Selesai mengobati Afgan Rossa langsung ke dapur untuk mulai memasak sajian untuk berbuka puasa.
Sementara Afgan mengobrol dengan pak kyai dan sedikit terkejut saat mendengar sang kyai menanyakan apa Afgan sudah tau soal perjodohan yang di rencanakan oleh ortunya.
"Sebenarnya.. se..sebenarnya Afgan sudah tau pak kyai, tapi saya merasa tidak pantas untuk ustadzah Ocha" ucap Afgan terbata.
"Kenapa gak pantas? kamu tau manusia itu derajatnya sama di mata Allah, yang membedakan hanyalah amal dan keimanannya" tutur sang kyai
Afgan hanya mengangguk dengan kepala tertunduk, saat pak kyai kembali berbicara, menanyakan rencana Afgan
"Lalu apa rencana kamu kedepannya?"
"Saya tidak mau mengecewakan orangtua saya lagi pak kyai, jadi saya ingin mengenal putri bapak lebih jauh" ucap Afgan membuat sang kyai tersenyum.
*
Saat berbuka tiba, sore itu Afgan berbuka bersama dengan Rossa dan pak kyai, Rossa menyiapkan semuanya
"Cha tambahkan teh di gelas Afgan nak" ucap sang kyai.
"Tidak usah pak, terimakasih, air putih saja terimakasih" ucap Afgan dengan senyum khasnya yang memamerkan lesung pipitnya.
"Nih orang aneh, muka lagi bonyok gitu, sempet-sempetnya cengengesan" runtuk Rossa dalam hati.
"Malam ini kamu tidur disini Gan!" ucap pak kyai dengan penekanan tanda tak mau di bantah.
"Tapi ayah" Tukas Rossa yang terhenti karena takut oleh tatapan nanar sang ayah yang tak mau keputusannya di pertanyakan. "Tapi jangan di kamar Ocha!" Tandas Rossa tegaa.
"Dia tidur di ruang keluarga, pakai sofabed, biar kita bisa mengawasinya, ayah takut dia demam" tutur kyai Ukas.
"Kamu sih sok jagoan pake di lawan Segala premannya tinggal kasih uang yang mereka minta kan gampang" runtuk Rossa kesal
"Ocha, kamu yang salah, kalau kamu nurut sama ayah dan menolak undangan dari kampung itu, semua ini tidak akan terjadi!" Tukas kyai Ukas membela Afgan.
"Maaf menurut informasi yang saya dengar preman disana itu, jika di depan kita sudah mengalah, hingga ujung kampung kita terus di peras, bahkan mereka juga merampas barang-barang kita seperti telpon genggam, tas dan perhiasan yg kita pakai" tutur Afgan menceritakan yang di dengarnya dari aqli.
*
Ucapan Afgan di angguki oleh kyai, seraya menatap kesal pada Rossa yang tak juga mengakui kesalahannya yang sudah tak menurut pada sang ayah.
"Iya..iya ayah jangan hukum Ocha dengan tatapan ayah yang itu" tukasv Rossa dengan kepala menunduk.
"Minta maaf dan ucapkan terimakasih pada Afgan" perintah sang ayah yang tak bisa di bantah.
"Maaf dan terimakasih kamu sudah membantu saya.
"Bagus, ayo Gan kita sholat, karena keadaan kamu kita sholat di mushola rumah saja" ucap kyai yang langsung di angguki oleh Afgan.
Selesai menunaikan sholat, sesuai titah pak kyai, Afgan tidur di ruang keluarga, dan dugaan sang kyai benar menjelang tengah malam Afgan menggigil karena demam tinggi.
"Ayah gimana ini, apa perlu kita panggil dokter?" Tanya Rossa yang mulai khawatir dan panik.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSALAMUALAIKUM CINTA (Religi Ramadhan)
Fiksi PenggemarKisah tentang seorang pemuda kota yang konyol, nakal dan susah di atur, akhirnya berakhir di pondok pesantren. Rasa tidak suka dan tidak kerasan berubah seketika saat Afgan sang pemuda bertemu ustadzah muda nan jelita Rossa, sahabat kecil yang telah...