai oleh Kaigaku dan aku wakilnya. Lelaki itu begitu keras kepala untuk mempertahankan ku disisinya selalu, bahkan menentang keinginan Oyakata-sama itu sendiri. Sosoknya begitu terkenal akan kepribadiannya yang sekeras baja.
Ah, aku merindukannya. Sudah lama terasa aku mulai tidak terlalu memikirkannya. Lalu, disaat-saat seperti ini kenapa relung dadaku merasakan kembali seruak rasa sesak yang merindu? Dikala Kibutsuji Muzan mengadakan rapat mendadak guna mengutarakan rencana spontan atas terdesaknya kaum iblis akibat tekanan kekuatan manusia yang begitu menginginkan kehancuran iblis.
Hanya terdapat 6 orang saja di dimensi tidak terbatas ini. Dan aku sudah termasuk kedalam hitungan. Iblis wanita yang menggunakan kekkijutsu terhubung dengan petikan biwa berada di atas sana, dan sudah mendapatkan nomor empat di mata besarnya. Dia adalah pengganti Hantengu.
“Haha, itu dia. Peliharaannya Kokushibou-dono! Si enam atas yang baru. Selamat datang ya!”
Sorot mataku bergulir ke arah yang di tunjuk oleh Douma. Seorang lelaki jangkung berambut hitam yang sangat familier meski tampilan wajahnya menjadi seram.
Ternyata inilah penyebabnya, kehadiran sosok pelindung yang ku pikir telah tiada eksistensinya dari permukaan bumi, lelaki yang menyebabkan hidup ku terbelenggu dalam jeratan seorang iblis yang memiliki rasa penyesalan terhadap masa lalu.
“Kaigaku desu.”
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲✔
Fanfiction[R-21+] 𝐃𝐨𝐮𝐦𝐚 𝐗 𝐅𝐞𝐦!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 ❝Meladeni mu merupakan bentuk tebusan atas rasa bersalah ku yang sangat besar. Kumohon, apapun yang akan terjadi, dampingi lah aku selalu.❞ ━━━━━━━━━━━ ©𝐊𝐢𝐫𝐢𝐬𝐡𝐢𝐦𝐚-𝐒𝐚𝐦𝐚12/04/2020 Cr pict @pintere...