ANAK METAL MASUK PONPES
Awal cerita di sebuah club malam, tampak sekumpulan anak muda sedang berpesta, hura-hura dan menghambur-hamburkan uang orangtua adalah kebiasaan mereka.
Larut malam bahkan dini hari ke 4 sahabat, Afgan, Danu, Billy dan Aldy adalah 4 anak borju, mereka bag 4 sekawan yang tak terpisahkan, kelayapan dan pulang pagi mengalahkan satpam kompleks sudah kebiasaan mereka.
Hingga suatu pagi menjelang siang ortu Afgan memasuki kamar sang putra, kamar tak berbentuk dengan 4 manusia yang pulas tertidur, dengan kesal sang papa menyiram ke 4 nya dengan air kulkas sontak ke 4 pemuda tersebut melompat bangun dan berteriak "Banjir tolong"
"Kalian pulang sekarang!" bentak pak Yahya papa Afgan sambil menunjuk, Danu, Billy dan Aldy sangat tampak di raut pria paruh baya itu sudah kehabisan kesabaran.
*
Afgan duduk dan berusaha menghilangkan keterkejutannya dan hanya bisa membiarkan sahabat-sahabatnya terusir dari kamar tidurnya.
"Kenapa sih papa, pagi buta gini udah marah-marah?" Tukas Afgan masih dengan wajah mengantuk.
"Pagi buta kamu bilang ha? Lihat sudah jam berapa sekarang? Jam 10.30" Hardik sang papa.
"Biasanya juga aku bangun jam 3 sore papa" runtuk Afgan.
"Kamu ini.. dasar anak nakal, ini apa ha?" Hardik pak Yahya seraya melemparkan secarik kertas pada sang putra, yang berisi tagihan kartu kredit.
"Afgan, kamu menghabiskan 50 juta dalam 3 hari, buat apa uang sebanyak itu Gaan?" Tanya ibu Dewi mama Afgan yang sejak awal hanya berdiri di pintu.
"Ya buat jajan sama beli kebutuhan aku ma, apalagi?" Jawab Afgan santai.
"Papa sudah tidak bisa lagi mentorerir kelakuan kamu anak bengal, besok kamu akan papa kirim ke ponpes teman papa Kyai Ukas di Sumedang.
*
Mendengar ultimatum sang papa Afgan terperanjat hingga melompat bangun, lalu menatap ke dua ortunya.
"Papa gak serius kan, aku gak akan bisa hidup di kampung pa, tempat aku ya disini di kota" ucap Afgan mulai terlihat khawatir.
"Pastinya kamu gak bisa hidup, disana gak ada club malam, gak ada restoran, gak ada mall juga haha" ucap Dheri kakak Afgan.
"Diem kak gak usah ikut campur" hardik Afgan, yang malah kembali kena damprat sang papa.
"kenapa memang kalau kakak kamu ikut campur ha? Semua yang dia bilang itu benar, kerjaan kamu cuma hura-hura, pokoknya besok kamu betangkat ke Sumedang, tanpa fasilitas apapun.
"What? Terus kalau Afgan butuh apa-apa gimana pah?" rengek Afgan seraya menatap sang mama yang mulai mengeluarkan kartu kredit atm juga mengambil kunci motor dan mobil Afgan lalu pergi meninggalkan kamar sang putra diikuti sang suami juga Dheri.
*
Keesokan harinya tepat jam 12 siang Afgan di antar ortunya sudah tiba di ponpes, Afgan menatap sekeliling dengan wajah muram saat keluar pria paruh baya dan meminta mereka masuk.
"Pak kyai sudah menunggu kalian, mari silahkan masuk" ucap Novan salah satu pengurus ponpes.
"Terimakasih pak" ucap pak Yahya dengan senyum.
Afgan dan kedua ortunya mengikuti langkah Novan hingga ke ruang makan dan sang kyai menyambut sahabat lamanya.
"Loyd Yahya the king of property" Sambut pak Ukas sambil membuka tangannya.
"Ukas Hermawan sang kyai" sambut pak Yahya dan langsung berpelukan.
"Aki-aki reuniii" Gumam Afgan bete.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSALAMUALAIKUM CINTA (Religi Ramadhan)
FanfictionKisah tentang seorang pemuda kota yang konyol, nakal dan susah di atur, akhirnya berakhir di pondok pesantren. Rasa tidak suka dan tidak kerasan berubah seketika saat Afgan sang pemuda bertemu ustadzah muda nan jelita Rossa, sahabat kecil yang telah...