Iridescent (Douma's POV)

1.7K 189 6
                                    

Pada hakikatnya, Kibutsuji Muzan telah memberikan banyak kemurahan hatinya kepada kami semua dengan imbalan yang tidak main-main. Memberikan segala sesuatu dari manifestasi kesempurnaan dengan sedikit cela kekurangan dimana kami hanya mampu bersembunyi dibalik bayangan manakala sinar mentari merabak, menjelajahi permukaan bumi mengikuti rotasi waktu.

Bertahan hidup selama ratusan tahun itu sangatlah menyenangkan dengan tubuh kekal yang tidak dapat menua barangkali setitik pun. Detik demi detik sel-sel di dalam tubuhku terus menerus melakukan regenerasi agar mempertahankan perawakan bugar dan awet muda, sebagaimana tekanan kekuatanku turut bertambah tanpa perlu dilatih sedikitpun. Itu semua akan kau peroleh apabila tugas yang dia berikan kepadamu tuntas melebihi target waktu yang di tetapkan.

Layaknya boneka yang perlu dirombak, sesekali Kibutsuji datang hanya untuk menanamkan sel terbaru untuk mengembangkan kemampuan kami. Oleh karena itulah hingga saat ini aku setia menetap pada posisi budak teratas.

Terkadang aku tersenyum menahan geli ketika menyadari fakta bahwa aku adalah boneka yang mengendalikan boneka. Sama seperti Kibutsuji yang dikendalikan oleh ketakutan kekalahan dikala kekuatannya memadai untuk menang dalam sekejap jika saja waktu berpihak, sementara aku memelihara manusia berakal pendek yang lelah akan urusan duniawi.

Para pilar yang tidak tahu apapun selalu mengatakan aku adalah mahluk yang sadis tanpa mengetahui mereka lah yang menyerahkan diri secara sukarela kepadaku dan memilih menyerah dari kerasnya dunia yang menindas kaum lemah.

Persetan dengan pendapat umat manusia, yang kulakukan hanyalah bersenang-senang, tidak ada unsur pemaksaan sama sekali.

Seharusnya sih begitu. Aku tak perlu ambil pusing terkait dengan prespektif manusia rendahan meski dahulunya aku merupakan salah satu dari mereka. Namun, akhir-akhir ini aku begitu peduli terhadap pendapat orang lain mengenai apapun yang telah ku lakukan.

Sudut pandang ku akan kesenanganku perlahan buyar dan tergantikan oleh perasaan ganjil manakala menyaksikan kedua tanganku menampung embrio dengan perawakan yang hampir sempurna, embrio tersebut kudapatkan dari rahim wanita yang membalaskan dendam kematian rekannya di atas hutan salju.

Degupan jantung lemah itu sungguh menggetarkan perasaanku yang entah kenapa kian terasa sangat aneh. Bahkan aku membutuhkan waktu cukup lama menyaksikan redupnya degupan itu sebelum memakannya tanpa merasakan nikmatnya darah dan lembutnya daging tak bertulang keras.

Benar, untuk pertama kalinya setelah ratusan tahun aku menikmati kaumku terdahulu, baru kali ini aku merasa hambar pada makanan segar, bahkan seruak rasa iba mulai menggerogoti ku hingga seluruh rembulan atas mempertanyakan keanehan ku. Bukan karena hal peduli, namun terusik sebab akal dan pengelihatan kami terhubung satu sama lain meski bisa saja diputuskan sementara secara personal.

"Kau mulai kacau Douma. Tidak seharusnya kau membiarkan akal mu merenungkan perasaan manusia yang dapat mempengaruhi mu sampai sebegitunya."

Bahkan Koukushibou-dono yang selalu acuh dengan pola pikir abstrak ku kini memberikan teguran yang tentu saja menamparku dengan telak.

'Kibutsuji Muzan tidak akan mengetahui hal ini'

Namun perkiraan ku salah besar. Tubuh ku adalah milik-nya, apapun yang kami lakukan tentu saja akan dapat terlihat dengan jelas melalui pengelihatan jarak jauh yang dimiliki. Alih-alih menghukum ku, bos justru enggan berkomentar dan lebih memilih meletakkan ku pada misi yang tidak berguna sama sekali.

Dalam tempo waktu yang tidak terlalu jauh dari insiden itu, aku kembali dihadapkan dengan manusia lemah yang tidak berdaya. Tubuhnya bahkan hampir tertimbun tumpukan salju yang berasal dari badai buatan milikku.

𝐌𝐲 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang