Afgan amat, sangat terlalu bete terlebih melihat sang papa dan kyai reuni di depan matanya.
"Aki-aki reuni" gumam Afgan dengan wajah datar dan betenya.
"Afgan yang sopan" hardik sang mama sambil mencubit perut Afgan.
"Aduh sakit mama" teriak Afgan.
"Assalamualaikum ayah" sapa seorang wanita yang baru masuk nemakai hijap syar'i lengkap dengan masker.
"Walaikum'salam anak ayah udah pulang, kamu ingat siapa ini?" Tanya kyai ukas pada sang putri.
"Om Yahya, apa kabar om?" Sapa ramah Roasa. "Maaf Ocha masuk dulu mau bersih-bersih permisi om, tante, ayah" Pamit Rossa dan langsung masuk, tanpa memperlihatkan wajahnya pada para tamu.
"Siapa sih tuh cewek sok misterius banget, nyapa orang kok masker gak di lepas" runtuk Afgan tambah bete.
*
Mendengar sang putra terus ngedumel ibu Dewi hanya bisa menghela nafaa dan mengusap punggung Afgan.
"Keputusan yang mama dan papa ambil ini semua demi kebaikan kamu nak" ucap ibu Dewi lembut.
"Terbaik menurut mama kan blm tentu terbaik untuk Afgan ma" protes Afgan yang mendapat sanggahan dari sang papa yang masih kesal pada Afgan.
"Terus apa yang terbaik buat kamu ha? Bergadang tiap malam, nongkrong di club dan menghamburkan uang ortu kamu gitu ha? Kamu disini sampai papa lihat kamu sudah berubah menjadi lebih baik lagi paham kamu!
"Nunggu aku berubah jadi iron man pah" runtuk Afgan masih dengan wajah super bete.
Waktu berlalu ortu Afgan masih bernostalgia, sementara Afgan di antar ke kamarnya untuk merapikan barang-barangnya di dalam kamar tersebut.
*
Ustad muda bernama Novan Sastrawan menjadi tour guide untuk Afgan dan mengantarkannya keliling ponpes, dan berakhir di kamar yang akan di tempati Afgan, kamar kecil yg tidak sampai setengah luas kamar Afgan di rumah mewahnya, ruang berbentuk kotak 2x3 m persegi itu hanya terdapat 1 difan kecil untuk 1 org 1 kipas angin yg juga kecil dan lemari plastik.
"Ini kamar atau kandang burung, sempit banget, mana pengap lagi" runtuk Afgan sambil melemparkan tasnya ke pojok kamar
"Ini pesantren anak kota, bukan rumah mewah kamu, jadi terima aja ini kamarmu sekarang, bersih-bersih terus istirahat, nanti kalau dengar adzan ashar, kamu langsung ke majelis ya, tugas kamu sebagai santri di mulai sore ini" tutur Novan tegas.
"Iya" jawab Afgan sekenanya lalu menghempaskan diri ke atas difan dan GUBRAK difan patah dan Afgan ikut jatuh, membuat Novan terkejut dan berbalik, melihat keadaan Afgan tawanya pecah seketika.
"Astagfirullah'aladzim kelakuan anak kota! Ngapain rebahan disitu?" Tukas Novan terbahak.
"Aduh pinggang gue patah ini, tolongin tad please!" ucap Afgan memohon pertolongan.
"Saya tolongin, tapi di lingkungan pesantren ini gak ada kata loe dan gue, adanya saya, anda aku dan kamu paham? "Tegas Novan sambil mengulurkan tangan.
*
Afgan mengangguk, masih dengan raut kesakitan, setelah membantu Afgan duduk Novan ke pintu lalu berteriak memanggil seseorang.
"Aqlii sini cepat" Teriak Novan
"Iya ustad" Jawab bocah kecil sekitar usia 10 tahun berlari menghampiri kamar Afgan. "Ngapain disini pak ustad, kan kamar ini kosong?" Tanya bocah tersebut.
"Sekarang ada orangnya, anak kota sekarang dia jatob noh, butuh kamu buat pijit dia" tutur Novan sambil berlalu, sementara Aqli menghampiri pintu dan mengintip ke dalam.
"Assalamualaikum bang" Sapa Aqli sopan. Afgan tak menjawab hanya menoleh sesaat lalu melambaikan tangan meminta Aqli masuk.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSALAMUALAIKUM CINTA (Religi Ramadhan)
FanficKisah tentang seorang pemuda kota yang konyol, nakal dan susah di atur, akhirnya berakhir di pondok pesantren. Rasa tidak suka dan tidak kerasan berubah seketika saat Afgan sang pemuda bertemu ustadzah muda nan jelita Rossa, sahabat kecil yang telah...