"Terminologi dari penebusan rasa bersalah ya..."
Aku merenung sejenak, memikirkan bagaimana cara memberikan penjelasan akurat terkait simpulan janggal yang di berikan oleh Oyakata-sama muda, Ubuyashiki Kiriya.
"Mungkin anda tidak mempercayai ini, tapi setiap kali aku menutup mata, lelaki itu selalu memberikan kilasan semasa hidupnya kepadaku, terkait rasa bersalahnya pada wanita lain—rasanya aku seperti hidup di antara rasa sesalnya." Ungkap ku.
"Mungkinkah dia hidup di dalam jiwa mu?" Adalah pertanyaan terkonyol yang pernah ku dengar dari seorang pemimpin yang terkenal akan kewibawaannya dalam membawakan suatu topik pembicaraan. Aku sampai menggigit pipi bagian dalam kuat guna menahan sensasi menggelitik yang hendak menyemburkan tawa.
Lagipula, apa yang kau harap kan pada seorang anak yang baru menginjak fase kedewasaan?
Aku mendengus samar, lalu mengerjap, "Alih-alih hidup di dalam jiwa, aku merasa dia seperti terlahir kembali. Anda tahu—anak ini memiliki pola gerak yang abstrak dan sulit di tebak. Terkadang aku sangat takut untuk menerima kenyataan. Namun apa yang ku dapatkan mendukung gagasan yang sempat ku sangkal." Jemariku meraba sisi mata kanan, "tanda ini seharusnya telah tiada setelah antidot wisteria bekerja dan menguapkan darah iblis yang mencampuri darah ku. Tapi, semenjak anak ini hadir...."
Mata ku terpatri pada balita berambut pirang yang masih tertatih-tatih menegakkan tubuh dengan menumpukan berat badan pada dadaku. Detik berikutnya ia memilin ujung rambutku yang tergerai. Kilau matanya sungguh indah layaknya pelangi yang muncul dibalik kelabu langit.
"Muncul lagi. Tanda apabila seorang iblis mampu berpijak pada posisi teratas, aku tahu itu dengan baik (Y/n)." Kiriya berkata sembari berpikir keras, netra lavender nya menatap lekat-lekat putraku.
"Ayah pernah mengatakan padaku tentang eksperimen reproduksi antara seorang iblis dan seorang manusia yang pernah menggegerkan Kisatsutai pada masanya. Persis seperti Mou, dia mendapatkan turunan gen buatan; iblis yang sempurna dan kekuatan manipulatif."
Raut wajah sang Oyakata-sama terlihat sangat meyakinkan ketika netra ku dan miliknya saling bersirobok. Tanganku membekap mulut tidak percaya kalau menyaksikan bagaimana mulutnya berkata lirih dengan pahit.
"Bibiku, istri dari Pilar angin, Shinazugawa Sanemi. Dan sampai saat ini kekuatannya masih ada meskipun salah satu tingkat atas yang digadang-gadang sebagai ayahnya telah mati."
"Mereka yang telah berpulang hanya mempertahankan apa yang tersisa dengan seluruh kekuatannya, tidak peduli bila peninggalannya itu berpotensi mengancam umat manusia."
"Dan begitu pula dengan Mou-chan, tanda di bola mata kanan kalian adalah bukti bahwasannya dua atas menandai kalian sebagai bagian dari dirinya yang harus dilindungi meskipun dirinya telah tiada."
Suara putra ku yang terkikik geli menarik atensi ku sepenuhnya, seringaian lebar dengan dua gigi teratas yang tumbuh mengintip terlihat sangat menggemaskan. Namun kelucuan itu mendadak sirna kala netra pelanginya yang sebelah kiri mengeluarkan kanji yang serupa dengan sisi kanan.
Dua atas.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲✔
Fanfiction[R-21+] 𝐃𝐨𝐮𝐦𝐚 𝐗 𝐅𝐞𝐦!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 ❝Meladeni mu merupakan bentuk tebusan atas rasa bersalah ku yang sangat besar. Kumohon, apapun yang akan terjadi, dampingi lah aku selalu.❞ ━━━━━━━━━━━ ©𝐊𝐢𝐫𝐢𝐬𝐡𝐢𝐦𝐚-𝐒𝐚𝐦𝐚12/04/2020 Cr pict @pintere...